You're My Coffe

3.3K 253 34
                                    

Naruto™ © Masashi Kishimoto
Just Drabble (Teenager)
Romance Picisan
Boys Love||Slash||yaoi||BxB||sho-ai|| AU||SasuNaruSasu(?)

Amateure, sehingga menyebabkan EYD berantakan, Typo(s), Alur berantakan, OOC, keterpaduan cerita diragukan

Jika mual berlanjut segera gali kuburan anda sendiri, karna saya tidak tanggung jawab

~~~~~~~~~~~~~~~oooooo0000000oooooo~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Hangat menyapa bumi, kicau burung alarm bagi insan yang masih lelap di bawah hangat lembar kain selimut.

Mentari menghalau dingin, merubah menjadi harum segar khas pagi hari. Di sebuah apartement sederhana, di balkon terlihat dua pemuda dengan helai rambut yang berbeda duduk berhadapan. Raven dan Pirang, dua pemuda dengan ekspresi yang berbeda, ekspresif dan stoic.

Kepulan hangat menguap dari cangkir putih di masing-masing tangan berkulit Tan dan putih tersebut. Menguar aroma khas dari biji kopi yang sudah di hancurkan.

"Teme."

"Hn."

"Terima kasih!"

Senyum tipis terpahat indah di paras elok berkulit tan eksotis, tulus walau tanpa menatap sang lawan bicara sekalipun. Mata bak permata shapire itu masih terpaku pada warna kecoklatan di dalam cangkir yang Ia genggam. Berbeda dengan sang lawan bicara yang memandang bingung tak kentara di sebelahnya.

Sesaat, Sang Revan, Sasuke Uchiha terpaku pada senyum sosok Pirang di sampingnya. Meletakan cangkir yang sempat disesapnya. Memandang Sang Pirang, Naruto, Naruto Uzumaki di depannya sambil melipat kedua tangan bersidekap dingin.

"Kenapa?" Datar memang, tapi sarat akan tuntutan untuk di jawab. Mata onyx bak elang memandang tegas pada sosok di hadapanya.

Hening, Naruto masih setia pada pemandangan isi cangkir putihnya. Enggan menjawab, mendapat respon negatif Sasuke berdiri dari posisinya. Mengitari separuh meja di hadapannya yang terdiam sedari tadi. Bersimpuh di sisi Naruto, membawa tangan berlapis kulit putih bersih itu untuk berada di atas tangan berkulit tan yang setia merengkuh cangkir kopinya.

"Naruto, ada apa?" Suaranya melembut, mengalun menyadarkan Naruto dari kebekuan matanya pada atensi isi cangkir. Aliran listrik, bak sengatan-sengatan elektrik mengalir dari jemari yang tertutup kulit putih, menyebar memberikan rasa hangat di tubuhnya.

Onyx dan shapire bersiborok saling menyelami elok kelam dan jernih masing-masing iris mereka.

"Te-Sasu, Terima Kasih untuk segalanya, waktumu, pengorbananmu, kesetiaanmu, dan cintamu yang begitu besar hingga aku tak yakin mampu merengkuh dan menyimpannya baik-baik, Terima Kasih Sasuke, Terima Kasih, Aku benar-benar berterima kasih Sasu-

SRET

Sasuke bangkit berdiri, wajah tegas aristrokres itu tetap tertuju pada helai pirang yang bergerak lembut tertiup angin.
Mengalihkan atensinya pada kopinya di atas meja yang terabaikan sesaat.
Menyodorkan cangkir berisi kopi hitam pekat pada Naruto.

Naruto mengangkat kepalanya yang sejak tadi tertunduk, menatap cangkir kopi dan pemilik cangkir kopi bergantian.

Bukankah Sasuke tau bahwa Ia tidak suka kopi hitam tanpa gula? Lalu untuk apa Si Raven ini menyodorkan cangkir kopi yang menurutnya tidak enak tersebut.

"Minum." Perintah tanpa perubahan intonasi, terasa seperti pernyataan jika saja nada dingin yang kentara tidak masuk dalam kata yang di lontarkan Si Raven. Sementara cangkir kopinya semakin di dekatkan pada wajah berwarna tan di hadapannya.

Dengan ragu, Tangan tan Naruto bergerak. Sepertinya membantah bukan pilihan. Kala mata elang nan kelam tersebut menyorot bak katana yang haus akan darah. Meneguk cairan berwarna coklat gelap, dengan shapire yang terpejam.

'Pahit!'

Rasa pahit menyapa indra perasanya, tapi entah apa tanpa sadar kopi hitam itu di tenggak habis dengan ekspresi yang mulai rileks.

'Eh? Habis?'

"Te-teme, maaf," kata Naruto bersalah ," akan ku buatkan lagi."

Baru saja Naruto akan bangkit, sebelum kedua bahu di tekan kuat, menyebabkan Ia terduduk kembali.

"Duduk!" Perintah, Sasuke bersuara tegas, tangannya mengambil atensi benda kosong yang masih di tangan Si Pirang,"Dengarkan baik-baik."

"Bagaimana rasanya?"

"Pahit, awalnya pahit sekali, tapi aroma nya membuatku tenang dan nyaman, sehingga tanpa sadar cangkirnya kosong. Harum nya masih tercium hingga aku sadar itu habis."

Penjelasan panjang, wajahnya menatap Sasuke menuntut. Menuntut maksud tindakan dan perkataan Raven yang kini berdiri kokoh di sisinya.

"Sasuke?"

"Hn"

"Haah..." Hela nafas berat Naruto keluarkan. Kuncian pada bahunya sudah terlepas membuatnya bisa bergerak. Ia berjalan ke arah tepian Balkon. Memandang jauh kedepan, Sasuke sama sekali tidak meringankan kegundahaannya. Pikiran Si Pirang kembali berkelana, hingga tak menyadari jika posisinya dan Sasuke. Sasuke memelingkarkan tangan kokoh pada pinggang berisi Naruto. Menyandarkan kepalanya di perpotongan leher eksotis Naruto. Menyesap citrus maskulin yang menguar dari tubuh di kungkunggannya ini.

"Dobe, Naruto."

Sentakan kecil dirasakan Sasuke. Sepertinya Naruto melamun sejak tadi.

"Hidup kita ibarat kopi, kau tau kenapa?"

Tak ada suara hanya gerak kepala pertanda ketidak pahaman. Sasuke ternyenyum tipis, dikecupnya pundak berlapis kain tersebut.

"Rasanya pahit, hidup kita pahit bukan? Di anggap pendosa karna cinta. Tapi adanya kau di sini, di sisiku membuatku tenang dan nyaman Naruto. Kau seperti caffein membuat debar jantungku menggila," Sasuke menarik nafas sesaat,"Kau pekat bagai kopi hitam Naruto, aromamu, kehadiranmu, kau adalah yang terngiang saat khas aroma citrus tercium indraku, Aku menyayangimu selalu, selamanya"

Naruto tertegun, Berbalik memeluk balik Si Revan, " kau juga bagai creamer pada kopi ku,Suke. Kau yang membuatnya terasa manis di tengah rasa pahit kopi."

Mata ikut berperan, saling memandang, menyelami indah yang menenggelamkan atensi sekitar.

"Teme."

"Hn"

"Kau banyak bicara hari ini, jangan-jangan Keriput Itachi-Nii bertambah?"

"Tch."

Naruto terkikik menyadari ucapan panjang lebar Sasuke. Tak menyadari sosok nan jauh bersin keras di tempatnya. Sementara Si Revan mengeratkan rengkuhannya. Menikmati detik demi detik yang berlalu.

"Teme, kau tau? Kopi bisa di nikmati dengan suasana hangat atau dingin bukan?"

"Hn, seperti dirimu dapat ku nikmati saat panas dan dingin."

"Teme! Dasar mesum!"

Seringai tercetak apik di wajah Sasuke. Tanpa di teruskan pun semua tau arah cerita ini. Panas, pagi, dan sepasang kekasih.

O-WA-R-I

#LoveLikeACoffe

CoffeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang