PLAAKK ! ! !
Suara tamparan itu mendiamkan seisi kelas yang tadinya ramai oleh celoteh para murid. Semua mata memandang ke satu titik, di mana Raya tengah berdiri marah di hadapan Vino yang hanya memandang kaget sembari meraba pipinya yang kini terasa panas.
Raya menatap Vino denga pandangan terluka. Raya menggeleng pelan dan langsung meninggalkan kelasnya. Semua penghuni kelas Ipa 1 mengamati kejadian itu dengan napas tertahan. Jelas tau siapa yang salah dan siapa yang benar.
“Raya!”
Saskia, sahabat baik Rayalah yang paling pertama pulih dari kekagetannya. Ia kemudian menatap Vino dengan pandangan mencela.
“Vin, elo memang keterlaluan ya!” kata Saskia tak percaya. “Lo kalau memang nggak punya perasaan sama Raya, seenggaknya lo bisa menghargai perasaannya!! Raya juga cewek, Vin!! Bisa sakit hati juga!” bentak Saskia tajam, lalu meninggalkan kelas menyusul Raya.
Vino masih terlalu tercengang sehingga nggak bisa bereaksi. Ia bergeming dan menatap kepergian Raya. Dia tersentak pelan saat Anjar menepuk pundaknya, berusaha menyadarkan Vino dari keterpakuannya. Vino tampak linglung, kejadian barusan tampaknya telah menerbangkan kepintarannya entah ke mana.
***
(Flashback beberapa saat sebelum Raya menampar Vino...)
Vino dan teman-temannya sedang ngobrol-ngobrol di kelas. Mereka tertawa dengan suara keras dan juga saling melempar celaan pada yang lainnya. Lalu, tiba-tiba saja Derry menyeletuk tentang siapakah cewek tercantik di kelas mereka. Mereka pun mulai memberikan nilai-nilai pada cewek yang mereka anggap memenuhi syarat.
“Tuh, si Mini lumayan kan? Udah seksi, gaul pula! Yah, biarpun otaknya pas-pasan,” ujar Danar.
“Masih cantikan Indi! Cantik, ramah, sikapnya ayu banget lagi! Apa coba yang kurang?” sahut Anjar tidak mau kalah.
“Yee, mendingan juga Laylah, udah sexy, cantik, menggoda, body kayak gitar spanyol!” sahut Vino sembari tertawa, karena yang namanya Laylah itu berlawanan dengan definisi Vino tadi.
“Alaah, Raya gimana, Vin?? Lo kan dekat sama dia,” goda Derry. “Atau jangan-jangan kalian udah jadian ya??”
Vino yang tak siap menjadi bahan olokan langsung salah tingkah. Alhasil teman-temannya semakin menggodanya. Vino pun hanya bisa membantah habis-habisan. Saking semangatnya membantah, Vino sampai kelepasan bicara.
Vino mengatakan hal-hal yang nggak ia niatkan untuk dikatakan. Dan kalau sampai Raya mendengarnya, mungkin Raya akan tersinggung karena Vino mengatakan saat bersama Raya itu seperti menghabiskan waktu bersama teman cowok. Padahal dalam hatinya, Vino senang bisa berteman dengan Raya. Selain Raya itu asik dan fleksibel, kesukaan mereka akan hal-hal tertentu juga sama. Sehingga Vino merasa nyaman jika bersama Raya. Hanya saja, kepanikan dan malu membuat Vino melupakan sopan santunnya.