SASSHIE
"Sash, lo duduknya agak majuan lagi deh.", ucap randra tak berapa lama setelah aku dibonceng olehnya di atas motor.
Aku menggeser posisi dudukku lebih mendekat ke arahnya, "oke", balasku.
Ia tidak berkata apa-apa lagi namun tak berapa lama menepikan motornya di pinggir jalan.
Ia membuka helmnya - menampilkan peluh keringat yang membasahi sudut-sudut wajahnya, lalu menoleh ke belakang, menatapku.
"sash-, lo pernah naik motor ga sih?", tanyanya.
Aku tersenyum kecil sambil balik menatapnya, "pernah dong."
Ia mendecak pelan, "pasti naik motornya biasa dibonceng ojek.", statement-nya.
Aku mendengus, entah kenapa sedikit sebal dengan statement-nya barusan, "emangnya kenapa kalau dibonceng ojek? Kan sama-sama naik motor. I don't see any problem.",
"well, there is a problem. masalahnya, gue.. bukan.. tukang.. ojek", ia memutar bola matanya, "duduknya jangan gitu, badan lo jadi kaya jomplang ke belakang. Lo ga jijik duduk bonceng-boncengan sama gue kan? coba deh posisi duduknya dideketin lagi sampe lutut lo bener-bener nempel ke punggung gue."
Saat mengatakan itu, matanya seakan menatap lurus ke dalam mataku - meskipun wajahku dibingkai oleh kaca helm, membuatku menjadi sedikit salah tingkah. Aku mengalihkan pandanganku darinya, dan melakukan apa yang barusan ia katakan.
Sekarang jarakku dengannya menjadi sangat dekat, walau masih tetap berjarak agar tidak sampai mendorong tubuhnya ke depan.
"ok, good enough.", ia lalu menoleh kembali ke arah depan, dan memasang kembali helm nya.
Sebelum ia menyalakan mesin motor, ia kembali berkata, "tunggu, ada lagi yang kurang.",
Tiba-tiba tangan kanan dan kirinya menarik lembut kedua tanganku, lalu diletakkannya melingkar di pinggangnya. Sekejap, aku terhenyak. Aku belum pernah memeluk pinggang seseorang di atas motor seperti ini, karena yah.. seumur-umur yang boncengin naik motor emang selalu abang tukang ojek. Sensasi yang aneh pun menjalar memasuki seluruh tubuhku, tapi anehnya aku menikmatinya.
"ok, stay kaya gitu ya. Badannya di rileks-in aja, gue nyetirnya agak kenceng sih, tapi ga bakal nyetir kaya orang kesurupan kok. yang penting lo duduknya bisa nyaman, jadi gue juga nyetirnya bisa tenang. deal?", jelasnya dengan suara yang terdengar sangat lembut.
Setelah motor yang kami tumpangi kembali melaju, bisa kurasakan angin menghempas tubuhku. Anehnya, meskipun sinar matahari di atas sana menyengat, tapi angin yang kurasakan menerpa tubuhku terasa amat menyejukkan.
Kutatap langit musim panas yang menjulang di atas kepalaku, yang menampilkan awan-awan putih yang berwujud seperti cotton candy. Lukisan karya Tuhan, jauh lebih cantik daripada pencitraan langit yang digambar di atas langit-langit kamarku.
Seakan menghipnotis, pemandangan itu membuatku lupa akan segalanya.
Tanpa sadar kueratkan pelukanku pada pinggang randra, dan kusenderkan kepalaku menempel di pundaknya. Aku ingin menikmati moment ini, melupakan reva, melupakan cia, melupakan hiruk pikuk jalanan di sekelilingku. Hanya ada aku, langit musim panas, angin sejuk yang menerpa tubuhku, dan punggung malaikat yang ada di hadapanku.
Setidaknya saat ini saja, duniaku terasa sangat damai.
***
RANDRA
Gadis itu sangat, sangat penuh kejutan.
Siapa yang pernah menyangka kalau seseorang bisa tertidur di atas motor? Di tengah terik sinar matahari pula. Yah, setidaknya bukan aku.
Tapi gadis itu bisa. Diatas motor, ia tertidur lelap di belakang punggungku, seraya merebahkan kepalanya yang ditutupi oleh helm.
Aku bisa saja - dan normalnya - membangunkannya supaya aku bisa turun dari motor. Tapi sayangnya aku tidak bisa, rasanya tidak sampai hati membangunkannya yang sedang tertidur lelap penuh kedamaian seperti itu.
Bahkan setelah beberapa waktu berlalu, dan kini kurasakan punggungku mati rasa karenanya, aku masih tak kuasa untuk bergerak.
Sudah lebih dari lima belas menit yang lalu akhirnya kami sampai di tempat tujuan yang kumaksud, tapi beginilah, bukannya turun, aku malah terduduk kaku diatas motor, membiarkan gadis yang kubonceng tertidur merebahkan tubuhnya di punggungku.
Beberapa orang yang lalu-lalang berbisik sambil melirik ke arahku dan sasshie. beberapa tertawa kecil, beberapa-nya lagi menatap kami dengan pandangan heran.
Harusnya sih aku keki setengah mati, tapi anehnya aku malah mendapati diriku tersenyum.
Dan beberapa bait sebuah lagu lama seakan berputar di dalam kepalaku,
Tick tock tick tock listen to the clock, what time is it.. tell me once again, what time is it..
...
..(It's time for love).
***
KAMU SEDANG MEMBACA
The Story of Us
RomanceRandra Scott Aley, Tasya Syifia Saranindita Putri, Tabitha Alicia Norman, Revano Putra, dan kisah mereka dalam memperjuangkan 'cinta' mereka masing-masing. "To make one person the center of your world is bound to end in disaster. There are too ma...