Dark Night

8.9K 343 11
                                    

Lumina POV

Aku berjalan di tepi pantai bersama Yuga yang mengenggam erat tangan ku. Lembutnya pasir putih dan nyanyian merdu ombak seakan - akan menyambut kedatangan kami disini.

Setelah sekitar 5 jam perjalanan dari Bogor ke Garut yang hiasi dengan padatnya kendaraan sehingga membuat laju jalan mengalami kemacetan , akhirnya kami sampai juga di Villa yang lokasi nya berdekatan dengan pantai Rancabuaya. Aku memang jarang pergi ke pantai dan aku sangat menikmati pemandangan yang luar biasa menakjubkan.

Kami masih berjalan menyusuri pantai. Matahari tidak tampak, hanya ada segumpalan awan yang menggantikan tugasnya dan angin yang memainkan rambutku, membuatnya berterbangan.

Hanya ada aku dan Yuga disini. Sebenarnya aku ingin sekali mengajak beberapa teman untuk ikut memeriahkan acara kelulusan kami. Tapi sayangnya Yuga menolak. Ia ingin pergi berdua saja denganku, tanpa ada orang lain yang menganggu. Padahal aku sudah merengek berkali - kali yang membuat harga diriku sedikit turun, tapi tetap saja dia mengabaikan.

Jujur aku takut. Takut bila hanya berdua dengannya. Takut jika ada suatu hal yang tidak di inginkan. Tapi perkataan Yuga 2 hari yang lalu sebelum keberangkatan kami  kesini berhasil meyakinkanku. Bahwa dia tak akan menyakitiku. Bahwa dia akan menjagaku. Walaupun terkadang dia ceroboh, tapi dia bisa di andalkan. Itu menjadi salah satu alasan mengapa aku bisa mempercayainya.

"Gerimis. Lebih baik kita kembali ke villa yuk."

Yuga mengangkat sebelah tangannya agar bisa melindungi kepala ku dari gerimis yang mulai berjatuhan.

Aku menatap langit. Sepertinya cuaca disini masih terlihat baik - baik saja tadi.

Kami kembali dengan kondisi baju yang setengah basah karena seketika hujan datang. Terlihat Yuga mengeringkan rambutnya dengan tangan. Aku mengambil handuk dan bergegas membantunya.

"Gak akan kering kalau pakai tangan begitu. Lebih baik sekarang kamu mandi, biar gak masuk angin." Kataku.

"Mandiin."

"Sembarangan kalau ngomong."

"Kamu juga basah. Kamu juga harus mandi, kalau enggak nanti kamu masuk angin. Kamar mandi disini hanya ada satu. Lebih baik kita pakai bareng - bareng kan, daripada salah satu dari kita keburu ada yang masuk angin duluan." Ujarnya enteng.

Ku tutup wajahnya yang terlihat mesum itu dengan handuk. Berharap fikiran kotornya itu bisa ikut kering ketika di lap seperti ini.

"Kalau gitu biarin aku yang mandi duluan."

Aku bergegas meninggalkannya sendiri. Raut wajahnya berubah memelas, lalu tak lama mendumal tidak jelas. Aku terkekeh pelan. Geli jika melihat tingkahnya yang seperti anak kecil.

Suaranya tak terdengar lagi setelah aku menutup pintu kamar mandi. Segera aku memanjakan tubuhku dengan air hangat yang telah menunggu di bathtub. Ah, beberapa menit disini mungkin tidak jadi masalah untuk Yuga yang sedang menunggu ku diluar sana.

****

Yuga POV.

Hujan di luar belum kunjung reda, sementara udara di dalam ruang keluarga Villa ini semakin mendingin. Lumina belum keluar dari toilet sejak 30 menit yang lalu, sementara aku hampir membeku menunggunya. Gigi ku bergemeletukan dan jari - jari ku putih mengkerut. Beruntung ada coklat panas yang kami beli secara mendadak di jalan sebelum kami sampai ke villa. Lumayan lah, hitung - hitung untuk memperlambat hawa dingin yang semakin lama semakin memperburuk keadaan ku.

Pintu kamar mandi terbuka. Lumina keluar dengan kaos putih dan jeans biru selutut dengan rambut panjang nya yang terurai dan basah. Wajahnya terlihat segar sehabis mandi, berbeda dengan wajahku yang hampir memutih karena menahan hawa dingin yang datang tak di undang. Dia berjalan santai kearah ku sembari menggosokan rambutnya dan tersenyum tenang tanpa mengingat penderitaan sang kekasih yang seluruh tubuhnya telah memucat.

Hate To Loving YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang