[Teman Rasa Pembantu]
“Iqbaal, anterin dulu ke supermarket ya. Ada yang harus dibeli.” Iqbaal memberhentikan motornya saat lampu lalu lintas menunjukkan warna merah.
“Supermarket mana?”
“Terserah.” Iqbaal mengangguk dan kembali melajukan sepeda motornya saat lampu menunjukkan warna hijau.
“Minimarket aja deh, ya?” Iqbaal mengeraskan suaranya agar terdengar oleh Steffi.
“Gamau. Maunya supermarket.”
“Hm. Oke.” Entah mengapa, Iqbaal gak pernah berani untuk menunjukkan ketidaksukaannya pada Steffi. Ia selalu menuruti permintaan gadis itu dengan sopan. Semenyebalkan-menyebalkannya Steffi, ia adalah seorang wanita. Dan Iqbaal, merasa harus menghargai seorang wanita.
Iqbaal hampir meloncat saat merasakan sepasang tangan memeluk pinggangnya dengan erat. Steffi memeluknya. Mungkin karena ia kedinginan, atau karena takut terjatuh saat Iqbaal mempercepat laju motornya. Iqbaal gak mau terlalu membawa perasaannya.
----
Iqbaal menekuk wajahnya. Ia nggak tahu jika sesuatu yang harus dibeli Steffi adalah sesuatu yang gak penting, seperti baju, tas, atau pernak-pernik wanita lainnya. Iqbaal tak pernah suka keramaian. Apalagi jika ia sendirian ditengah keramaian.
Steffi sibuk memilih baju dan menyuruh Iqbaal duduk di tempat duduk yang disediakan oleh staff toko.
Kedua tangan cowok itu memegang masing-masing dua keresek. Tentu saja keempatnya milik gadis menyebalkan yang sudah hampir dua jam asik memilih baju.
“Pulang!” Iqbaal terlonjak saat Steffi tiba-tiba menarik tangannya menjauh dari toko itu.
Kenapa terburu-buru?
Wah, gaberes nih. Dia pasti maling baju dan sekarang mau ngajak gua kabur! Batin Iqbaal. Dua menit kemudian, cowok itu pasrah dan mengikuti kemanapun tangan Steffi menariknya pergi.
Iqbaal mengernyit saat Steffi menariknya kearah parkiran. Dan melepaskan tangannya didepan motor cowok tersebut.
“Mau pulang?” Tanya cowok itu lembut.
“Iya. Takut dimarahin Mama.” Katanya sambil mengangguk antusias.
“Oke.”
----
Merebahkan tubuhnya ditempat tidur setelah berganti baju dengan setelan lebih santai. Iqbaal menutup matanya, dan mulai bermimpi.
Cowok itu berada disupermarket yang ia kunjungi tadi siang, namun dimimpinya, ia nggak bersama Steffi, melainkan bersama gadis yang sama sekali nggak ingin diingatnya.
Mereka bergandengan tangan, berjalan mengelilingi supermarket besar tersebut dan berhenti di rooftop.
“Baal.” Gadis berambut hitam tebal itu memeluk Iqbaal dengan lembut. “Jauhin Steffi.” Iqbaal mengernyit dan melepaskan pelukan si gadis.
“Maksud kamu?” Tanya Iqbaal. Lagi pula, kenapa ia harus menjauhi Steffi? Steffi memang gadis yang menyebalkan, tapi Iqbaal nggak pernah merasa harus menjauhinya. Dan juga, kenapa gadis tersebut tahu Steffi?
“Dia gabaik buat kamu.” Wajah sedih terpampang diwajah gadis tersebut. “Dia bakalan nimbulin banyak masalah.”
Iqbaal terdiam. Gak tahu harus menjawab apa. Hingga ia mendengar suara Steffi memanggil namanya.
Iqbaal mengedarkan pandangan kesekelilingnya. Namun nihil. Gak ada siapapun kecuali ia dan gadis yang pernah mengisi masalalunya.
“Jauhin dia, Baal...”
“Dia punya banyak masalah. Dan aku gak mau kamu kebawa-bawa sama masalahnya.”
“Jauhin dia...” Iqbaal terus mengedarkan pandangan kesekelilingnya. Steffi terus memanggil-manggil namanya.
“Jauhin dia, Baal...”
“PERGI!” Iqbaal membuka matanya dengan nafas gak beraturan. Hal pertama yang ia lihat adalah Steffi yang tengah menatapnya takut.
“Kamu mimpi buruk, atau kamu emang neriakin aku buat pergi?”
“Mimpi buruk.”
“Mau minum gak?”
Iqbaal terdiam, mengatur nafasnya dan menatap Steffi. Gadis itu terlihat gak baik-baik saja. Matanya memerah dan sembap. Persis seperti habis menangis.
“Kamu habis nangis? Kenapa?” Steffi membulatkan matanya dan berlari menuju cermin dikamar Iqbaal.
“Oh, ini sakit mata.” Iqbaal mengangguk. Tentu saja ia gak percaya pada jawaban Steffi. Tapi Iqbaal memakluminya, mungkin Steffi belum ingin berbagi dengannya.
“Dia punya banyak masalah.”
“Dia bakalan nimbulin banyak masalah.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall For You
FanfictionIqbaal nggak tahu kenapa tetangga barunya itu bersikap lancang dengan merangkak kekamarnya. Iqbaal nggak tahu kenapa tetangga barunya itu suka menangis tibatiba. Iqbaal harusnya nggak peduli, tapi keberadaan Stefhanie yang terlalu sering didekatnya...