PART 2
Di Rumah Sakit
Pukul 06.00Rizky tengah mengamati wanita hamil didepannya, dia merasa sangat bersalah, tapi yang justru mengganggunya adalah rasa nyaman berada disekitar wanita itu meskipun mereka tak pernah bertemu atapun kenal pada satu sama lain, dia memandangi wajah wanita itu yang cantik, bulu matanya panjang, hidungnya mancung, dan kulitnya eksotis. Dia tersadar ketika handphone disaku celananya bergetar.
"Ky kamu dimana, shooting udah mau mulai tau." Dari telpon terdengar suara gadis yang tampak kesal.
"Aku dirumah sakit ki, gue udah nelpon sutradara kalau ga bisa shooting sekarang." Ucap Rizky dengan wajah yang masih kusut. Dia tidak tega meninggalkan wanita yang ditabraknya sendiri, terlebih wanita itu masih belum sadar. Yang membuatnya sedikit lega karena dokter mengatakan kalau luka wanita itu tidak parah dan kandungannya bisa dipertahankan.
"Kamu sakit ?" Nada suara gadis itu berubah melemah, ada nada khawatir disana.
"Bukan aku. Tadi aku nabrak orang."
"APA ? TAPI KAMU GA PAPA KAN? ABIS SHOOTING AKU KESANA. SEKARANG AKU SHOOTING DULU." Nada khawatir Yuki semakin jelas terdengar.
"Aku ga papa, dan kamu ga perlu kesini."
Rizky mematikan telpon. Dia tidak mau gadis yang disukainya itu lebih khawatir lagi, mereka sudah lama bersahabat lama dan saling menyukai, tapi mereka terlalu takut untuk mengungkapkannya.
Rizky tidak ingin perasaannya malah membuat hubungan persahabatan mereka rusak, begitu juga gadis yang disukainya.
Di Lokasi Shooting
Pukul 06.00Yuki meremas jari-jarinya tidak tenang, raganya disana tapi pikirannya terbang entah kemana setelah mendengar kalau Rizky menabrak orang. Itu bukan hal yang kecil untuk seorang aktris.
Ini adalah hari pertama shooting sinetron mereka yang terbaru tapi justru Rizky menabrak orang.
Tanpa disadarinya seseorang mendekatinya dengan sebotol poccary sweat ditangannya. "nih buat lo." dia menyodorkan sebotol poccary sweat itu pada yuki, yuki menaikan sebelah alisnya, lelaki tinggi, atletis dan tampan ini belum dikenalnya.Ini pertemuan pertama mereka, tapi Yuki sudah bisa menebak kalau lelaki ini adalah lawan mainnya selain Rizky.
"Kenalin gue Verrell Bramastya." Ucapnya dengan suara yang sangat manly tapi lembut.
"Yuki." Ucap Yuki singkat, dia tidak bermaksud sombong, tapi memang sekarang dia tidak dalam mood yang baik untuk berkenalan. Yang ada dipikirannya sekarang Rizky hanya Rizky. Dia bangkit dan meninggalkan Verrell tanpa mengambil poccary sweat yang sengaja dibawa verrell, tentu saja Verrell merasa tersinggung dengan sikap Yuki, tapi dia tak ingin membuat suasana kerjanya jadi kacau, jadi dia lebih memilih memendam rasa kesalnya.
"Sombong banget." Ucap Verrell dengan nada berbisik.
Yuki berjalan kearah sutradara. Dia sedikit takut untuk memulai pembicaraan, Tapi dia harus melakukannya.
"Pak kita undur shootingnya sampe siang, saya ada urusan lain."
Perkataan Yuki itu membuat wajah sang sutradara berubah masam, bukan hanya sutradara tapi Verrell juga mendengarnya. Sekarang Verrell benar-benar berpikir kalau Yuki adalah artis yang sombong.
"Maksud kamu apa, kamu mau mainin kami semua yang udah kerja buat ngeset tempat ini dan harus nunggu kamu lagi sampe siang cuman buat shooting. Kamu harus professional dan hormatin kami, kamu ga bisa seenaknya ngerubah jadwal shooting." Ceramah Sutrada yang kesal.
"Saya ga peduli, yang sekarang saya perduliin itu Rizky. Dia nabrak orang dan ga bisa shooting hari ini, dan saya pengen nemenin dia, ini pasti sulit buat dia."
Verrell mengakui dia memang baru di dunia entertainment tapi dia tetap tak bisa tahan melihat sikap Yuki yang tidak professional, dia tak bisa menahan kekesalannya lagi dengan artis yang tidak professional seperti itu. Tepat saat Yuki melewatinya dia berkata. "Artis sombong yang ga professional." Ucapnya, membuat Yuki manatap sinis padanya. Tapi saat ini dia tidak punya waktu untuk bertengkar dia ingin segera pergi menemui Rizky.
Di lokasi kecelakan
Puluk 06.15Billy masih terkapar dipinggir jalan dengan luka disekujur tubuhnya, kondisinya sangat mengkhawatirkan dengan darah dimana-mana. Tepat saat itu ada sebuah mobil Honda jazz merah yang melaju dengan pelan, gadis yang menyetir membagi konsentrasinya diantara mengemudi dan memakai make up, tapi perhatiannya teralih saat melihat sesosok yang terkapar dipinggir jalan.
"AH MAYAT!!!" Teriaknya. Lalu dia mengerem mobilnya mendadak, dia takut setengah mati tapi dia bukan tipe orang yang bisa mengabaikan orang yang sedang membutuhkan bantuannya, hatinya sangat baik.
"Aduuuh duuuh duuuh, gimana ini?" Ucapnya dengan gaya imut. Dia melihat kancing bajunya. "Turun engga turun engga turun..." Kancing dibajunya habis tepat saat dia mengucapkan kata turun, mau tidak mau dia harus turun.
"Ayo michelle lo harus bantu dia." Ucapnya pada dirinya sendiri, seolah menyemangati dirinya sendiri.
Dia mendekat kearah tubuh billy yang terkapar parah, dia membalikan badannya, dan mendekatkan telinganya kearah dada bidang billy, memeriksa detak jantungnya dengan sangat hati-hati. Masih berdetak."Alhamdulilah, ini orang masih idup."
Sekarang kepalanya menoleh ke kiri dan kanan, mencari orang untuk membantunya membawa tubuh Billy ke mobilnya, tapi karena itu masih pagi jadi tak ada seorangpun disana, akhirnya dia memutuskan untuk menggunakan tenaganya sendiri, menyeretnya dengan lembut dan hati-hati.
Begitu tubuh billy berhasil masuk kedalam mobilnya, dia langsung mengusap peluhnya dan berkaca.
"Ini orang berat banget, gue jadi keringetan, make up gue luntur deh."
Dia masuk kedalam mobilnya dan langsung membawa billy kerumah sakit. Sebuah kecelakan itu adalah kebetulan yang membawa mereka bertemu orang-orang baru dalam hidup mereka, mereka tidak menyadari kalau kebetulan-kebetulan itu telah mengikat mereka.
Rizky sang actor yang harus menabrak seorang wanita hamil bernama Dinda.
Yuki yang sombong yang harus berurusan dengan Verrell, dan Billy sang suami idaman yang diselamatkan oleh Michelle.
Mereka belum menyadari kalau kebetulan adalah cara tuhan membahasakan Takdir.
YOU ARE READING
DESTINY
Fanfickebetulan adalah cara tuhan membahasakan takdir. dan kebetulan itu membawa mereka bertemu untuk sebuah alasan