Part #8

353 20 0
                                    

Mulmed : 'years and years - king'

'I caught you watching me under the light, Can I be your line?' King - Years and Years

***

Reina membuka matanya perlahan, merasakan nyut-nyutan di bagian kepalanya. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali lalu menelusuri dimana dirinya sekarang. 'Hah, dikamar' tebaknya dalam hati. Reina kembali teringat detik-detik sebelum ia jatuh pingsan. Ia sedang dilamar oleh Reinald! Reina sungguh tidak percaya, ternyata si om itu telah membohonginya, mengatakan mereka hanya bertukar cincin saja dan tidak lebih, tetapi nyatanya? Ia malah dilamar. Sungguh lamaran itu sangat romantis dan gentle, tetapi yang benar saja? Hel-to-the-lo, hello? Reina belum tau apa pun tentang Reinald, bagaimana ia akan menikah dengan orang yang baru ia kenal?

Mengingat semua itu membuat kepala Reina semakin pusing. Akan kah serumit ini kisah dirinya? Ia berusaha untuk bangkit dari tidurnya namun sungguh terkejutnya ia melihat seorang lelaki tampan sedang duduk dibangku belajarnya, bertopang dagu di tangan bangku tersebut sambil mendengkur halus. Ya, siapa lagi kalau bukan Reinald. Saat Reina pingsan mama Reina langsung panik bukan main oh, bukan mama Reina saja melainkan semuanya. Mereka pastinya heran mengapa Reina pingsan secara tiba-tiba padahal ia sehat sehat saja. Pikir orang tua Reina dan Reinald seharusnya jika dilamar akan merasa senang dan bahagia tidak kayak Reina yang seperti terkena serangan jantung.

Mengetahui Reina pingsan, Reinald dengan sigap langsung menangkap Reina jika tidak, pastinya Reina akan terjatuh dikayu dan mengakibatkan lebih fatal. Reina digendong oleh Reinald masuk kedalam kamar gadis itu lalu menidurinya diranjang, sambil menunggunya bangun ia duduk di bangku belajar Reina. Ternyata sudah lewat 3 jam Reina tidak terbangun juga membuat Reinald mengerutu 'ini cewek pingsan apa tidur?' Lama kelamaan rasa kantuk Reinald pun muncul dan tanpa sadar ia sudah tertidur dikursi tersebut.

Reina sudah mendudukan dirinya diatas ranjang sambil meneliti setiap sudut wajah tampan Reinald. Kalau boleh jujur Reina sempat terpesona dengan Reinald. 'Sempat'.
Tetapi setelah mengatahui sifat pemaksa dan arrogant nya Reinald, ia menjadi jijik dengan Reinald sungguh. Bagaimana bisa ia menikah dengan lelaki model macam ini?

Rasa nya Reinald nyenyak sekali walaupun ia sedang tidur sambil duduk. Terlihat garis-garis lelah di wajah rupawan nya. Memimpin perusahaan ayahnya yang sudah terkenal dimana-mana itu bukan nya gampang, ia harus rela bolak balik keluar negeri demi sebuah bisnis yang terkuar dimana-mana, belum lagi ayahnya dan ibu tirinya itu terus saja menyuruh nya untuk cepat menikah. Ibu kandung Reinald sudah meninggal 2 tahun yang lalu kerena sakit, setelah itu ayah nya memutuskan untuk menikah kembali dengan wanita lain yaitu Wita -ibu tiri Reinald- dan sampai saat ini Reinald belum ikhlas jika ayah nya kembali menikah. Maka dari itu ia selalu bersifat acuh, tidak perduli, dan dingin kepada ibu tirinya karena bagaimana pun juga tidak ada yang bisa menggantikan posisi ibu kandungnya, sampai kapan pun.

Reina menarik selimut berniat untuk menyelimuti Reinald tetapi niat nya itu terhenti karena tiba-tiba Reinald begerak gelisah dalam tidurnya

"Ma, jangan pergi.. Maa jangan pergii.." Sambil tetap bergerak gelisah dengan Mata tertutup. Kalimat itu terus keluar dari mulut Reinald bahkan keringat sudah membasahi keningnya padahal disini tidak lah panas.

"Hei, bangun! Hei" Reina menepuk-nepuk pipi Reinald agar ia tersadar tetapi bukan nya sadar, Reinald malah tertidur kembali membuat Reina mengendus. Ia lalu menyelimuti Reinald kemudian keluar dari kamar.

****

Reinald terbangun dari tidur merasakan sakit di bagian punggung dan pinggang nya, ia merenggangkan badan nya sambil beberapa kali meringis. Ia baru ingat jika ia habis tertidur di bangku, pantas saja badanya sakit semua.

"Hiss..encok dah.." Ringisnya. Ia mengalihkan pandangan kearah ranjang, gadis itu sudah hilang. 'Dasar tidak tau diri sudah ditungguin juga' rutuknya dalam hati.

Kemudian pria itu memutuskan untuk keluar dari kamar, sesekali meringis karena pinggangnya yang ngilu. Ia menuruni anak tangga rumah nya Reina, melirik jam di dinding sudah menunjukkan pukul 1 pagi? Mengapa ia bangun dijam segini. Orang tua Reinald pastinya sudah pulang.

Krek krek..

Reinald terkesiap saat mendengar bunyi aneh yang berasal dari dapur dengan mengendap-endap ia mendekati dapur tersebut. Jujur ini baru pertama kali ia mengalami hal seperti ini dan bukan dirumahnya sendiri. Apalagi sekarang sudah mau jam 2 pagi, jam -jam seginikan paling rawan. Reinald merinding sambil terus mendekati dapur yang hanya diterangi lampun meja makan saja.

Krek krek...

Nyali Reinald semakin menipis. Sungguh memalukan, siapa sangka cowok semaco dan sekeren Reinald kalah dengan hal beginian. Reinald sangat tidak suka hal-hal yang berbau mistis. Ia akan mundur teratur jika begitu. Tetapi kali ini ia harus berani.

"Gila.. Serem banget ni rumahh.." Bisiknya dengan diri sendiri. Ia semakin dekat dengan dapur sampai satu saat..

"MALING!!!"

"AKH!!"

Seketika Reinald terjungkang kebelakang dan karena itu pinggang nya yang sudah sakit malah bertambah sakit sekrang dorambah lagi kakinya, hai lengkap lah penderitaan. Kemudian muncul lah si pembuat ulah dari keremangan ruangan. Reina. Gadis itu langsung melotot ketika melihat Reinald yang sudah tergeletak kesakitan. Tadinya ia kira Reinald ini maling. Tidak salah juga Reina was-was soalnya disini lampu tidak dihidup kan. Untung saja Reinald tidak di tabok dengan panci.

"Astagfirulallah... Maaf yaampun.." Reina cepat-cepat membantu Reinald berdiri dan membawanya ke sofa di ruang keluarga.

"Sakit ya?" Dengan bego nya Reina bertanya

"Nggak kok ngak papa, mambah lagi juga boleh" jawab Reinnal kesal. Sudah tau pun masih juga tanya.

"Upss.. I am sorry.. Sini deh aku pijitin" dengan rasa bersalah Reina pergi mengambil minyak urut kemudian ia mulai mengurut kaki Reinald. Reinald sendiri pun tidak menolak malah keenakan sambil berbicara dalam hati 'cocok juga jadi tukang urut HAHA'

"Tadi itu kenapa sih? Kenapa kamu ngira aku maling?" Oceh Reinald

"Ya, kan aku was-was. Kamu nya juga ngendap-ngendap gitu kan jadi nya ngeri" celetuk Reina

"Ganteng ganteng kok dibilang maling. Lagian ngapain didapur gelap-gelap gitu"

"Heh, pede sekali kamu. Aku cuman pingin minum, mang nggak boleh?" Sahut Reina nyolot dan Reinald lebih memilih diam, dari pada urusannya makin panjang.

"Udah enakkan belum?" Reina bertanya sambil terus mengurut betis Reinald

"Lumayan lah dari yang tadi" ada sedikit perasaan lega dihati Reina saat mendengarnya.

"Yaudah tidur lagi sana" Reina menuidahi mengurut kaki Reinald hendak berdiri tetapi lengannya dicekal oleh Reinald. "Apa?"

"Ada baju cowok nggak, aku mau ganti. Nggak nyaman pakai baju kayak gini kalau tidur" pintanya, Reina berfikir sejenak lalu langsung berlari kekamarnya. Reina turun sambik membawa switer yang cukup besar, cocok lah untuk ukuran badan Reinald yang segede dugong itu.

Reina memberi switer tersebut kepada Reinald "nih, pake"

"Kamu ada baju cowok?" Tanya Reinald bingung.

"Sepupu" jawab Reina singkat. Ia menghidupkan TV lalu ia duduk dikarpet sedang Reinald sudah mengganti baju nya kemudian berbaring di atas sofa. Keduanya saling diam sampai keduanya tak bisa lagi menahan kantuk dan tertidur.

TBC

a/n: kalian tau? Part ini adalah part yang paling nggak jelas dari part yang lain. Sudah lah lama update, gaje pula ceritanya hahhhh. Sorry bgt guys





Beating HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang