Apa aku salah?
Karena mengharapkanmu?
Karena mempercayaimu?
Aku melihatmu dari jauh, tersenyum kepada seorang perempuan cantik di depanmu. Lalu, kamu mengatakan sesuatu yang membuatnya tertawa bebas, kemudian kamu kembali mengatakan sesuatu yang membuat pipi gadis itu merona.
Aku tersenyum miris.
Dulu, kamu selalu memberiku senyuman manis itu. Senyuman yang menjadi semangatku setiap pagi. Senyuman favoritku.
Dulu, kamu selalu mengisi hari-hariku dengan candaan. Candaan yang membuatku tertawa bebas seperti gadis itu. Candaan yang membuatku merasa spesial karena bisa mendengarnya secara khusus.
Dulu, kamu selalu mengatakan hal manis yang membuat pipiku merona dan salah tingkah! Ah, begitu menyebalkannya kamu ini. Tapi, itu yang aku suka darimu.
Teman-temanku selalu mengatakan,
Apa bagusnya dia?
Cowok di dunia gak cuma dia!
Kenapa harus dia?
Nyatanya, omongan mereka tidak berpengaruh padaku sama sekali. Hatiku telah memilihnya. Jadi, apa yang harus kulakukan?
Memendam perasaan ini selamanya?
Atau
Berusaha melupakan kenangan beserta rasaku kepadanya?
Terlalu banyak kenangan indah dan manis yang susah untuk dilupakan. Rasanya, sakit ketika melihatmu bersama gadis itu.
Tapi, aku bertanya kepada diriku sendiri,
Memangnya aku siapa?
Bukan siapa-siapamu.
Lalu, apa hakku melarangmu bersama gadis itu?
Tidak ada.
Aku sadar diri, kalau, aku tidak pantas bersanding denganmu. Kalau, aku terlalu egois, ingin memilikimu seutuhnya. Aku egois, karena tidak rela ketika kamu berada di dekat gadis lain.
Aku egois.
Aku cemburu.
Aku sakit.
Apa kamu tidak menyadari semua itu?
Apa kamu tidak menyadari betapa hancurnya aku ketika, kamu tiba-tiba menjauh dan menghilang dari hidupku?
Tentu saja tidak.
Kamu datang tiba-tiba, secara tak terduga, membuatku kebingungan.
Kamu datang tiba-tiba, secara tak terduga, membuatku tersenyum.
Kamu datang secara tiba-tiba secara tak terduga, membuatku jatuh cinta.
Lalu,
Kamu pergi begitu saja, disaat rasa itu sudah bertumbuh besar.
Seharusnya aku sadar selama ini.
Kalau semua ini, akan segera berakhir dengan cepat. Menyisakan rasa sakit dihati.
Karena,
Yang aku terima hanyalah harapan semu.
End.
KAMU SEDANG MEMBACA
False Hope
Short StoryYang ku terima hanyalah harapan semu. Copyright © 2015 by gendhis-dewi, All Rights Reserved.