Satu

54 5 0
                                    

Rifka membuang pandangannya keluar jendela. Sekarang ia tengah berada di dalam lrt yang akan membawanya pulang ke rumahnya. Ia kembali teringat kata-kata Amanda sahabatnya saat di dalam kelas tadi. Ia tak habis fikir bahwa kehidupannya di tahun akhir ini lebih sulit dari apa yang ia bayangkan. Ingin rasanya ia kembali ke tanah air dan menumpahkan segala keluh kesahnya bersama sang ibu disana. Namun ia tahu itu semua bukan yang ibunya harapkan.

Rifka menutup matanya sembil menghela nafas berat . Dan saat ia membuka mata, dia dapati sebuah botol air mineral ada dihadapannya. Rifka terus menolehkan kepalanya melihat siapa yang menyodorkan air mineral itu. Matanya tertegun sebentar sebelum ia menutupi keterkejutannya dan kembali menatap datar orang yang ada disebelahnya .

"Its ok im not a stranger. Saje nak bagi awak minum. Sebab saye tengok awak macam ade masalah," ucap lelaki melayu asing di sebelahnya .

"Hurm ... Tak ape . Saye tak dahage. " tolak Rifka halus. Yang benar saja fikir Rifka. Mana mungkin dia mau menerima air dari orang asing. Rifka terus terbayang kasus-kasus kejahatan yang sekarang banyak berlaku di Malaysia.

"Awak pasti terbayang kes-kes culik yang sekarang tengah famous kan? Jangan risau. Saye betul-betul nak bagi awak air. Sebab saya perhati awak sejak naik lrt tadi, awk asyik melamun then hembuskan nafas kuat-kuat. Nampak macam tension sangat," jelas lelaki itu panjang lebar.

Kali ini keterkejutan Rifka terlihat jelas dimukanya. "Ape??? Awak stalk saye daripada tadi?" Pekiknya tertahan.

Kontan orang-orang yang ada di sekeliling mereka melihat lelaki itu dengan pandangan tajam. Lelaki itu terlihat salah tingkah dan memandangi orang-orang yang ada disekeliling mereka dengan wajah serba salah.

"Bu.. Bukan . Bukan . Maksud saya bukan saya stalk awak .. Sa.. Saya..."
Tiba-tiba suara yang menginformasikan bahwa lrt telah sampai terdengar dan pintu lrt pun terbuka secara otomatis .
Rifka tanpa pikir panjang bangkit berdiri meninggalkan lelaki itu dan sambil setengah berlari menjauh dari lelaki tadi.
Lelaki itu juga dengan pantas mengejar Rifka namun ia terlambat , Rifka sudah dulu masuk ke dalam taksi meninggalkan stasiun .

"Huuuffftthhh .... Hampir aja . Lagian tuh cowok gila apa? Iihh .. Amit-amit ketemu lagi ." Umpat Rifka pelan begitu ia menyebutkan alamat rumahnya pada supir taksi .

Rifka meraba saku ranselnya untuk mengambil handphone. Tapi bukan handphone yang didapatinya, melainkan saku itu kosong. Dan pada saat itu Rifka baru tersadar ..
"Ya Allah ... Hape aku...." Ucapnya lirih.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 17, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

If I CanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang