Cheating

7.2K 701 34
                                    

Yonghwa sedang mengendarai Lexus abu-abunya dalam perjalanan pulang ketika dia teringat akan percakapannya dengan Yunhee. Wanita itu bilang dia tidak memiliki pekerjaan, seharusnya dia menawari Yunhee sebuah pekerjaan. Tidak, seharusnya dia lebih banyak mengajaknya bicara. Percakapan tadi tidak cukup baginya, percakapan dengan Yunhee memang tidak pernah akan cukup. Dia ingin berada lebih lama bersama wanita itu, ingin menghabiskan waktu lebih lama, ingin berbicara lebih banyak.

Mendesah dalam-dalam, Yonghwa berpikir bahwa itu sepertinya cukup mustahil. Yunhee mungkin tidak akan mau menerima tawarannya untuk bekerja di Busan. Oh, kenapa mereka harus terpisah oleh jarak?

Daripada memikirkan hal yang belum tentu dapat dia gapai, Yonghwa memilih untuk bersiul di dalam mobilnya, menyenandungkan lagu kesukaannya ketika sudut matanya menangkap sosok yang sedang dipikirkannya saat itu.

Lee Yunhee.

Wanita itu berjalan di trotoar di tengah hiruk pikuk Seoul pada malam hari, sendirian sambil memeluk dirinya sendiri seperti kedinginan. Apa yang telah terjadi padanya?

Tanpa pikir panjang, Yonghwa memarkirkan mobilnya ke pinggir jalan kemudian dengan segera keluar dari mobil dan berlari mengejar Yunhee.

"Yunhee!" Dia berteriak dan itu berhasil membuat Yunhee menoleh. "Apa yang terjadi? Kenapa kau berjalan sendirian—kau menangis!?"

"Aku... aku tidak apa-apa." Yunhee menyeka air matanya dengan punggung tangan, itu membuat maskaranya luntur.

"Baiklah, biar aku membawamu pulang."

"Tidak perlu, rumahku dekat." Kata Yunhee seraya menahan isakannya.

"Yunhee, aku tidak bisa membiarkanmu sendirian di sini. Aku tahu kau tidak baik-baik saja." Yonghwa meyakinkan. "Ayo."

Ketika Yonghwa menarik tangan Yunhee dengan hati-hati dan membawanya masuk ke dalam mobil, wanita itu tidak menolak atau pun mengatakan sesuatu lagi. Yunhee hanya diam.

Di perjalanan pulang, Yonghwa terus melirik ke arah Yunhee. Dia mencemaskan wanita itu, sangat. Dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan pada saat ini. Berpikir apakah dia harus bertanya lagi tentang apa yang telah terjadi atau membiarkan wanita itu menangis saja sampai dia lelah dan berhenti.

Yonghwa memilih yang kedua.

Yunhee memberitahu di mana dia tinggal di sela-sela tangisannya. Sesampainya mereka di depan gedung apartemen setelah melewati lima blok, Yunhee sudah berhenti menangis. Yonghwa sendiri kaget melihat ekspresi yang diberikan Yunhee padanya, apalagi tidak tampak ada bekas air mata menetes di wajahnya. Wanita itu anehnya tampak baik-baik saja, seperti tidak pernah terjadi sesuatu.

"Kau mau masuk?" Yunhee menawarkan, suaranya kembali normal.

Yonghwa menggeleng pelan. "Tidak usah, aku buru-buru."

"Oh." Hanya itu respon dari Yunhee.

Yonghwa melepas sabuk pengamannya, kemudian membetulkan posisi duduknya untuk menghadap Yunhee dan menatap matanya. Sementara Yunhee hanya diam saja mendapatkan perlakuan tersebut, mengerjapkan mata pun tidak.

"Aku tidak tahu apa yang telah menimpamu dan aku juga tidak akan memaksamu untuk bercerita, Yunhee, karena sayang sekali bukan hakku untuk mencampuri urusanmu. Tapi jika kau bertanya padaku apakah aku cemas, jawabannya adalah iya." Yonghwa berkata pelan seraya menyapu pipi Yunhee dengan sentuhan ibu jarinya. "Aku mungkin sedikit sok tahu, tapi jika masalah terbesarmu adalah pekerjaan mungkin aku bisa membantumu."

"Bukan begitu, aku—"

"Jangan mengatakan omong kosong itu padaku, Yunhee." Yonghwa menyela, tatapannya serius. "Aku baru saja membangun sebuah perusahaan kecil-kecilan di Busan dan aku sedang sangat membutuhkan banyak pegawai. Bekerjalah untukku kalau kau berminat."

Ridiculously Demanding (Kyuhyun Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang