RITUAL

64 1 1
                                    

Zaman Dahulu, di sebuah pulau kecil. Ada semacam ritual untuk memanggil hujan. Di ritual ini, seseorang di korbankan dan di masukkan ke sebuah sumur.. Setelah tumbal di masukkan ke dalam sumur, pemimpin ritual menuliskan sebuah permintaan yang di tulis di sebuah daun lontar kecil yang bertuliskan 'Tolong Terima tumbal kami Sang Dewa'. Biasanya, yang dikorban kan adalah seorang lelaki, dan seorang anak kecil perempuan.

Di zaman sekarang, mungkin ritual di pulau yang aku tempati sekarang telah punah. Aku adalah seorang remaja laki laki berumur 15 tahun. Aku tinggal bersama Ibu, adik, dan kakak perempuanku. Ayahku sudah lama meninggal atau sejak aku berumur 2 tahun. Dan anehnya aku tidak tahu apa penyebab ayahku meninggal. Dan di mana kuburannya aku sama sekali tidak tahu. Mungkin karena umurku waktu itu 2 tahun.

Oke, lanjut saja ceritanya. Sekarang pukul 21.00. Aku masih berada di ruang tv menonton acara kesukaan ku yaitu sepak bola. Hujan mulai turun dengan perlahan. Aku tidak menghiraukannya, dan lanjut menonton bola sendirian di ruang tamu.

Pukul 23.50, aku selesai menonton bola. Hujan masih saja turun dengan perlahan. Aku naik ke lantai 2 menuju kamarku. Di kamarku, suasana sangat berbeda dari sebelumnya. Di sini sangat dingin, hawa dingin itu menembus ke bajuku hingga aku perlu mengambil jaket. Hawa dingin itu bisa menembus ke jaketku. "Aku akan mengambil selimut" pikirku. Setelah memakai selimut aku tertidur pulas, karena hawa dinginnya tidak bisa menembus ke selimutku.

Didalam mimpi, aku melihat rombongan orang membawa kereta mayat entah ke mana. Timbulah rasa penasaranku. Aku memutuskan untuk mengikuti rombongan itu. Hingga sampailah rombongan itu ke sebuah sumur tua. Di sumur itu mereka membuka kereta mayatnya yang teryata berisikan seseorang didalamnya. Aku tidak bisa melihatnya dengan jelas karena aku mengikuti dari kejauhan. "Akan ku coba untuk mendekat" kataku. Aku mendekati rombongan itu dengan sangat hati hati. Sampai aku bisa melihat seseorang itu dengan jelas. Betapa terkejutnya aku melihatnya, dia adalah........

AKU......

***

Aku terperanjat, tidak percaya dengan mimpiku. Ketika aku sadar, bahwa di kamarku sangat gelap, dan berbau busuk. Aku menutup hidungku. "Mungkin mati lampu, dan mungkin ibuku lupa untuk membuang sampah." Kamarku terasa lebab dan basah..... Dan juga sempit. Ohh.... Ya ampun aku baru sadar bahwa aku tidak sedang berada di kamarku.
"Tidak, nak. Kau hanyalah bermimpi." Ucap seseorang yang tidak aku kenal.
"Siapa itu? Aku tidak bisa melihatmu karena gelap!". Ucapku dengan panik.
"Tenang, nak. Aku adalah temanmu sekarang."
"Teman? Lalu, aku berada di mana sekarang?"
"Kau tidak sedang berada dimana dan kapan. Yang ada hanyalah waktu terus berjalan."
"Apa aku telah mati?"
"Tidak juga, nak. Kau belum mati..... Tidak seperti kami."
"Kami???"

Setelah itu tidak ada lagi jawaban dari seseorang. Tiba tiba, secarik kertas jatuh dari atas. Aku tidak bisa membacanya karena gelap, tapi aku teringat bahwa di dalam saku celana ada ponselku. Aku mengambilnya.... '"Basah?". Lalu aku membaca kertas yang bertuliskan 'Tolong Terima tumbal kami Sang Dewa'

RITUALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang