Chapter 4

724 77 5
                                    

Saya balik lagiiiiii ada yg kangen ga \o/ #mimpilonyet #dibuang
Makasih banget buat yang masih ngikutin cerita ini,
Jujur waktu ngepublish fic ini saya re-read lagi ceritanya, jadi blushing sendiri sambil guling2 gaje mikir kok bisa ya nulis cerita beginian... #memandangkejauhan
Anyway, cerita ini masih ada 2 chapter lagi. Kalau ga sabar nunggu saya inget buat publish kelanjutannya, komen aja di bawah sono saya pelupa soalnya #dikeroyok


Menuruti saran Daiki pada surat sebelumnya, hari ini Kuroko sengaja meliburkan toko seharian penuh setelah menyewa jasa kurir langganannya untuk memenuhi seluruh pesan antar hari itu. Jadi, hari minggu ini ia benar-benar terbebas dari segala yang berhubungan dengan pekerjaan. Senang mendengarnya, Kagami pun turut mengundang seluruh anggota tim basketnya agar bisa diperkenalkan pada Kuroko sekaligus bermain basket di lapangan terdekat. Dan tanpa mereka sadari, sang mentari mulai bergerak menuju arah barat—menorehkan rona orange pada langit biru itu.

Entah sudah berapa lama Kuroko tidak bersenang-senang seperti ini sejak kedua orang tuanya meninggal. Selama itu yang ada dipikirannya hanyalah bagaimana cara mengembangkan bisnis keluarga seraya mengejar impiannya sebagai penulis novel—satu-satunya impian yang masih ia pertahankan sampai saat ini. Ternyata pilihannya untuk meliburkan diri tidak buruk juga, sehingga ia memberi catatan pada diri sendiri agar tidak lupa untuk mengambil cuti. Yah, sebulan sekali rasanya sudah cukup untuk menyegarkan pikirannya seperti saat ini.

"Minna-san, terima kasih untuk kedatangannya hari ini. Dan maaf sudah menyita hari libur kalian." Ujar Kuroko seraya membungkuk sopan.

"Sudah kami bilang tidak apa-apa kok! Jangan dipikirkan!" Sanggah Aida Riko, si pelatih klub basket, seraya mengibaskan tangannya.

"Riko benar, jangan sungkan untuk menghubungi kami kalau kau kesepian ya. Kami bakal langsung meluncur ke lokasi lho." Canda Kiyoshi yang sukses membuat Kuroko terkekeh kecil.

"Kalau begitu saat latihan basket sedang berlangsung, akan kupastikan untuk menghubungi Kiyoshi-san terlebih dahulu." Balas Kuroko.

"Ya, akan kutunggu—"

"D-aho! Kau lupa ya kalau sebentar lagi ada semi-final?!" Seru Hyuuga, sedangkan Kiyoshi malah memperlihatkan wajah terkejutnya.

"Eh? Yang benar?!"

"Kemana saja kau selama ini?!"

Izuki hanya bisa tertawa hambar menanggapinya, "Sasuga Kiyoshi." sedangkan Aida mendorong kedua orang itu agar segera berjalan dan tidak hanya berdiam di tempat dengan Hyuuga yang terus memarahi Kiyoshi.

"Sampai jumpa, Kuroko! Besok kita main ke tokomu ya~"

"Jaga dirimu baik-baik ya!"

"Sampai besok, Kuroko!"

"Hai. Itterasshai, minna-san." Kuroko menanggapinya dengan melambaikan tangan singkat untuk mengantar kepergian rombongan tim basket SMA Seirin yang dominan terdiri dari murid kelas dua dan kelas tiga. Beberapa dari mereka pergi ke arah yang berlawanan dan ada yang mengambil sama, sedangkan Kuroko sendiri tidak langsung pulang menuju apartemennya. Sesuatu seperti mendorongnya untuk singgah sebentar di tokonya, entah apa itu.

Mungkin..secara kebetulan ia bisa bertemu dengan Daiki yang akan menaruh surat?

Dan karena pemikiran yang datang tiba-tiba tanpa dimintanya itu, ia jadi bertanya-tanya apa yang sedang dilakukan Daiki sekarang. Apa Daiki sudah makan? Apa dia berlatih basket sampai malam lagi? Apa—

'K-kenapa aku jadi memikirkannya..?' Geleng Kuroko cepat dengan beberapa garis rona merah di kedua pipinya. Seraya berusaha mengenyahkan pikiran itu, ia segera mempercepat langkah kakinya.

The Story of A Florist And A StalkerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang