NIKMAT BERGANTI PETAKA

664 17 0
                                    

Asal Usul Saba’

Ribuan tahun sebelum Masehi, berdiri sebuah kerajaan Arab kuno di bagian selatan Semenanjung Arab. Kerajaan yang makmur, aman, dan sentosa itu adalah Saba’. Saba’ adalah nama gelar salah seorang raja Yaman kuno, yaitu Saba’ bin Yasyjub. Dia digelari Saba’ karena dialah orang Arab yang pertama kali menjadikan musuh-musuh yang telah ditaklukkannya sebagai sabaya (tawanan). Dia dijuluki juga ar-Raisy, karena dialah yang pertama mengambil rampasan perang (ghanimah) lalu membagi-bagikannya kepada bangsanya. Bangsawan-bangsawan Tubba’ juga berasal dari keturunan Saba’, demikian pula Ratu Saba’ yang terkenal dan diceritakan bertemu dengan Nabi Sulaiman ‘Alaihissalam, yaitu Bilqis.

Nama asli Saba’ sendiri ialah ‘Abd Syams bin Yasyjub bin Ya’rub bin Qahthan. Tetapi, ahli sejarah dan nasab berselisih tentang Qahthan ini, keturunan siapakah dia? Ada yang berpendapat bahwa dia adalah anak cucu Iram bin Sam bin Nuh. Yang lain mengatakan dia keturunan ‘Abir, yaitu Hud ‘Alaihissalam, dan ada pula yang berpendapat dia adalah keturunan Nabi Isma’il bin Ibrahim ‘Alaihissalam. Yang terakhir ini, disimpulkan dari riwayat yang ada di dalam Shahih al- Bukhari, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah melewati salah satu suku Anshar, yaitu Aslam, yang sedang berlomba memanah. Beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Panahlah, hai bani Isma’il, karena bapak kalian dahulu seorang pemanah.”

Hal ini karena orang-orang Anshar, baik Aus maupun Khazraj, berasal dari suku Azdi. Suku Azdi ini adalah keturunan Saba’ yang dahulu melakukan migrasi dari Yaman ke daerah sekitarnya, bahkan sampai ke Syam, Irak, dan Hijaz. Wallahu a’lam.

Kebanyakan peneliti menyebutkan bahwa kerajaan Saba’ adalah kerajaan tertua di Semenanjung Arab, dan telah berdiri di tanah Arab sejak 1300 SM. Ada juga yang berpendapat lebih tua dari itu (sekitar 2500 SM). Ibu kota pertama negeri ini adalah Shirwah, kemudian pindah ke Ma’rib yang akhirnya menjadi pusat perdagangan penting saat itu. Kerajaan Saba’ sudah dikenal di kalangan umat-umat terdahulu sebelum Islam. Di dalam Taurat, demikian pula dalam prasasti di zaman Raja Asyiria (720—705 SM), termaktub cerita yang menerangkan bahwa Kerajaan Saba’ pernah mengirimkan hadiah berupa emas, wangi-wangian, dan kayu a’syab kepada Raja Asyiria.  Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma pernah mengatakan bahwa ada seseorang bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam tentang Saba’, nama apakah itu, apakah seorang laki-laki ataukah perempuan, ataukah sebuah negeri?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Dia adalah (nama) seorang lakilaki yang mempunyai sepuluh orang anak. Enam di antara mereka menetap di Yaman, sedangkan yang empat lagi bermukim di Syam. Yang menetap di Yaman ialah Madzhij, Kindah, Azdi, Asy’ari, Anmar, dan Himyar. Semua adalah bangsa Arab. Adapun yang menetap di Syam ialah Lakhm, Judzam, ‘Amilah, dan Ghassan.”

Jadi, Saba’ adalah nama orang yang kemudian diabadikan sebagai nama sebuah kerajaan besar masa itu. Dialah yang pertama kali membangun kota Ma’rib (tiga marhalah5 dari ibu kota Shan’a). Sebagian ulama mengatakan bahwa dia seorang muslim. Dia mempunyai beberapa bait syair yang menerangkan berita gembira tentang kedatangan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam,Akan menguasai kerajaan besar sepeninggal kami Seorang nabi yang tidak memberi keringanan terhadap yang haram Penduduk Saba’ bertempat tinggal di Yaman, sebagian mereka mendiami kota-kota besar dengan bentengbentengnya yang kokoh. Sisa-sisa peninggalan bangunan tersebut masih dapat kita lihat di zaman kita ini, meskipun kebanyakannya berupa puing-puing. Bekas-bekas tersebut menjadi bukti ‘kemajuan’ mereka saat itu dalam bidang arsitektur. Sebagaimana di atas, Saba’ di zaman itu adalah negeri yang subur dan makmur. Curah hujan yang tinggi adalah salah satu sebabnya, dan itu semua adalah anugerah Allah Subhanahu wa ta’ala bagi mereka. Kebun kurma dan anggur tumbuh dengan subur. Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
“Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Allah) di tempat kediaman mereka, yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri.” (Saba’: 15)

Kumpulan Kisah Hamba AllohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang