Nyata

5.3K 350 22
                                    

Aku melihatnya, tertawa bebas bersama teman-temannya seolah kejadian kemarin bukanlah suatu masalah baginya. Lain lagi bagiku, kejadian semalam membuatku tidak bisa tidur dan membuat mataku sembab.

Ketika dia melirikku, aku langsung memalingkan wajahku, berpura-pura sibuk mengobrol dengan teman-temanku. Padahal, pikiranku bercabang tentangnya.

Dari ekor mataku, aku melihatnya dihampiri Renata--perempuan yang katanya sudah lama mengincar Adrian.

Ya, Andrian. Laki-laki yang membuat mataku sembab. Apa secepat itu ia pidah? Secepat itukah ia menemukan penggantiku? Apa Adrian memutuskanku karena Renata?

Air mata mengumpul dipelupuk mataku. Buru-buru aku meminta izin kepada teman-temanku untuk pergi ke toilet. Padahal, aku berlari menuju taman belakang sekolah, menumpahkan semua kesedihanku dalam bentuk butiran-butiran air yang keluar dari mataku.

Rasa itu nyata, aku bisa merasakannya. Rasa sakit ketika melihatnya bersama perempuan lain. Rasa sakit ketika mengetahui kalau dia bukan milikku lagi.

Aku terisak sambil menutup wajahku menggunakan kedua telapak tanganku. Kebiasaan dari kecil. Kejadian malam itu kembali terputar didalam kepalaku. Aku merasakan kakiku melemas, lalu terduduk bersandar di dinding. Tuhan, tolong kuatkan diriku. Aku tidak mau seseorang menemukanku dengan keadaan kacau seperi ini.

Kemarin malam, bertepatan dengan hari jadi kami yang ke-satu tahun, Adrian memutuskanku dengan alasan yang membuatku bungkam. Adrian lelah karena terus-terusan dikekang, selalu ku hubungi setiap waktu. Katanya, ia juga butuh privasi.

Sungguh, aku tidak bermaksud untuk membuatnya merasa terkekang. Aku hanya khawatir dengannya. Hanya itu. Aku meminta maaf kepadanya, tetapi Adrian tetap teguh dengan keputusannya.

Aku menangis di depannya. Aku tahu ini terdengar cengeng. Tapi, aku mencintainya, sangat mencintainya.

Apa kamu bahagia dengan Renata? Aku harap kamu bahagia. Maafkan aku karena membuatmu merasa terkekang, maaf ... dan maafkan aku karena sama sekali tidak mengetahui selama satu tahun ini, kamu tidak bahagia.

Aku kembali menangis. Maafkan aku, Tuhan, karena membuat orang yang ku cintai menderita.

Semoga kamu bahagia, Adrian.

Selamat hari jadi yang ke-satu tahun, Sayang.

Aku mengusap pipiku, menghapus air mataku dan kembali berdiri menghampiri teman-temanku lalu, aku tersenyum kepada mereka.

-End

NyataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang