Are We Really Over?

298 14 0
                                    

Mengapa ada sesuatu yang terasa hampa bagiku?
Warna senyuman lembutmu seakan memudar,
Mengeluarkan kata-kata tajam yang menyakiti perasaan
Sehingga menghempaskan dan mengiris hati

.

.

.

.

.

.

Ryo adalah seorang pemuda yang haus akan rasa cinta, ia bahkan rela menduakan seseorang yang begitu mencintainya hanya dengan sebuah tawaran untuk menjalin kisahnya dengan Teppei, laki-laki yang bertemu dengannya di kereta.

Setiap harinya pun Ryo selalu menyempatkan waktunya untuk bertemu dengan Ryo, entah itu melakukan seks atau hanya sekedar berbagi kemesraan. Junpei–kekasih Ryo–bukannya tidak tahu tentang itu. Dia sangat tahu, sejak tiga bulan terakhir ia selalu mengawasi Ryo. Bahkan ia juga tahu dimana biasa mereka bertemu dan menghabiskan waktu bersama.

Layaknya hari ini, Junpei tengah menatap sebuah kafe dimana kekasihnya dengan Teppei sedang menghabiskan waktu bersama. Sakit, tentu saja itu yang dirasakannya. Jauh didalam hatinya seperti ada sesuatu yang semakin lama akan semakin hancur. Junpei hanya bisa menatap jari tengahnya, dimana sebuah cincin bertuliskan nama Ryo tersemat disana. Mereka telah bertunangan, tapi tak satupun menganggap itu sebagai sebuah hubungan yang lebih dari kekasih.

Junpei mengambil ponsel miliknya dan menghubungi Ryo. Terlihat Ryo seperti enggan untuk mengangkat panggilan itu, dan lagi, suara seperti benda pecah terdengar dipendengaran Junpei. Apa lagi itu, jika bukan suara hatinya. Sejujurnya iahanya ingin kejujuran dari Ryo, Junpei bahkan rela jika harus diduakan oleh Ryo. Ia sangat takut membayangkan apa arti hidupnya jika tanpa kehadiran Ryo

.

.

.

.

.

.

Meski aku mencintaimu, kau tak mencintaiku.
Mataku dengan jelas melihat sesuatu yang terlalu menyilaukan
Meski aku ingin memelukmu, aku tak bisa memelukmu
Karena kau pergi jauh dari tanganku

.

.

.

.

.

.

Jam di dinding sudah menunjukkan pukul satu malam, namun sang pemilik apartement masih urung untuk mengistirahatkan tubuh, dan fikirannya. Ia masih sangat menghawatirkan kekasihnya Ryo, meski ia tahu Ryo sedang baik-baik saja. Ia tahu Ryo sedang bersama kekasih barunya itu. “Halo? Ryo apa kau masih lama?” Tanya Junpei melalui sambungan telepon. Ia sangat merindukan kekasihnya itu. Ia ingin memeluknya, mencium, dan melakukan hal-hal lain dengannya.

“Ah,, tidak. Aku akan segera pulang Jun-chan. Salahkan Yuri yang menghalangiku untuk pulang sedari tadi” suara gerutuan terdengar dari seberang sana. Junpei hanya bisa tersenyum menahan rasa sakit ini lagi. Bahkan ia bisa mendengar suara laki-laki lain disana.

“Baiklah. Kau ingin aku jemput?” Jauh dilubuk hati Junpei ia berharap Ryo akan menerima tawarannya. “JANGAN!! Ah maksudku, tidak usah. Ini sudah malam, lebih baik Jun-chan istirahat. Aku akan sampai dalam 20 menit.”

“Baiklah. Aku menunggumu.” Dan panggilan pun terputus. Junpei terus memukulkan dadanya agar bisa meredahkan rasa nyeri yang muncul lagi. Ia sangat tersiska. Sedangkan dilain tempat, Ryo sedang menggunakan kembali pakaiannya yang berserakan. Namun, tangan Teppei menghalanginya dan mengatakan untuk melakukan hal itu sekali lagi. Bukannya Ryo tidak ingin, ia bahkan sangat ingin melakukan itu setiap saat dengan Teppei. Namun, Junpei telah menghubunginya, dia juga sempat berkata akan menunggunya.

Are We Really Over? [Oneshoot] (BoyxBoy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang