Chapter VIII

1.4K 82 5
                                    

2014
Langit Nampak begitu cerah hari ini. Masih sama beberapa tahun yang lalu, aku masih suka musim gugur. Tanpa terasa sudah lebih dari 4 tahun aku meninggalkan bangku sekolah dan sekarang aku telah lulus kuliah dan fokus mencari pekerjaan. Tidak ada yang berubah dengan diriku sejak dulu, hanya saja aku mulai nampak dewasa berbeda dengan saat aku sekolah dulu. Aku berjalan menuju sekolahku dulu. Aku rindu dengan masa-masa sekolahku. Di sana aku merasakan arti teman dan sahabat dan di sana pula aku merasakan yang namannya cinta.
langkahku berhenti di depan ruang club musik. Kenangan tentang ruangan ini masih terlihat dengan jelas di pikiranku. Di ruangan inilah aku merasakan jatuh cinta untuk pertama kalinya dan sayang sekali cinta pertamaku itu harus bertepuk sebelah tangan. Aku tersenyum jika mengingatnya kembali. Seiring berjalannya waktu, aku mulai bisa menerima kenyataan walapun terkadang kenangan pahit itu menghantuiku.
Sejak hari dimana aku patah hati, aku tidak pernah bertemu dengan Park Chanyeol lagi. Kata Jong in, dia sedang melanjutkan kuliahnya di luar negeri. Aku sempat merasa sedih dan frustasi beberapa minggu tapi berkat sahabatku Jong in aku bisa mulai menata hatiku kembali dan fokus untuk melanjutkan sekolahku. Aku benar-benar harus berterimakasih padanya. Aku mengambil gitar yang terkeletak begitu saja di ruang musik lalu memainkannya. Sudah lama aku tidak memetik gitar, terakhir saat aku masih kelas 2 karena saat kelas 3 dan saat Chanyeol sunbae lulus dari sekolah ini, aku keluar dari club musik dan menyibukkan diriku untuk belajar. Aku mulai bernyanyi dan bermain gitar sesuai apa yang Chanyeol sunbae ajarkan padaku. Sebenarnya aku ingin sekali membencinya tapi Jong in mengatakan padaku untuk tidak membenci orang yang telah memberiku kenangan terindah tentang cinta pertama. Entah darimana dia mendapatkan teori seperti itu. Permainanku berhenti saat aku merasakan seseorang memandangi di depan pintu ruang club musik. Aku tersenyum ke arahnya dan dia juga membalas senyumku.
"kenapa kau berhenti? Aku ingin mendengar permianan gitarmu. Rasanya sudah lama aku tidak mendengarnya". Orang itu menghampiriku dan duduk di sampingku. Aku tersenyum dan menaruh kembali gitar itu.
"aku tidak ingin kau mendengarnya. Pasti kau akan menertawaiku". Kataku pura-pura kesal tapi dia malah tertawa.
"kau memang selalu tahu jalan pikiranku Hye jin". Aku ikut tertawa dengannya. Bagaimana aku tidak tahu jalan pikiranmu jika kau selalu berada di sisiku selama 10 tahun ini. Aku sudah menjadi bagian hidupku.
"kajja kita pulang tapi sebelumnya kita harus makan dulu. Aku sangat lapar". Kataku manja sambil mengelus perutku. Dia hanya tertawa dan mengacak rambutku asal.
"Yaaaakkkk!!! Kim Jong in. aku kan sudah bilang jangan mengacak rambutku. Aku tidak suka". Kataku kesal. Kebiasaan lamanya tidak berubah selalu mengacak rambutku asal dan membuatku marah. Dasar Kim Jong in.
"itu aku lakukan karena aku cinta padamu Shin Hye jin". Katanya lembut di telingaku membuat wajahku memerah.

My BestFriend My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang