Rasa cinta mengalahkan segalanya.
Aku tak sanggup terus-menerus menyembunyikan kebohongan.
Meskipun bukan aku yang melakukannya.
Semua peristiwa ini membuatku mengerti akan sesuatu yang dinamakan patah hati, atau orang biasa menyebutnya : broken heart.
Kejadian ini berawal ketika aku duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama-tepatnya di kelas 7 bilingual. Aku mencintai seorang lelaki yang notabene adalah seorang mahasiswa. Gila saja! Gadis belia sepertiku mencintai seorang mahasiswa?
Mudah saja. Ia sudah kuanggap seperti kakakku sendiri. Aku tak mengerti, mengapa ia selalu paham akan hatiku yang tengah hancur.
Paham.
Coba kau cerna satu kata itu. Paham. Benar.
Ia selalu menghampiriku kala aku membutuhkan sandaran. Bahkan ketika kedua orang tuaku bertengkar dan memutuskan untuk bercerai, ialah yang menjadi penghubung antara mereka sehingga hubungan kedua orang tuaku kembali normal dan biasa-biasa saja.
Padahal dia bukan siapa-siapa.
Aku menganggapnya seperti kakakku sendiri karena sifatnya yang sangat dewasa itu. Entah karena memang umurnya yang sudah bisa dikatakan dewasa, atau memang pribadi aslinya seperti itu.
Nama lelaki itu-Calvin. Nama yang indah. Pertama aku mengetahui bahwa Calvin adalah tetangga satu perumahanku, aku merasa sangat bahagia. Bukan apa-apa. Aku mencintainya sejak saat itu. Sejak pertama ia mengantarkanku ke sekolah dengan mobilnya ketika kedua orang tuaku sedang sibuk.
Kukira, cinta yang begini hanya akan bertahan sekejap saja. Namun perkiraanku salah. Seharusnya aku tidak terlalu mencintai Calvin, karena aku tahu di luar sana ia telah memiliki seorang kekasih yang tentu saja lebih dewasa dan pantas mendampingi Calvin dibandingkan dengan aku.
Aku siapa?
Tidak tahu diri.
Kau mencintai seseorang yang seharusnya menjadi kakakmu?Bodoh.