"Jalan pake mata, bego. Udah lo yang salah tapi malah sinisin gue. Otak lo di mana?" Gerutu lelaki tersebut.
Apa-apaan lelaki ini? Kok kasar banget mulutnya. Cibir Andrea heran dalam hatinya.
Pada akhirnya, Andrea lebih memilih untuk diam dan melihat lelaki tersebut dengan datar. Setelah itu, ia segera berjalan meninggalkan lelaki tersebut.
"IPA-1.. IPA-1.." Gumam perempuan tersebut seraya tetap berjalan mencari kelasnya.
Nah itu dia.
Ia segera berjalan memasuki ruangan yang kira-kira diisi oleh 40 murid atau lebih tanpa menyadari tatapan memuja dari para lelaki.
"Nyari bangku kosong?" Tanya salah satu lelaki yang ada di hadapannya sekarang. Andrea hanya mengangguk-anggukkan kepala menandakan benar.
"Yang kosong satu-satunya cuma di pojok belakang bagian kanan." Balas lelaki itu sambil menunjuk tempat yang ia maksud.
"Oo, thanks." Balas perempuan tersebut dengan ekspresi datar dan segera berjalan menuju bangku yang akan ia tempati.
'Najis lo! Nyuri start duluan ngobrol sama anak baru itu.'
'Ya salah lo! Malah diem aja terpesona sama tuh cewek. Mending gue ajak ngobrol dia.'
'Lo berdua berisik banget sih. Sebagai anak lelaki, jual mahal dikit lah. Baru liat yang secantik itu aja udah terpesona. Malu-maluin. '
Setelah mendengar percakapan tiga lelaki dari kelasnya tersebut, Andrea melirik mereka cukup lama. Hanya untuk membuat ketiganya merasa awkward.
'Lho lho, dia denger ya?'
'Duh, malu gue.'
'Ah bego sih lo berdua!'
Demi apapun, Andrea ingin tertawa mendengar percakapan tiga orang tersebut. Memangnya mereka pikir apa yang akan dilakukannya?
Ia tetap melanjutkan tatapan datarnya ke tiga lelaki tersebut. Beberapa detik kemudiannya Andrea hanya tersenyum manis lalu kembali melanjutkan langkahnya menuju bangku.
...
Hening. Andrea merasa bingung dengan keadaan kelasnya saat ini.
'Anjir senyumnya cantik banget.'
'Gue gak ingin pindah kelas seumur hidup.'
'Melting gila!'
Dan masih banyak celotehan lain dari para lelaki. Sedangkan tiga lelaki sebelumnya masih diam mematung sambil menatap Andrea. Bedanya, kali ini mata ketiga lelaki itu seperti akan lepas. Iya, mereka melotot gitu. Entah mengapa.
'Tes'
'Tes'
"ANJIR GILA LO YA SAMPAI MIMISAN SEGALA ! WOI BAGI TISSUE BUAT ARNOLD WOI SIAPA AJA!" Teriak salah satu lelaki yang meneriakkan nama orang yang baru saja mimisan.
"NAJIS LO SAMPE MIMISAN GITU. MIKIR APA KALI?!" Teriak lelaki lain tepat di depan telinga orang yang bernama Arnold itu. Andrea meringis melihatnya.
Cobaan Andrea untuk berada di kelas ini, tahan untuk tidak tertawa. Ia heran dengan tingkah Arnold. Dia yang bilang kedua temannya malu-maluin, padahal dia sendiri yang memalukan.
Andrea segera menyibukkan dirinya dengan memainkan salah satu game di handphone miliknya.
Kring
Bel pertanda memasuki jam pertama telah berbunyi. Semua murid yang tadinya sedang bermain handphone, bersantai-santai di koridor, dan lainnya segera memasuki kelasnya masing-masing.
Dari kejauhan, Andrea merasa ada tatapan menusuk dari seseorang. Entah mengapa.
Seorang lelaki berjalan lurus dan akhirnya berdiri tepat di depan Andrea.
"Apa?" Tanya Andrea dengan tatapan sinis.
"Minggir." Jawab lelaki tersebut singkat dengan wajahnya yang datar.
"Tapi ini kan tempat gue." Balas Andrea seraya menatap sinis lelaki itu.
Lelaki tersebut menghela nafasnya dengan kasar seraya menunjuk tempat kosong yang ada di sebelah Andrea.
"Apa?" Tanya Andrea sekali lagi seraya mengernyitkan dahi kebingungan.
"Lo liat aja sendiri di bawah kursi kosong itu." Jawabnya dengan nada malas sambil memalingkan wajahnya. Andrea pun segera melihat tempat yang ia tunjuk sebelumnya dan mendapati.. tas hitam?
Ia pun segera mengangkat tas tersebut dan meletakkannya di kursi kosong sebelahnya seraya menatap lelaki itu dengan bingung.
"Sekarang ngerti kan?" Tanya lelaki tersebut dengan wajah datarnya. Harus Andrea akui, kalau ia tidak mengerti sama sekali apa yang dimaksud oleh lelaki tersebut. Dengan secepat mungkin Andrea menggelengkan kepalanya dan menatap laki tersebut dengan bingung.
"Bego banget sih." Ujar lelaki tersebut seraya menghembuskan nafasnya dengan kasar.
Orang ini apa-apaan sih? Ngeselin. Batin Andrea.
Lelaki itu pun segera meraih tas hitam yang sebelumnya Andrea tempatkan di bangku sebelah miliknya.
"Ini tas gue. Dengan inti lain, ini tempat duduk gue. Karena tas gue udah ada di sini terlebih dahulu. Ngerti? Sekarang, minggir. Gue mau duduk di situ." Andrea menatap lelaki dingin di hadapannya itu dengan kesal.
"Terus gue duduk di mana?" Tanya Andrea dengan ekspresi datar. Padahal dalam hati, ia sudah takut setengah mati. Tentu saja. Masa ia harus duduk di bawah lantai? Tidak mungkin kan.
"Emang gue nyuruh lu untuk pergi dari sini?" Balas lelaki tersebut dengan nada yang menyebalkan.
Sial. Batin Andrea.
Andrea pun menghembuskan nafasnya dengan kasar dan kembali duduk di tempatnya setelah lelaki tersebut menduduki bangku di sebelahnya.
"Oh ya, nama gue Andrea Gabrielle." Ujar Andrea memperkenalkan diri seraya menatap lelaki tersebut.
"Hmm." Ujarnya singkat.
Apa-apaan dia? Gue memperkenalkan diri dan dia cuma bergumam begitu?! Gerutu Andrea dalam hatinya.
"Dih kok lo cuma bergumam sih?!" Tanya Andrea kesal seraya menatap sinis lelaki di sampingnya ini. Lelaki tersebut mendiamkan pertanyaan Andrea dan mengernyitkan dahinya.
"Terus gue harus apa?" Tanya lelaki tersebut. Andrea pun menghembuskan nafasnya dengan kesal.
"Perkenalin diri lu lah!" Balas Andrea dengan nada meninggi.
"Gerald. Gerald Nathanael."
***
A/N
Hai readers. Oke part ke 2 gue buat ulang dengan waktu sesingkat mungkin. Karena tadi ada yang komen 'bagian cold nya mana?'. Jadi gue pikir gue kurang menunjukkan sikap Gerald dengan baik. So, gue bikin ulang. Oh ya, Nama Alex gue ganti jadi Gerald.
Kritik dan saran selalu diterima :*Note : Jangan lupa votenya ya :*
KAMU SEDANG MEMBACA
[#1] Cool Girl vs Cold Boy✔
Fiksi RemajaAndreana Gabrielle, murid baru yang selalu mengandalkan sorot matanya yang tajam untuk menutupi sifat aslinya. Di masa SMA-nya ini, Andrea bertemu dengan dua lelaki yang kemudian menjadi teman dekatnya. Siapa sangka? Ternyata ketiganya memiliki masa...