[Makhluk Pengganggu]
‘AI NID YU GIRL WAE NANANANANA DUDUDUDUDUDUDU AI NID YU GIRL WAE LALALALALALA HOHOHOWOWOWOWOOOO’
Iqbaal terbangun dari tidurnya dengan wajah frustasi. Sungguh, makhluk apa sih yang menyalakan speaker dan bernyanyi keras-keras disaat hampir semua orang sedang beristirahat. Tentu saja manusia yang masih waras gak akan melakukan itu.
Iqbaal melirik jam dindingnya yang menunjukkan pukul setengah dua dini hari.
Cowok itu mengerang dan menendang-nendang selimutnya kasar. Gak salah lagi, makhluk yang mengganggunya pasti adalah Steffi, si aneh yang memuakkan. Alunan lagu korea memasuki indra pendengarannya.
Iqbaal berjalan menuju jendela kamarnya, membuka gorden dan langsung melihat seorang gadis sedang berdiri didepan kaca, asik menggoyangkan badannya sambil memegang sesuatu yang ditempelkan dimulutnya yang terbuka-buka. Suara gadis itu terdengar sampai kamarnya. Jangan lupakan suara speaker aktif yang sepertinya sengaja disetel keras-keras.
Iqbaal memperhatikan gadis itu dengan malas. Jendela dan pintu balkon kamar Steffi terbuka lebar sehingga cowok itu dapat melihatnya dengan jelas.
Steffi meloncat-loncat dengan balutan piyama bergambar beruang putih sambil berteriak saat lagu berganti ke genre yang lebih berisik. Dan, tentunya masih lagu Korea yang sungguh membuat telinga Iqbaal ingin mengeluarkan semua isinya.
Kenapa ia gak ditegur orang tuanya? Apa orang tuanya tuli?
Iqbaal mengambil pomade yang baru dibelinya dan melemparkannya ke kaca kamar Steffi. Cowok itu melebarkan matanya dan langsung menutup gorden. Berlari menuju tempat tidurnya. Berharap gak ada yang tahu bahwa ia memecahkan kaca jendela Steffi.
Lima menit setelahnya. Kamar Iqbaal hening. Gak ada suara memekakkan dari seberang sana.
Iqbaal menghela nafas dan kembali tertidur.
---
Paginya, seperti biasa, Steffi dengan semangat meneriakkan nama Iqbaal dari depan gerbang rumah cowok itu. Iqbaal, seperti biasa, keluar dengan wajah malas dan mengeluarkan motornya dari garasi. Lalu berangkat bersama Steffi.
Dan seperti biasa, cowok itu selalu merasa gugup saat diperjalanan. Masalahnya, Steffi gak pernah mau membuka pembicaraan. Sebenarnya Iqbaal juga gak berani untuk membuka pembicaraan terlebih dahulu.
Iqbaal sesekali melirik kaca spion motornya untuk melihat Steffi. Gadis itu terlihat menikmati angin-angin sejuk dipagi hari. Rambut coklatnya yang tergerai berterbangan karena kepalanya gak tertutup helm. Pas, seperti iklan shampoo.
———
Bel istirahat berbunyi. Iqbaal, Bani, dan Bastian langsung berlari menuju kantin sebelum lorong sekolah disesaki oleh siswa lain.
Beruntung, kantin masih kosong dan ketiga cowok itu bisa duduk di spot favorit mereka. Dekat tukang somay.
"IQBAAL!!" Suara itu lagi. Iqbaal menoleh. Sebenarnya bukan hanya Iqbaal. Bani dan Bastian juga ikut menoleh.
“Hm?” Iqbaal menaikan dagunya sekilas. Berusaha untuk gak menunjukkan ketidaksukaannya pada Steffi.
“Aku ikut duduk sama kamu, ya? Salsha gak masuk. Ya? Ya? Y—”
“Iya.”
“Makasih hehe.” Steffi duduk disamping Bastian dan mulai memakan batagornya.
Iqbaal, Bani, dan Bastian hanya memperhatikan Steffi melahap makanannya dengan antusias tanpa ingat jika niat awal mereka kekantin adalah untuk makan, bukan untuk memperhatikan gadis menyebalkan—sebenarnya hanya Iqbaal yang berpendapat seperti itu— melahap makanannya.
Sambil menunggu Steffi menghabiskan batagornya. Mari kita memperkenalkan kedua sahabat Iqbaal.
Bastian Bintang. Cowok ganteng namun masih jomblo hingga sekarang. Alasannya adalah ia masih belum bisa move on dari mantannya. Namun cowok itu terus menerus meyakinkan dirinya bahwa ia sudah move on tapi belum menemukan gadis yang pas untuk dirinya. Dan juga, Bastian adalah tipe cowok yang serius dalam berhubungan.
Arbani. Cowok yang gak kalah ganteng dari Bastian. Bedanya, Bani lebih cenderung nakal dan sering bergonta-ganti pasangan. Gak pernah berniat serius untuk menjalin hubungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall For You
FanfictionIqbaal nggak tahu kenapa tetangga barunya itu bersikap lancang dengan merangkak kekamarnya. Iqbaal nggak tahu kenapa tetangga barunya itu suka menangis tibatiba. Iqbaal harusnya nggak peduli, tapi keberadaan Stefhanie yang terlalu sering didekatnya...