Gue natap Bunda yang lagi natap gue dengan tajam.
"Besok jam 10 Pagi Bunda sama Ayah anter kamu ke Pesantren." Kata Bunda dengan santai.
"Iya! Gausah dibilang juga Tiffany tau. Minta Peta Pesantren-nya, Bun."
"Untuk apa? Kan udah Bunda bilang kalo Bunda sama Ayah yang nganter kamu, kamu ting-"
"Cuma minta Peta-nya doang apa susah-nya sih?!" Kata gue dengan sinis. Gue gak suka dibantah.
"Yaudah. Nih. Pergi ke kamar sonoh, bosen gue liat muka lau." Kata Bunda gak kalah sinis.
"BAY!" Setelah itu gue pergi ke Kamar dengan muka cemberut.
Gue Nelfon Alvin, semoga aja dia mau ikut gue ke Pesantren. Hiks.
"Halo Tiff? Kenapa?"
"Alvin... Ayo dongg. Ikut gue ke Pesantren."
"Dih. Kan gue udah bilang, kalo gue gak mau."
"Ayolah Vin. Lu mah, jahat banget sama gue."
"Nggak."
"Yaudah kalo gitu! GUE GAK MAU KETEMU LO LAGI! JANGAN NELFON-NELFON GUE LAGI! GUE JIJIK LIAT MUKA LO! BAY!"
'Tutt..Tutt..Tut'
Gue udah bilang kalo gue gak suka dibantah. Dan sekarang inilah gue lakuin.
Kabur malam ini ke Pesantren.
'Drrrtt..Drrrtt'
'Brian is Calling'"Halo Brian. Kenapa?"
"Kata Tiara lo mau pindah ke Pesantren."
"Iya. Eum-- lo lagi sama Tiara dan Nathan kan? Coba lo pamit sama mereka untuk pulang duluan dan lo pergi ke rumah gue. Gue mau kabur."
"WHAT?!"
"Iya. Cepetan! Kalo enggak, gue malam ini pergi sendirian ke Bandung."
"Okay.. Okay. Five minutes. Ntar kalo gue udah sampe, gue telfon."
'Tut..Tut..Tut.'
Gue masukin Semua Pakaian gue ke 3 Koper. Wait-- gue mau ke Pesantren kan? Tapi.. Baju sama celana gue pendek-pendek semua anjrot. Ah, persetan dengan semuanya. Yang penting gue kabur duluan ke Pesantren.
Setelah siap, gue ngeliat Handpone gue bergetas pertanda Brian yang Nelfon. Gue lansung nge-lempar 3 koper gue dari Balkon.
'BRAK'
'BRAK'
'BRAK'
Mantab. Setelah itu gue langsung lompat dari Balkon.
'BRUGHH'
Shit.
Encok badan gue. Gue narik 3 Koper itu menuju Gerbang rumah. Untung gue punya kunci cadangan ples satpam rumah lagi ngorok dengan enaknya.
Setelah gue kunci lagi gerbangnya, gue berjalan menuju mobil Brian. Memasukkan koper didalam Bagasi Mobil Brian, setelah itu gue duduk disebelah Brian.
Brian melajukan mobil menyusuri jalan raya.
"Lo jangan bilang siapa-siapa kalo gue kabur duluan ke Pesantren. Karena cuma lo yang tau." Perintah gue ke Brian.
"Okay. Woles ae. Jadi, lo udah bener bener yakin untuk tinggal di Pesantren?" Tanya Brian ke gue.
"Sebenernya males sih, tapi gue mau main-main dikit di pesantren. Leh ugha lah ya? Hahahaha." Kata gue dengan tertawa.
Brian menggeleng-gelengkan kepalanya. "Jadi? Kita LDR dong?"
Wat de fak?!
"Ldr? Pacaran sama lu aja enggak." Kata gue dengan santai.
Brian cemberut. "Jadi selama ini lo anggap gue apa?"
"Hm, supir. Hehe" Balas gue dengan cengengesan.
"Supir-zone gitu?" Tanya Brian. Ngaco emang nih orang.
"Udah ah. Ngomong sama lo bikin gue sarap. Gue tidur dulu, ntar kalo udah nyampe bangunin. Okay?" Brian cuma ngangguk.
Okey, Good Bye Bunda, Ayah, Kak Bi, Kak Angel, dan Tiara kembaranku tersayang...
***
Ini absurd bgt guyzzz. Hahahaha, VoMent nya jan lupa :")
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Girl In Pesantren
Novela Juvenil[TELAH DITERBITKAN] Takdir benar-benar tidak bisa ditebak. Ia mampu merubah kehidupan seseorang dengan waktu sesingkat mungkin. Siapa sangka Tiffany yang bandel dan keras kepala ini akhirnya masuk ke dalam pesantren? Ingin rasanya ia menertawai...