Satu - Awal Bahagia

10.7K 504 14
                                    

Selamat membaca!

***
"Sayang, lo di mana sih? Kita kan janjian jam dua belas di sini," Ucap seorang cewek yang sedang duduk di pojok café sambil memegang ponsel.

"Gue udah di belakang lo, kok." Ucapan itu membuat Prilly menoleh kebelakang.

Matanya bertatapan langsung dengan mata bola mata Ali yang indah. Kini, kekasihnya itu membawa sebuket bunga mawar berwarna merah dan memberikannya kepada Prilly.

Selalu seperti ini, kejutan-kejutan kecil yang diberikan Ali, membuat Prilly tidak bisa berhenti mencintai cowok itu.

"Aduh.. Malu kan diliatin orang. Mana warnanya cerah banget pula," Ucap Prilly dengan pipi bersemu merah.

Ali tertawa dan duduk di depan Prilly.
"Tapi seneng, kan?"

Prilly mengangguk dan meletakkan bunga itu di sebelahnya.

"Kenapa dateng terlambat?" Tanyanya.

"Iya," Ali menghela nafas. "Sebenernya gue udah jalan dari tadi, tapi tiba-tiba gue baru inget kalo dompet gue ketinggalan di rumah. Jadi, gue balik lagi, deh. Sampe di rumah ternyata ada tamunya Kak Nayla, demi sopan santun, gue nungguin dia dulu."

Dengan satu tarikan nafas, ia menyelesaikan perkataannya.

"Oh gitu," Prilly mengangguk-angguk sambil menyesap milk teanya. "Lo gak pesen dulu?"

Ali mengangkat tangannya untuk memanggil pelayan. Setelah memesan pesanannya, Ali kembali menatap Prilly.

Merasa risih di tatap seperti itu, Prilly mendorong wajah pacarnya tadi dengan menggunakan telapak tangan.

"Jangan liatin gue kayak gitu, dong!"

"Astaga, tangan lo bau jengkol!" Ali menahan tangan Prilly dan menggenggamnya.

"Enak aja!" Bibir cewek itu maju lima senti-- sepertinya.

Ali tertawa geli sementara tangannya mengusap-usap tangan Prilly.

"Lo makin hari makin cantik, ya. Gue bahagia punya pacar kayak lo. Gimana nanti kalo udah nikah, ya..."

"Gombal," Prilly mencibir.

"Gak gombal, sayang. Masa gini dibilang gombal sih?" Ali masih menggenggam tangan pacarnya itu. "Ntar waktu kita nikah, tangan lo pasti nggak sehalus ini lagi, deh."

"Itu tandanya gue ntar beneran jadi istri yang baik, Ali sayang."

Ali tertawa dan meletakkan tangan Prilly ke atas meja. Hening selama beberapa saat sampai seorang pelayan membawakan pesanan Ali.

Sepeninggal pelayan itu, Ali mulai mencicipi makanannya, sementara Prilly menekuri ponsel dan membuka instagram.

"Li," Panggil Prilly. "Masa di explore gue liat ada foto lo sama cewek bule."

"Mana?" Tanya Ali sambil meraih ponsel Prilly. Beberapa saat kemudian, cowok itu mengembalikannya. "Oh, itu temen gue di sana. Anaknya baik, asik lagi."

Prilly menatap Ali dengan pandangan menyelidik. "Oh, gitu?"

Entah mungkin karena tabiat cowok yang sama sekali tidak peka, Ali mengangguk dengan santai tanpa menyadari perubahan raut muka Prilly.

"Pasti seneng dong punya temen kayak gitu," Prilly tidak bisa menahan nada sinis yang keluar dari ucapannya.

Ali mendongak dan menyadari hal itu.

"Lo cemburu, Prill? Really?"

"Keliatannya?"

Senyum Ali mengembang. "Yaampun, akhirnua cewek gue bisa cemburu juga. Artinya lo sayang sama gue,"

Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang