Dunia ku serasa jungkir balik hanya karena sesuatu yang terdiri dari lima huruf. Sesuatu yang tak kasat mata – sesuatu yang tak dapat dijamah. Lima huruf yang membuatku sering terjaga di setiap malam. Menumpahkan berliter-liter tinta hitam ke dalam ratusan lembar kertas putih hanya untuk mengabadikan efek yang begitu luar biasa menyerang hari-hariku tanpa kenal ampun. Untuk pertama kalinya aku merasakan kegilaan terhadap sesuatu, bahkan menjadikannya hobi. Kedua obsidianku menjadi seperti kamera CCTV – selalu mengawasi tanpa diketahui.
Sepertinya aku seorang stalker?
Kegiatan rutin yang ku lakukan di Sekolah selain belajar adalah mengabadikan potret seseorang dalam setiap momen yang dilakukannya. Mengabadikannya tak perlu memerlukan benda mahal seperti kamera – itu terlalu biasa. Hanya memerlukan selembar kertas dan pensil saja. Menggambar sketsa wujud indahnya dengan tanganku.
Jeon Jungkook.. Dialah objek yang paling sempurna dari semua objek yang pernah ku abadikan.
Jeon Jungkook .. Dialah euforian, impian, dan kemustahilan.
Jeon Jungkook.. Setiap lekuk wujudnya terbentuk terlalu sempurna untuk ku nikmati melalui kedua mataku. Manik matanya hitam pekat – amat teduh. Helai surai hitam legamnya begitu indah melambai saat si empunya berlari. Bibirnya senada dengan warna bunga persik. Postur tubuhnya sangat ideal, gagah dan eumm.. sexy?
Walaupun aku adalah salah satu dari sekian banyak pengagumnya, tapi aku tak seperti mereka! Rela merendahkan harga dirinya untuk bisa menarik perhatian Jungkook. Seperti berpura-pura pingsan di hadapannya, menawari diri untuk mentraktirnya makan, atau terang-terangan menyerahkan sepucuk surat dengan kalimat-kalimat rendahan ; sayangnya semua itu bukan style-ku.
Tak ada yang mengetahui kalau aku mengagumi – ah tidak – tepatnya menggilai namja bermarga Jeon itu. Hanya aku, Sang Pencipta perasaan ini, dan beberapa saksi bisu seperti buku diari, buku gambar, bolpoin dan pensil. Disaat penggila Jeon Jungkook terang-terangan menunjukkan perasaan dan memberikan sesuatu padanya, aku lebih suka bergerilya. Mengendap-endap ke dalam ruangan kelasnya yang sudah sepi untuk memasukkan hasil sketsa wajahnya atau puisi ke dalam tas miliknya.
.
.
"Haaaah!" Aku mendesah frustasi sambil mengacak-acak rambutku. Aku kesiangan dan ini akan menjadi malapetaka besar! Kalau kesiangan seperti ini aku terancam disarankan pulang kembali ke rumah dan lebih parahnya lagi bisa-bisa hari ini aku terancam berpuasa ; puasa tak melihat Jungkook sunbae!
Akhirnya bus tiba. Ku eratkan genggaman tanganku pada ransel dan melangkahkan kaki ku secepat kilat karena tiba-tiba hujan kembali mengguyur Kota Seoul.
"Ga Eul – ssi!"
Aku refleks menolehkan kepalaku setelah suara yang memanggil namaku menembus selaput gendang telingaku. Netraku menangkap sosok Ah Ra – teman sekelasku – tengah melambai-lambaikan tangannya ; memerintah sasarannya untuk segera bergerak menghampirinya.
"Duduklah di sini." Perintahnya sambil menepuk pelan tempat yang masih tersisa di sebelahnya. Aku mengangguk senang sambil melepaskan tas untukku pangku.
Deg-
Tiba-tiba aliran darahku terasa deras ; karena kini jantung memompa dengan antusiasnya. Aku merasakan hangat yang begitu kentara di kedua pipiku. Hangat yang semakin lama semakin terasa membara saat netraku bertemu dengan manik hitam pekat milik seseorang yang duduk di depanku – di deretan bangku seberang . Manik mata sepekat langit malam – hitam berkilau bak obsidian yang tertimpa sinar Sang Surya.
KAMU SEDANG MEMBACA
"Impossible" {Oneshot//Jungkook BTS}
FanfictionMemilikimu adalah suatu ketidakmungkinan..