THE RING

32 3 0
                                    

~~~

Bisakah aku memilih jalan hidupku sendiri? Bisakah aku menentukan dengan siapa hatiku akan kulabuhkan? Dan bisakah aku memilih diantara bahagia dan kesedihan?

~~~

Untuk kesekian kalinya. Aku merapatkan kedua mataku. Berusaha menghalau airmata yang mulai keluar. Aku menengadahkan wajah, menyongsong guyuran hujan yang jatuh membasahi tubuhku tanpa henti seolah mengerti suasana hatiku. Semuanya berkelebat dikepalaku, cacian, hinaan, dan segala tuduhan yang menyalahkan keberadaanku didunia ini. Apa salahku? Kenapa mereka memperlakukanku seperti ini? Tak pantaskah aku dicintai.

Aku tidak memperdulikan orang-orang yang berbisik dan berlalu lalang disekitarku. Aku tak peduli dan benar-benar tak berniat untuk itu. Tapi dorongan kasar dipunggungku membuat pertahananku goyah. Aku terjerembab diatas aspal. Tak berniat sama sekali tahu siapa yang sudah membuatku terjatuh, aku berusaha bangkit kembali meski kedua kakiku terasa letih dan tak mampu berdiri. Aku mencoba berkali-kali, tapi aku kembali jatuh terduduk. Aku merutuki nasib yang sama sekali tak pernah memihakku bahkan disaat aku sudah kehilangan semuanya. Aku merasakan hujan tak lagi mengguyurku, aku mengernyit sambil mendongak keatas. Aku tak bisa melihat jelas wajahnya karena ia membelakangi cahaya neon lampu jalanan. Yang aku tahu ia kemudian bersimpuh didepanku dan aku melihat samar siapa dia. Seorang pria dengan tatapan iba yang kentara meski ia berusaha menutupi raut wajahnya. Matanya menyiratkan hal yang bertolak belakang.

"Kau tidak apa-apa? Maaf aku tak sengaja menabrakmu, apa kau terluka? Mari aku bantu berdiri."

Aku menatap uluran tangannya dan kembali menatap wajah pria itu. Entah kenapa, aku tahu ia jauh lebih berbahaya dari keluargaku sendiri. Tapi keadaanku saat ini tak memiliki pilihan lain. Apa yang lebih kejam dari dunia ini ketika kau  dibuang oleh keluargamu sendiri? Dari orang-orang yang kau percaya takkan menyakitimu? Tapi kenyataan tak seindah apa yang kau bayangkan, manusia selalu memiliki sisi gelap didalam dirinya. Begitu pula dengan keluargaku. Dan ketika aku menyambut uluran tangan pria itu, aku tahu, hidupku akan jauh lebih berbahaya dari sebelumnya ketika menatap cincin dijari telunjuk pria itu. Aku ingin menarik tanganku kembali, tapi ia lebih dulu mencengkramku kuat. Aku panik, tentu saja. Aku dapat mendengarnya berbisik dibawah guyuran hujan.

"Tidak, sekali kau menyambut tanganku. Kau tak boleh melepaskannya."

Suara itu terdengar berat dan dalam. Amat sangat tersirat bahaya yang mengancam dari balik suara itu, aku tak bergeming. Kakiku sudah terpercik lumpur. Dan aku memilih berkubang sekaligus. Dan ketika sinar lampu mobil yang berlalu lalang mengenai wajah kami. Aku dapat melihat dengan jelas wajahnya yang selama ini selalu ditakuti. Wajah seorang Lucifer yang terbungkus aura malaikat. Dan ketika aku menatap tepat kedalam manik mata kelamnya, aku dapat melihat jelas kilat bahaya yang mengintaiku.

-----

Aku menatap nanar pada nampan perak dihadapanku. Diatasnya terdapat susu hangat dan semangkuk bubur. Aku kelaparan, tapi entah kenapa aku enggan mencicipi apa yang terhidang dihadapanku. Aku menghembuskan nafas berat sambil memijit pelipisku pelan. Meski sudah mandi dan berganti pakaian, guyuran hujan tadi masih menyisakan pening dikepalaku. Derit pintu membuat tubuhku menegang. Aku mendongak menatap kearah pintu, disana pria itu berdiri sambil bersedekap didada. Aku tahu, ia sedang mengawasi setiap gerak gerikku.

"Kau tak memakan makananmu."

Aku meringis sedikit, ucapannya datar tapi cukup kentara kalau ia tak menyukai kalau aku tak memakan apa yang dihidangkan. Aku menatapnya, "Kau akan meracuniku."

Ia menaikkan alisnya sebelah, sedetik kemudian kilat geli terlihat dari kedua matanya. Ia berjalan pelan kearah sofa dikamar tempatku berada, ia memilih tempat duduk dihadapanku. Ia menatapku sesaat sebelum akhirnya mengambil sesendok bubur dan menyodorkannya tepat dihadapanku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 28, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HEAVEN LIKE HELLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang