Caveline berjalan menyusuri koridor sekolah yang masih nampak sepi. dengan kepala menunduk sehingga ia tak tau jika ada seseorang yang berjalan di depannya.
bruuk..
"Aduh maaf aa..aku ga sengajaa."ucap caveline sambil tetap menundukkan kepalanya.
"Oh gapapaa kok. Lain kali hati hati ya." Ujar lelaki itu sambil membantu membereskan barang barang caveline yang terjatuh.
"Makasih udah di..." ucapan caveline terhenti saat mata mereka bertemu.
Oh tuhan matanya sungguh indah. Mengapa jantung ini terasa berdebar lebih kencang? Apakah aku skrng terkena serangan jantung?
Batin caveline"Hello? Kamu ngelamunin apa?"tanya lelaki itu sambil mengibas ngibaskan tangannya di depan wajah caveline.
Lamunan caveline pun langsung buyar dan membuat wajah caveline bersemu merah karna ketauan melamun.
"Oh gapapa kok. Makasih dan maaf yaa. Aku duluan ya bye."ucap caveline yang langsung meninggalkan lelaki itu, karna ia tak mau melihatkan wajah merahnya karna dia.
Sedangkan lelaki itu menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum kecil karna melihat tingkah lucu caveline
Sungguh gadis yang lucu. Wajah blushingnya sungguh menggelikan. Batin lelaki itu. Ya ia sebenarnya mengetahui jika caveline blushing namun ia hanya bungkam dan melanjutkan jalannya menuju kelasnya.
***
Caveline merutuki dirinya sendiri karna tingkah laku memalukan bagi dia
"Ah kau bodoh caveline bisa bisanya kau ketauan ngelamunin dia. Uuuu bodoh bodoh bodoh kenapa juga jantung ini tiba tiba berdetak lebih kencang? Ishh... gimanaa inii." Ucap caveline sambil menepuk kecil kepalanya.
"Woy cav lo ngapain mukul kepala lo? Tambah bodoh baru tau rasa lo!" Caveline menoleh ke asal suara yang ternyata adalah ajeng, sahabatnya, caveline pun berlari ke arah ajeng dan segera memeluknya.
"Eitss..eitss..eitss... lo ngapain peluk peluk gue. Woy kavling lepasiin!! gue masik normal kali."cerocos ajeng yang membuat caveline memutar bola matanya kesal
"Aah ajeeng lo kenapa slalu manggil gue kavling siiih ishh.. nama gue itu CAVELINE jeng bukan KAVLING pliiis."ujar caveline tak terima lalu melepaskan pelukannya.
"Thanks god akhirnyaa berakhir juga penderitaan ini."ujar ajeng saat caveline melepaskan pelukannya.
"Isshh.. lo mah jahat jeng sama gue. Padahal gue mau curhat sama loe tapi lo-nya gitu ke gue."ucap caveline sambil melipat tangannya dan membuang muka.
"Ya ya yaa lo mau cerita apaan siih cav?"tanya ajeng mulai penasaran.
"Gu..guuee tadi nabrak cowok jeng. Ta..tapii ga tau kenapa pas ngeliat matanya jantung gue berdetak kenceng. Apa mungkin aku kena serangan jantung?"ucap caveline polos sehingga mendapat jitakan manis di kepalanya
"ASTAGAA CAVELINE? DEMI APA LO GA TAU KALO ITU TANDA JATUH CINTA? Pfftt...." secepatnya Caveline membungkam mulut Ajeng karena lelaki yang menabraknya tadi tiba-tiba masuk ke kelasnya bersama firkha, ketua kelasnya.
"Ciyeee caveline jatuh cintaaa. Bisa juga yaa lo jatuh cinta."ledek firkha.
Lelaki itu tersenyum kecil melihat perubahan ekspresi wajah caveline yang bersemu merah.
"ciyee caveline jatuh cinta nii yeee. Lu jatuh cintaa sama siapeee? Jangan bilaang lu jatuh cinta ama gue yaaa? Ngaku ajaa ddeeh."ujar firkha pd
"Issh siapaa juga yang jatuh cinta sama cowo kembang kek lu mending gue sama anak di sebelah lu kha."ucap caveline yang tanpa sadar membuat lelaki itu sedikit terkejut atas pernyataan caveline.
"Sebelah gue? Lo jatuh cinta sama rafa?"tanya firkha dengan muka mengintimidasi.
"Yaa.. yaa.. engg..engga laah. gue becanda heehe, yaudah ya gue sama ajeng ke perpus dulu. Gue duluan daa."
Lalu caveline pun berjalan meninggalkan Rafa dan Firkha. Ada perasaan kecewa saat Caveline mengatakan bahwa ia tak menyukai Rafa begitupun dengan Rafa. Entah mengapa jika gadis itu mengatakan bahwa tidak menyukai dirinya ada perasaan kecewa padahal ia dan gadis itu baru saja bertemu.
Caveline terus saja menggandeng ajeng tapi lebih tepatnya ajeng di seret oleh caveline yang entah mau kemana.
"Cav kita mau kemana? Katanya mau ke perpus, perasaan perpus belok sana deh."tunjuk ajeng namun caveline hanya menoleh sekilas lalu tetap melanjutkan perjalanannya.
Yaa dan disinilah mereka di rooftop gedung sekolah. Mereka memang sering menghabiskan waktu disini termasuk menenangkan diri jika salah satu dari mereka tak ingin di ganggu siapapun.
Caveline duduk termenung sambil memeluk lututnya dan memikirkan tentang pernyataannya tadi. Raut wajahnya tak memunculkan senyuman manisnya. Ajeng yang tau apa yang di rasakan sahabatnya pun hanya menggeleng-nggelengkan kepala.
"Lo nyesel ngomong kayak gitu depan firkha sama temennya? Jangan bilang lo beneran jatuh cinta sama temennya Firkha?" Tanya ajeng namun caveline hanya mengangkat bahunya seakan ia tak tau apa yang dirasakannya.
Ajeng hanya menghela nafas panjang dan berjalan menghampiri caveline.
"Menurut gue sih lo jatuh cinta sama temennya firkha." Caveline menoleh ke arah ajeng sambil mengernyitkan dahinya. "Gamungkin gue jatuh cinta sama dia jeng. Masak secepat ini? Ga mungkin jeng."ucap caveline lirih.
"Cinta itu ga mandang seberapa cepet atau ga perasaan itu muncul Cav, kalo lo ga percaya sama gue, lo coba nyari jawabannya sendiri apakah lo beneran jatuh cinta sama dia." Cavelin hanya bergumam tak jelas dan kembali menangkup wajahnya.
Apakah jatuh cinta serumit ini? Susah di tebak, susah pula di deskripsikan. Mengapa aku sangat kecewa saat mengatakan hal itu? Apakah aku jatuh cinta? Tapi tak mungkin aku jatuh cinta secepat ini. Sungguh membingungkan.
***
TBC