"Lo yakin?" Tanya Brian dengan nada tak percaya. Tiffany mengangguk dan langsung memeluk Brian untuk terakhir kalinya.
"Gue harap congor lo nggak bocor. Gue masuk dulu."
"Jaga diri dan jaga hati untuk gue ya." Ceplos Brian dengan nyengir.
"Idih. Najis banget." Tiffany pun memasuki Pesantren itu dan berjalan pelan menuju sebuah Rumah.
Tok Tok Tok
Tiffany mengetuk pintu rumah itu dengan pelan.
'Clek'
"Astaghfirullah!" Seseorang cowok yang membuka pintu rumah itu terkejut melihat Penampilan Tiffany.
Rambut berwarna abu-abu, Baju Crop tee, Hotpants, ditambah dengan tatto yang berada di paha Tiffany. Ntab.
"Hallo ganteng," Ujar Tiffany dengan mengedipkan mata.
"Mimpi apa aku semalem ketemu sama cabe-cabean import." Kata Cowok itu sambil berjalan kedalam rumah.
"Lah. Kok gue ditinggal sih?" Ujar Tiffany dengan cemberut, ia melihat kedalam rumah yang sepi. Tiffany pun masuk dan duduk di Kursi yang sudah tersedia disitu.
"Assalamu'alaikum.." Ucap Seseorang wanita yang diperkirakan berumur 45 tahun menghampiri Tiffany.
"Eh? Hai tante, apa kabar? Aku anak-nya Vita Clairine Pearce." Kata Tiffany dengan nyengir sambil bersalaman sama Wanita itu.
"Jawab salam itu wajib lho Tiffany." Ucap Wanita itu dengan tersenyum maklum.
"Hehe. Lupa. Wa'alaikumsalam Tante-- wait aku lupa. Tante nama-nya siapa ya?"
"Panggil aja Umi Ainun."
Tiffany menganggukan kepalanya. "Umi Ainun? Okay. Pasti suami-nya namanya Habibie ya?"
Ainun terkekeh, "Hahaha, bisa aja kamu. Kata Bunda kamu, Kamu ke pesantren besok pagi."
"Hm, aku kabur Umi. Tapi Umi jangan bilang sama Bunda ya. Biarin aja Bunda nyari-nyari aku. Ohiya, Sekarang jam berapa ya Umi?" Tanya Tiffany dengan wajah polos.
"Berdosa lho. Seharusnya kamu kasih tau Bunda kamu. Sekarang jam 9 Malam." Jawab Ainun dengan tersenyum.
"Besok aja deh Umi. Aku tidur dimana nih Umi?"
"Nanti Umi antarkan kamu ke Kamar. Kamu sudah makan belum?"
"Umi mah so sweet banget sih, nanyain aku udah makan apa belum. Hehehe, aku udah makan kok. Baydewey, yang cowok tadi itu anaknya Umi ya?" Tanya Tiffany lagi dengan wajah kepo.
Ainun tertawa, "Iya, namanya Azzam. Kamu naksir ya?"
"Iya dong. Gantengnya gakuku deh." Kata Tiffany dengan nyengir.
Ainun mengernyitkan alis, "Gakuku?"
"Gakuku itu Gak Kuat Umi. Biasa, bahasa gaul nya jakarta."
Ainun menggeleng-gelengkan kepalanya, "Baju kamu kenapa seperti ini?"
"Baju aku pendek-pendek semua Umi." Ucap Tiffany dengan polos.
"Yasudah, Ayo Umi antarkan kamu ke Kamar."
Tiffany menggeret kopernya mengikuti Ainun menuju Kamar-nya.
"Ini kamar anak Umi yang kedua. Nama-nya Azza." Kata Ainun sambil mengetuk pintu kamar Azza.
Azza membuka pintu kamar-nya dengan wajah kaget ketika melihat penampilan Tiffany.
"Ya Allah. Kak Tiffany cantik banget." Celetuk Azza dengan cengo.
"Hehehe makasih Azza." Ujar Tiffany dengan nyengir.
"Mulai sekarang, kamu satu kamar dengan Kak Tiffany ya Azza." Ucap Ainun.
"Iya Umi. Ayo kak Masuk. Yaudah, aku sama Kak Tiffany tidur dulu ya Umi. Assalamu'alaikum." Azza langsung menutup pintu kamarnya tanpa menunggu jawaban Ainun.
Tiffany duduk diatas Tempat Tidur Azza dan melihat sekeliling kamar Azza.
"Hallo Kak Tiffany. Kayanya kita harus kenalan lebih resmi lagi. Nama aku Mutiara Hazzle. Dipanggil Azza. Aku gatau darimana datangnya nama 'Azza' jadi jangan tanyain aku soal itu. Aku punya Abang yang super duper ganteng namanya Azzam Arib Akbar, dipanggil Azzam. Hoby aku Main Basket. Aku udah khatam Qur'an umur 9 tahun. Dan sekarang aku umur 14 tahun. Aku--"
"Stop. Kalo lu ngoceh mulu, gue nya kapan dong?" Potong Tiffany dengan menatap Azza malas.
Azza menyengir, "Hehehe. Yaudah, sekarang Kakak yang kenalin diri."
"Nama gue Tiffany Clairine Bramantio. Umur gue 17 tahun. Gue punya mantan yang gak bisa dihitung. Gue sering nge-bully dan Buat onar yang bikin gue sering di keluarin dari sekolah. Udah cukup?" Jelas Tiffany dengan menaikkan satu alisnya.
"Hm.. Udah kok. Yaudah, sekarang waktunya tidur Kak."
"You say what? Tidur? Gue biasanya tidur jam 4 Shubuh."
Azza melotot, "Serius? Kakak tidur setelah sholat shubuh?"
"Sholat? Pernah Sholat aja kagak." Kata Tiffany dengan santai.
Azza semakin melotot, "Astaghfirullah."
"Kenapa?"
"Terus Kakak ngapain aja sampe-sampe baru tidur jam 4 Shubuh."
"Eum-- Clubing?"
Azza mengernyitkan alis, "Clubing?"
"Dugem. Mabuk-mabukan." Ujar Tiffany sambil membaringkan badannya di tempat tidur.
"Astaghfirullah. Kakak keren banget! Aku jadi pengen deh." Kata Azza dengan polos.
Tiffany melotot, "Gak boleh. Kamu itu anak polos. Gakboleh ke tempat dewasa gitu."
Azza cemberut, "Yaudah deh. Aku mau tidur dulu. Kalo kakak gak bisa tidur, pergi aja kedapur atau ruang Tv atau baca aja novel yang ada di Meja Belajar aku."
"Okay.."
***
Azza menatap Tiffany yang tertidur di Meja Belajarnya dengan Buku Novel yang berada ditangan Tiffany.
"Kak Tiffany, ayo kita Sholat Shubuh di Masjid." Kata Azza sambil membangunkan Tiffany.
Tiffany membuka matanya dengan malas dan berdiri. "Aduh, sakit banget punggung gue anjas."
"Ayo kita Sholat Shubuh Kak."
"Emang harus ya?" Tanya Tiffany dengan polos.
"Wajib. Cepetan whudu! Aku tunggu diluar." Azza pun keluar dari kamarnya sedangkan Tiffany berjalan menuju Tempat tidur untuk tidur kembali.
5 Menit Kemudian...
"ASTAGHFIRULLAH KAK TIFFANY! AKU UDAH NUNGGU KAKAK DILUAR TAPI KAKAK MASIH TIDUR." Teriak Azza dengan kesal.
"Kenapa teriak-teriak Azza? Cepetan ke Masjid!" Perintah seseorang cowok yang mendengar teriakan Azza.
"Kak Tiffany nya belum bangun."
Azzam tidak mau memandang Tiffany, "Siram aja pake air."
Azza menggeleng, "Nanti Kak Tiffany marah."
"Bilang aja Kak Azzam yang nyuruh." Setelah itu Azzam pergi.
Azza tampak berfikir bagaimana caranya membangunkan Tiffany.
Azza berjalan menghampiri Tiffany yang sedang enaknya tidur, "Kak Tiffany. Sholat Shubuh yuk. Yang jadi Imam Kak Azzam lho."
Tiffany yang mendengar kata 'Azzam' langsung terbangun.
"Seriously?!" Kata Tiffany sambil terduduk. Azza mengangguk sambil menahan tawa.
"Five minutes!" Tiffany langsung loncat menuju Kamar Mandi yang berada didalam kamar Azza.
"AZZA! AKU GAKTAU WHUDU NYA GIMANA." Teriak Tiffany didalam kamar mandi.
Azza menghela nafas dengan malas. Ya Allah, Tuntunlah Kak Tiffany kejalan yang benar. Aamiin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Girl In Pesantren
Подростковая литература[TELAH DITERBITKAN] Takdir benar-benar tidak bisa ditebak. Ia mampu merubah kehidupan seseorang dengan waktu sesingkat mungkin. Siapa sangka Tiffany yang bandel dan keras kepala ini akhirnya masuk ke dalam pesantren? Ingin rasanya ia menertawai...