1 --- Keputusan

1.7K 30 2
                                    

Adrian POV...

"Adrian.. Devnee, Ad.. Devnee terus menangis nangis sejak tadi dan mengatakan ingin bunuh diri. Kami sangat kewalahan menghadapi anak itu. Tolonglah nak Adrian. Cuma kamu yang bisa menyelamatkan nyawa putri kami"

Aku baru saja melangkahkan kaki ke kediaman mewah keluarga Rasastan. Disana aku sudah disambut dengan raut raut panik petinggi keluarga ini. Siapa lagi kalau bukan Nyonya Eren Rasastan dan tuan Ernan Rasastan.
Nyonya Eren menangis nangis sejak tadi sambil menyebut nama putrinya, Devnee Valeri Rasastan.

"Nak Adrian.. Hiks.. Tolonglah kami.. Bujuk Devnee keluar. Saya tidak ingin kehilangan putri sematawayang kami"nyonya Eren menghampiriku dengan isakan yang masih terdengar walau dia berusaha menahannya

"Tenanglah nyonya. Saya akan berusaha berbicara dengan Devnee. Dimana dia sekarang?"aku menenangkan nyonya Eren

"Dia berada didalam kamarnya. Sejak dari semalam dia mengurung dirinya dan tidak keluar sekalipun untuk makan. Saya tidak tahu apakah dia sudah makan atau belum padahal dia memiliki penyakit mag Kronis. Dia daritadi hanya menangis dan menyebut nama anda nak Adrian. Tolong bujuk Devnee. Dia memang pandai membuat kami khawatir"tuan Ernan menjelaskan

"Baiklah saya akan mencoba membujuknya"aku melangkah kan kaki menuju kamar Devnee dilantai dua. Namun langkah ku terhenti saat sebuah tangan meraih pergelangan tanganku. Aku menoleh dan mendapati seorang wanita cantik berdiri dibelakangku.
Astaga! Bagaimana aku bisa lupa?! Aku kesini bersama Sofi, tunangan sekaligus calon istriku.

"Aku ikut"ucapnya singkat namun terdengar memaksa

"Baiklah"aku melanjutkan langkahku menuju kamar Devnee. Setelah tiba didepan Kamarnya, aku mengetuk pintu kamarnya pelan

"Pergi pa!! Ma!! Devnee gak mau keluar sampai Adrian datang kesini! Devnee gak mau makan, atau apapun lagi. Devnee cuma mau Adrian ma!! Pa!! Devnee capek sama semua ini. Pergi kalian..."aku mendengar teriakan Devnee dari dalam kamarnya. Aku menatap Sofi yang ingin membalas ucapan Devnee namun aku menahannya. Sofi hanya menghembuskan napas kasar

"Dev.. Ini aku, Adrian. Kamu keluar ya? Buka pintunya. Aku mau ngomong.."

"Adrian? Gak mau! Aku gak mau keluar. Kamu jahat Ad! Kamu jahat!! Aku benci sama kamu. Pergi kamu"Devnee berteriak dari dalam kamarnya dan sesekali terisak. Aku tahu pasti saat ini perempuan ini sangat sakit hati. Aku tau itu!

"Dev.. Keluar dong. Kan tadi kamu bilang kalau aku datang kamu akan keluar. Jadi keluar ya? Aku mau bicara sama kamu"aku masih mencoba membujuknya

"Udahlah Ad! Kalau dia gak mau keluar yaudah. Kenapa harus maksa maksa sih?"Sofi menatapku tajam

"Sofi. Lebih baik Kamu diam dulu. Aku lagi...."ucapanku berhenti seketika

"Oh, jadi kamu kesini nyuruh nyuruh aku keluar cuma buat pamer calon istri sialan kamu ini, heh?"Aku menatap sangsi saat pintu kamar itu terbuka dan menampilkan wajah garang Devnee. Aku tidak pernah melihat dia sekacau ini. Dan ini karenaku. Karena aku akan.... Menikah

"Dev bukan gitu maksud aku. Kamu tenang dulu. Kita bicarain baik baik, mama kamu khawatir sama keadaan kamu. Turun ya? Kasian mereka"aku membujuk Devnee dan gadis itu hanya dian sesaat lalu mengangguk

"Baiklah. Ayo kita turun"

Aku, Sofi dan Devnee berjalan beriringan menuruni anak tangga rumah ini. Tak ada sepatah katapun yang keluar dari bibir masing masing kami. Aku menginjakkan kaki diruangan utama rumah ini. Alangkah kagetnya aku ketika melihat 3 pasang orang tua dirumah ini. Ada Nyonya dan tuan Rasastan, Ada Nyonya dan tuan Baraksta, dan ada... Apa? Orang tuaku?!?!?!

"Papa? Mama?"aku menatap kedua orang tuaku

"Devnee..."Nyonya Eren memeluk Devnee erat dan menangis sejadi jadinya

"Maafin Devnee"ucapnya pelan

"Dev lain kali jangan lakukan hal ini lagi. Kau membuat semua orang mencemaskanmu"aku menatapnya. Tanpa sadar bahasaku menjadi formal kembali. Entah kenapa jika berada ditengah tengah keramaian seperti ini aku kembali ketabiat asalku. Terlalu formal dan kaku.

"Kamu egois Ad! Kamu jahat. Kamu hanya mementingkan perasaanmu saja. Kamu memberikan aku harapan setinggi langit lalu melupakannya begitu saja. Kamu jahat Adrian!!! Hiks..."Devnee berteriak tepat didepan muka ku membuat Sofi berjengit dan mundur beberapa langkah.

"Devnee tenang Dev"Tuan Ernan menarik bahu Devnee

"Lepas Pa! Aku sudah lelah dengan semua ini. Aku lelah dengan semua kepura-puraanku! Aku lelah dengan semua harapan yang pernah aku dapat. Dan aku lelah dengan janji yang membuatku kecewa. Aku lelah!!!"Devnee kembali berteriak dan meronta didalam dekapan sang ayah.

"Devnee.. Kau adalah gadis yang baik. Kau cantik dengan segala kesempurnaanmu. Kau juga berasal dari keluarga yang kaya. Aku percaya kau akan mendapatkan seseorang yang  bisa menjagamu dengan baik. Jadi biarkan aku bersama Sofi, Dev"aku menatapnya penuh rasa sesal. Aku tak menyangka luka yang ku torehkan membuat Devnee sangat sakit dan kecewa seperti ini. Namun ini kenyataannya. Meskipun aku tahu Devnee juga mencintaiku -bahkan lebih awal mencintaiku daripada Sofi- tapi inilah keputusanku. Aku memilih Sofi.

"Gak Adrian! Aku cuma mau sama kamu! Aku tidak akan menikah denfan siapapun selain kamu. Cuma kamu yang aku mau!"Devnee mentapku sambil terisak

"Apa? Itu tidak mungkin! Adrian hanya akan menikah denganku! Hanya aku yang akan menjadi istri Adrian, karena Adrian memilihku! Jadi Adrian hanya akan bersamaku. Titik"Sofi menatap Devnee dan aku bergantian sambil menyilangkan tangan didepan dada.
Argh! Ini benar benar memusingkan.

"Haahhh!!! Sudahlah hentikan! Jika memang itu yang kalian inginkan, maka aku akan menikahi kalian berdua! TANPA PENOLAKAN!"aku menatap semua orang diruangan ini dengan tatapan frustasi

"APA????"



BERSAMBUNG ~

Ini cerita baru aku. Semoga ada yang suka ya . Maaf kalau gak jelas.
No copas no plagiator!

Jangan lupa kunjungi juga ceritaku yang judulnya "Love After Making Love" ayo ramaikan... Hihihi ☺
Makasehhh :* ♡
Ciumsatusatu

Antara Tiga HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang