Part 1 - End

3.9K 166 8
                                    

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Warning : AU, OOC, Typo, rush, gaje, all Hinata POV.DONT LIKE? DONT READ!

-Happy reading -



Hinata POV

Aku duduk di kursi
sebuah kafe langgananku. Masih dengan seragam sekolah lengkap dengan tas dan segala atributnya. Rambut indigoku sengaja kugerai agar menimbulkan kesan-dewasa-mungkin.
Menopang dagu sambil menikmati rum raisin chocolate ice cream.Aku bukan tipe orang yang suka duduk-duduk di kafe hanya untuk sekedar makan es krim atau minum sesuatu.
Tujuanku berada di sini adalah menunggu seseorang yang lebih tepat kusebut kekasih. Hari ini adalah perayaan 1 tahun kami resmi berpacaran.
Err. . . sebenarnya resmi 1 tahun kami bertemu, sebab kami tak tahu kapan kami menyatakan kalau diri kami adalah sepasang kekasih. Semuanya berjalan begitu saja tanpa kami sadari.Sesekali aku melihat layar ponselku. Menunggu sms atau telpon darinya. Sudah 5 menit aku menunggunya.

Kesibukannya sebagai dokter adalah alasan yang tepat mengapa ia selalu datang terlambat di setiap kencan kita. Aku paham betul dia bukanlah siswa SMA sepertiku yang masih bisa bersantai-santai atau bermain dengan teman-teman sebaya.
Yah walaupun ini tahun terakhirku di SMA yang artinya aku harus mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian akhir yang akan diadakan sebentar lagi. Tapi setidaknya aku masih memiliki waktu luang untuk bermain.Aku berbeda jauh dengannya. Dia dewasa, aku kekanakan. Mungkin itu disebabkan oleh usia kami yang terpaut 10 tahun. Dia tegas, aku penuh keraguan. Dia tinggi, aku kurang tinggi. Matanya hitam, aku putih. Aku suka makanan manis, dia tak suka. Dia ambisius, aku tak punya ambisi. Tapi kami juga punya beberapa kesamaan. Kami sama-sama tak suka kebisingan, sama-sama pendiam, dan. . . Sama-sama mencintai.Aku jadi teringat bagaimana pertemuan pertama kami dulu. Hari ini tanggal 2 April, tepat setahun yang lalu.



-Flashback-

"Aku juga menyukaimu, Naruto-kun," ucap Sakura.
Sedetik kemudian Naruto mengecup bibir Sakura. Sungguh pemandangan yang tak ingin kulihat. Dadaku terasa sesak, bulir-bulir air mata mulai membasahi pipiku.Aku menyesal mengikuti Naruto ke taman belakang sekolah. Dan harus melihat Naruto menyatakan cintanya pada Sakura. Kau bodoh, Hinata kau sungguh bodoh. Kau itu tak pantas untuk Naruto.Aku berlari menuju gerbang sekolah. Ingin rasanya segera sampai ke rumah. Menuju tempatku yang paling aman.

CTAR! Suara petir menggema seiring jatuhnya hujan. Bahkan ketika aku menangis, langit pun ikut menangis. Aku berjalan di tengah hujan sambil menangis. Selain untuk mendramatisir suasana, aku sendiri juga tidak membawa payung.

"Nona Hinata!"

"Y-ya."Aku segera melangkahkan kaki pucatku menuju ruang periksa. Huh, gara-gara kehujanan kemarin, aku jadi sakit.

"Silakan duduk, Nona," ucap sang dokter.Tak kusangka dokter ini begitu tampan. Mata hitam kelamnya begitu tajam, membuatku gugup. Gaya rambutnya juga keren walaupun mirip err pantat ayam?

"I-iya," ucapku seraya duduk di kursi yang berhadapan dengannya.


"Sudah lama menunggu?" ucapnya. Mungkin itu hanya basa-basi untuk beramah-tamah.

"A-ano. . . Lumayan, Dok."

"Baiklah, apa keluhanmu?"

"De-demam."

"Biar kupriksa," ucapnya sambil mengenakan masker dan sarung tangan karet.

"Buka mulutmu dan bilang aaa."

"Aaaa."
"Oke."Kemudian dia membuka sarung tangan karetnya dan meletakkan punggung tangannya pada dahiku,

"Panasnya cukup tinggi. Aku ukur suhu badanmu," dia mengambil termometer kemudian menyelipkannya di bibirku.Degup jantungku jadi terasa aneh saat tangannya tak sengaja menyentuh pipiku ketika meletakkan termometer. Aku mengedarkan pandanganku. Tak sengaja mataku bertemu mata onixnya.


Dokter Uchiha (OneShot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang