Happy Reading & Enjoy All
"Jalanmu yang cantik, kenapa? Masa perempuan jalannya kayak gitu!"
Gadis bernama lengkap Anastasia Maharani itu memutar bola matanya. Dia tak suka diatur dan perempuan di sebelahnya, yang sayangnya berstatus sahabat karib justru sedang mengaturnya karena masalah sepele. Buru-buru dia menegakkan badannya, berjalan dengan anggun, dan menarik sudut bibirnya untuk melengkung ke atas.
"Udah?" Nada kesal sangat kentara, tapi sepertinya perempuan di sebelahnya tak terlalu peduli. Wajahnya tampak cuek lalu dia mengendikkan bahu seolah tak peduli.
"Lo liat jam pas kita berangkat tadi? Kita telat tau dan semua ini gara-gara kelakuan yang lebih milih hibernasi dulu dibandingkan langsung dandan. Awas aja kalo sampe kita telat dan gue kehilangan moment godain pengantin baru itu, gue doain anak-anak magang lo makin urakan!" Sahabat Ana, Veronica Herlambang mengomel.
Gadis itu menengok ke samping dengan mata melotot sebal. "Gak perlu lo doain juga anak magang gue udah urakan. Gak berkompeten." Dengus gadis itu seraya fokus ke depan. Langkahnya dipercepat mengikuti langkah perempuan di sebelahnya.
Mereka sekarang sudah memasuki aula besar di mana resepsi ini diadakan. Mereka berdua mengedarkan pandangan dengan pertanyaan yang sama. Ke mana pengantinnya pergi? Jangan-jangan udah ke kamar?
"Itu!" Ujar Veronica atau yang sering disapa Vero sambil menunjuk ke arah pengantin baru itu berada. "Ayo kesana!" tanpa menunggu lebih lama, Vero langsung menggeret lengan Ana.
Ana hanya memutar bola matanya kesal. Perempuan di sebelahnya sudah membuatnya malu. Ini ruangan yang penuh sesak, bukannya lapangan dimana kita bia lari-larian. Sebelum masuk Vero menasehati agar berjalan dengan cantik, tapi begitu di dalam, gadis itu malah yang membuat Ana tampak aneh dan bodoh karena menggeretnya hingga langkahnya terseok-seok. Dengan perasaan malu, Anastasia memilih menunduk dan baru mendongak ketika sudah sampai tujuan.
"Ya ampun, Sha... Lo cantik banget, serius!" Vero memberi komentar setelah matanya menatap Sasha —sang pengantin wanita— dalam balutan gaun putih yang sederhana namun elegant.
"Yaelah, lebay banget sih, lo!" cibir Sasha sambil mengulum senyum manis. "Eh, tapi kok kalian baru dateng sih? Ah, gak asyik. Padahal, beberapa jam sebelumnya tuh banyak banget cowok-cowok yang ganteng, mapan, dan dijamin single. Cocoklah kalo dijadiin target masa depan."
Mata Vero membulat penuh binar. "Serius, Lo?" Sasha mengangguk mantap yang membuat binar di mata Vero langsung meredup dengan kesal. Matanya menengok ke arah sosok yang menjadi sumber dia telat bertemu dengan laki-laki tampan. "Gara-gara Lo, gue batal ketemu cowok-cowok ganteng!"
Ana yang semula diam hanya menarik sudut bibirnya untuk sedikit tersenyum. Dia tak terlalu memusingkan apa yang Vero katakan. Baginya, apa yang Vero katakan adalah candaan. "Ya kalo batal ketemu tandanya belom jodoh." Sahut Ana sambil melewati Vero yang tampak kesal. Dia melangkah lebih dekat ke arah Sasha. Begitu dekat, dia langsung merentangkan kedua tangannya, minta di peluk. "Happy wedding, my best friend!"
Mereka berpelukan dengan erat. Ini wajar saja. Mereka bertiga adalah sahabat yang sangat dekat. Suka duka mereka lewati bersama.
Sasha melepaskan pelukannya dan menatap mata Ana dengan berkaca-kaca. "Makasih, ya... Oh ya, Lo sendiri kapan nyusul? Gue nih yang ngawalin, terus yang kedua siapa?"
"Ya pasti Guelah, Ana kan belom berminat nikah. Dia lebih sayang sama rumah sakit dari pada membangun rumah tangga!"
Kalimat Vero barusan langsung mengundang gelak tawa. Veronica memang selalu PD terhadap semua hal. Dia tipikal yang selalu ceplas-ceplos dan menyesal di akhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Okay, That's Love
EspiritualCOMPLETED STORY - PRIVATE MODE Menikah? Anastasia Maharani tak terlalu memusingkan soal menikah. Baginya, menikah berada diurutan ke sekian. Prioritas utamanya saat ini adalah menyelamatkan nyawa seseorang. Meski sudah sering mendapatkan undangan pe...