Bagian 2

13 3 0
                                    

Maaf kalau lama updatenya. Happy reading ^_^


***

"Kubilang berhenti menangis.."

Rikako mengerjap cepat. Mengembalikan akalnya yang sempat melayang entah kemana. Menatap Kazumi penuh tanya. Biasanya ia akan mencecar seseorang dengan lidah ketusnya jika mendapat perlakuan aneh semacam ini, namun Kazumi menjadi pengecualian.

"Ini. Untuk menghangatkan tubuh," Kazumi menyodorkan minuman jahe kemasan. Wajah pemuda ini kembali tak berekspresi seperti biasa.

Rikako menerimanya, walau ragu dan malu teraduk jadi satu dalam batin. Bibir gadis ini terkunci rapat. Wajahnya terasa panas, canggung menggerogoti rongga dadanya. Itu ciuman pertama Rikako. Garis bawahi, ciuman pertama.

"Kita kembali sebelum melewatkan acara makan malam," rangkai kata Kazumi memecah hening. Entah kenapa kali ini Kazumi lebih mendominasi percakapan ketimbang Rikako.

Rikako mengangguk. Membuntuti Kazumi yang sudah melangkah terlebih dulu. Jarak dua meter menjadi dinding pembatas yang tak terlihat. Rikako menyesap minumannya, berjalan dengan pandangan yang berusaha dipaku pada jalan yang ia tapaki, bukan pada punggung tegap Kazumi.

Srek

Srek

Gyut

"Hm?"

Kazumi menoleh ke samping. Menatap Rikako yang menggelayut pada ujung rompinya. Wajah gadis tersebut ditekuk dalam, namun rona merah jambu masih tertangkap oleh pupil matanya, berusaha disembunyikan oleh yang bersangkutan. Tanpa sadar Kazumi tersenyum.

Alam seakan berkompromi. Mengubah hujaman partikel salju menjadi rintik kapas putih yang terasa lembut. Hanya langkah kaki dan hembus napas yang terdengar jelas. Tak berselang lama riuh dari penginapan terdengar. Dentang lonceng menggaung di udara hampa. Membuat para murid yang berpijak di hampar salju berebut masuk.

***

Pendar cahaya menyusup melalui transparansi tirai. Keremangan merajai ruangan ini. Senyap terasa menulikan pendengaran. Belum lagi suasana temaram yang bermaksud membutakan.

Rikako terlentang menatap langit-langit yang cukup tinggi. Dengan kedua tangan yang menumpu di belakang kepala. Berkali-kali bibir merah jambunya mendesah, menghela napas berat seakan bola basket menyumbat di tenggorok. Berguling ke sisi kasur yang lain, lalu berguling lagi ke sisi lainnya. Tidak bisa diam karena kejadian dirinya bersama Kazumi dalam hutan malam ini terus berkelebat dalam benak, membuatnya gelisah.

"Aaaaah~~~ Gimana ini? Gimana kalau nanti ketemu jadi canggung? Pasti nanti jadi aneh. Ah! Aku bingung~ Apa maksudnya coba dia ngelakuin itu? Kenapa nggak aku pukul aja. Ck!"

Rikako mengacak rambutnya frustasi. Mengerang menyesali akan kesempatannya untuk memukul Kazumi kala itu. Tentu saja Kazumi pantas dipukul atas kelancangannya mencuri ciuman pertama Rikako.

"Adududuuh~ Aku nggak bisa tidur!"

Tanpa sadar suaranya melengking. Ia lupa jika sedang sekamar dengan Sei dan gadis itu tadi sedang tidur.

"Bisakah kau tenang?"

Akhirnya Sei bersuara. Aksen dingin tersebut terdengar lebih serak oleh kantuk.

"Ah, gomen ne. Ganggu ya? Aku diam deh. Aduh maaf ya, Sei. Aku hanya sedang-"

"Diamlah."

"Oke oke aku diam. Aku min-"

"Diam."

Rikako langsung bergelung dengan selimut. Mendecih lalu mengerucutkan bibir. Perlahan kelopak bening tersebut nampak sayup. Menutupi lensa cokelat yang ada di baliknya. Napas Rikako perlahan teratur, angannya mulai memasuki gerbang mimpi.

Jikan no atataka no yuki (Kehangatan Salju Waktu Itu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang