Chapter I

895 47 0
                                    

Aku berjuang untuk mencarimu yang tak bisa ku lihat. Aku berjuang untuk mencarimu yang tak bisa ku dengar.

Keegoisanku yang hanya memikirkan tentang diriku sendiri. Aku yang tak mengerti perasaanmu dan mengabaikannya.

***

Sehun mengayuh sepedanya perlahan. Ia berhenti di sebuah toko bunga yang terletak di pinggir jalan. Membeli sebuket bunga cantik dengan dominasi mawar berwarna merah jambu di dalamnya. Tak lupa ia meminta sang penjual untuk memasangkan pita dengan warna yang senada dengan mawarnya.

"Warna kesukaanmu." Batin Sehun.

***

Sehun masih terlelap dalam tidurnya. Sampai sebuah jemari lentik bermain-main di pipi dan bibirnya. Membuat Sehun sedikit kegelian. Ditariknya jemari itu kedalam genggamannya. Masuk kedalam selimut yang masih menutupi tubuhnya.

"Aishh.." Suara lembut itu sukses membuat Sehun terkekeh dengan mata yang masih terpejam.

"Ayo bangun Sehunnie!" Ucap gadis yang tengah berbaring dibelakang tubuh Sehun itu. Berusaha melepaskan jemarinya yang di genggam oleh Sehun di dalam selimut.

"Andwae! Siapa suruh kau mengganggu tidurku." Ujar Sehun santai tanpa melepaskan genggamannya. Sehun malah mempereratnya. Membuat gadis itu berusaha lebih keras untuk melepaskan genggaman Sehun.

"Kau harus bangun! Bukankah kau ada kuliah pagi hari ini?" Jawab sang gadis yang dengan susah payah bangun dari tempat tidur Sehun. Ia baru saja berhasil melepaskan jemarinya dari tawanan Sehun.

"Siapa peduli?" Jawab Sehun yang makin mempererat selimutnya. Menutupi seluruh tubuhnya.

"Baiklah jika kau tak mau bangun. Aku tak akan mau lagi menemanimu pergi bermain basket!" Ancam sang gadis yang tengah berkacak pinggang di hadapan Sehun.

"Neo, jinjja!.." tanpa banyak bicara lagi Sehun langsung bangun dari tempat tidurnya dan berjalan menuju kamar mandi yang berada di samping kamarnya. Ternyata ancaman dari gadis itu berhasil membuat Sehun tak berkutik.

Sehun memang bukanlah seorang atlet basket, ia hanya gemar bermain basket bersama teman sekampusnya. Tanpa gadis itu, Sehun tak akan bisa pergi bermain basket karena ayahnya melarangnya. Ayahnya benci Sehun bermain basket, membuang waktu katanya. Maka dari itu Sehun selalu mengajak gadis itu sebagai alasan agar ayahnya tak mengetahuinya.

***

"Hyebin-ah, aku lapar." Teriak Sehun dari kamarnya. Ia baru saja selesai ganti baju.

"Kemarilah." sahut gadis yang dipanggil Hyebin itu dari dapur.

"Kau masak apa hari ini?" Tanya Sehun yang langsung duduk di meja makan dan melempar asal tas kuliahnya.

"Sandwhich." Jawab Hyebin tanpa mengalihkan pandangannya dari piring berisi roti isi di tangannya.

"Sandwhich lagi? Apa tak ada menu lain selain sandwich yang bisa kau masak untuk sarapanku? Bahkan anak sd saja bisa membuat ini tanpa bantuan ibunya." Ujar Sehun sebal yang merasa bosan karena hampir setiap hari sarapannya hanyalah roti isi, meski dengan varian yang berbeda-beda.

"Ya, aku memang belajar membuat sandwich ketika aku masih di sekolah dasar saat ibuku sibuk dan tak bisa membuatkanku sarapan." Jawab Hyebin yang kemudian membanting piring berisisi roti isi yang ia buat di atas meja.

"Bahkan kau yang sudah di tingkat perguruan tinggi tahun ke dua saja tidak bisa membuatnya sendiri." Lanjut Hyebin.

"Siapa bilang aku tak bisa membuat sandwich sendiri? Aku bahkan bisa memasak bulgogi saat aku smp." Sehun yang sebal karna ucapan Hyebin tak kalah ketus menjawab.

MIRACLE IN DECEMBERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang