Loving You [Complete]

Loving You 3

Chapter 3

Jiyeon masih bertahan memandang layar computer yang duduk manis di depannya padahal kantuk sudah bersarang di pelupuk mata. Dia berkali-kali menguap dan mengeluarkan suara yang menandakan bahwa dirinya benar-benar mengantuk tingkat akut.

Jari-jarinya berhenti menekan tuts keyboard komputernya. Kemudian dia melirik ke arah kumpulan kertas-kertas yang tak jauh dari keyboard-nya. "Kenapa belum selesai? Padahal aku menyelesaikannya secepat Dani Pedrosa yang memacu motor balabnya super cepat," keluh Jiyeon. dia memutuskan untuk beristirahat sejenak. Kedua lengannya dilipat dan diletakkan di atas meja kemudian kepalanya menindih kedua tangannya itu. lambat laun, kedua matanya terpejam.

Kris berjalan pelan mendekati Jiyeon. saat sudah dekat, dia mengintip dari bilik ruang kerja di sebelah ruang kerja milik Jiyeon. ia terkejut melihat Jiyeon masih di ruang kerjanya. Jiyeon yang sudah tertidur pulas di atas meja kerjanya, sama sekali tidak mengetahui kalau Kris sedang melihatnya. Namja itu tersenyummelihat Jiyeon yang terlihat damai dalam tidurnya.

'Have a nice dream...' batin Kris.

Kriiing... kriiing...

Ponsel milik Jiyeon yang diletakkan di atas meja kerjanya berdering. Seseorang sedang berusaha menghubungi Jiyeon lewat sambungan telepon di ponselnya. Kris mendekati ponsel itu. Ditatapnya layar ponsel touchscreen itu dengan penasaran. Ya, dia penasaran siapa gerangan yang menelepon Jiyeon malam-malam begini. Saat dilihatnya nama 'Yoong Eonni' terpapar jelas di layar ponsel Jiyeon, hatinya merasa sedikit lega.

Setelah beberapa detik, ponsel itu tidak berdering lagi namun tiba-tiba ada sebuah pesan masuk, dari 'Yoong Eonni'. Young eonni? Apa dia eonni-nya Jiyeon? tanya Kris dalam hati. Kris memberanikan diri mengambil ponsel Jiyeon. Ponsel itu masih sama seperti yang Jiyeon gunakan waktu masih di Jerman dan hubungan mereka masih berstatus sebagai suami-isteri. Sebelum meraih ponsel berwarna merah itu, Kris melirik ke arah Jiyeon. Ia harus memastikan kalau Jiyeon benar-benar tidur pulas dan tidak akan membuka mata saat dirinya sedang memegang ponsel Jiyeon. jika Jiyeon membuka mata saat Kris tengah memegang ponsel itu, pasti tamatlah riwayat Kris. Jiyeon akan semakin membencinya.

Kris tersenyum untuk kesekian kalinya. Ia tampak puas melihat Jiyeon yang memang sudah tertidur dengan sangat pulas. Tanpa aba-aba, diraihnya ponsel Jiyeon. Rupanya ponsel mantan istrinya itu diberi password. Kris mengerutkan keningnya. Ia berpikir keras untuk menemukan password ponsel Jiyeon. Dia mencoba memasukkan tanggal kelahiran Jiyeon, nihil. Tanggal kelahirannya sendiri, nihil. Tanggal pernikahan mereka, nihil juga. "Apa mungkin..." lirih Kris lalu mencoba memasukkan tanggal cerai mereka berdua. Berhasil. Ternyata password ponsel Jiyeon adalah tanggal perceraian mereka.

Kris memandang sedih pada Jiyeon. Dia melepaskan jas yang dipakainya lalu menyelimuti tubuh Jiyeon dengan jasnya itu. Setelah itu, dia mengambil kursi dari bilik ruang kerja sebelah kanan ruang kerja milik Jiyeon, menatanya bersebelahan dengan kursi yang diduduki oleh Jiyeon lalu duduk di atasnya. Kris memandang detail wajah cantik Jiyeon. Tidak ada yang berubah dari wajah cantik itu.

...

Pukul 3 dini hari. Kris masih membuka matanya. Tak sedetik pun ia merasakan kantuk. Ini tidak normal, batinnya. Karena besok masih ada meeting dengan perusahaan-perusahaan ternama di Korea, Kris memutuskan untuk memejamkan matanya. Ia duduk bersandar pada dinding bilik di sebelah kanannya. Sedangkan Jiyeon duduk tertidur tepat di samping kirinya. Kris mulai memejamkan matanya meski sebenarnya ia sama sekali tidka mengantuk.

Tak lama setelah Kris menutup mata, Jiyeon terbangun. Badannya terasa pegal-pegal karena ia tidur dalam posisi duduk selama beberapa jam. Saat menegakkan badannya, Jiyeon merasakan ada yang menyelimuti tubuhnya. Dia meraba kain itu. Jas? Sebuah jas, tetapi milik siapa? Jiyeon melirik ke sampingnya. Saat tahu ada seseorang yang duduk di sampingnya, Jiyeon agak menjauh dari orang itu. Ia belum tahu kalau orang itu adalah Kris karena ia hanya meliriknya, belum melihatnya dengan kedua mata terbuka lebar.