Awal September 2013
Hari itu akan segera datang kembali. Kembali menyapaku dengan suasana berbeda. Tahun ini dia datang tanpa di dampingi hujan barang setetespun. Syukurlah... Setidaknya kepedihan itu tidak terlalu menyakitkan jika tidak dibarengi fenomena alam yang satu itu.
September 2013
Dan disinilah aku berdiri sekarang. Disebuah tempat yang tak asing lagi untuk memory masa lalu ku. Rasanya ada sesuatu yang mendorongku untuk datang ke sini.
Nyaman, tenang, damai, hhmm... Inilah tempat favorit kita dulu. Dulu beberapa tahun yang lalu. Ku pejamkan mata ini, mencoba mengingat semua kenangan yang telah di lewati bersamanya. Terasa sesak ketika ingatan itu menunjukkan sebuah kenangan di awal september 2012. Segera ku tarik oksigen sebanyak-banyaknya untuk mengisi ruang kosong di paru-paruku. Tetap sama. Terasa sesak.
Awal September 2012
Rintik-rintik butiran air bening jatuh membasahi pakaian yang sedang aku kenakan. Ku dongakan kepala menatap langit. Warnanya sudah mulai berubah. Namun, kakiku enggan melangkah meninggalkan tempat dimana aku berdiri sekarang. Aku sangat suka hujan. Aku tak mau melewatkannya barang sedetikpun. Aku juga sangat suka ketika hujan berbondong-bondong membasahi seluruh pakaianku.
Seperti yang aku katakan tadi. Aku sangat suka ketika hujan membasahi pakaianku. Dan itulah yang aku lakukan sekarang. Tak perlu waktu lama, beberapa menit kemudian aku sudah basah kuyup.
Ku putuskan untuk menyudahi semuanya. Sayup-sayup telingaku menangkap suara dua orang sedang tertawa. Ada yang menarik perhatianku. Sepertinya telingaku mengenali salah satu suara dari mereka.
Rasa penasaranku mulai tumbuh. Kaki ku rupanya berinisiatif. Dia refleks melangkah mendekati sumber suara. Pemandangan yang ku temui saat itu benar-benar 'menjijikkan'. Dimana dua orang anak adam barlainan jenis, saling berdekatan dan melekat satu sama lain tanpa ada ikatan apapun.
Tanpa aku sadari cairan itu keluar, ikut berlomba-lomba membasahi pipi. Aku menangis di tengah-tengah hujan. Syukurlah.. Setidaknya, tidak akan ada yang tahu jika aku menangis.
Coba tebak siapa yang ada disana? Yah. Dia. Lelaki itu masih berstatus pacarku!
^^9
Sesampainya di rumah. Tangisku benar-benar pecah. Aku terus menerus merutuki kejadian tadi. Rasa sakit, kecewa, marah, semuanya menjadi satu. Ingin rasanya melampiaskan semua rasa ini. Melampiaskan semuanya, hingga tak ada beban sekecil apapun yang ku tanggung.
^^9
Setelah selesai membersihkan diri. Aku bergegas duduk di layar komputer. Menuliskan apa yang sedang aku rasakan di salah satu blog yang aku miliki.
Dengan lihainya, tanganku terus memijit-mijit tombol keyboard. Mencurahkan semua yang ku rasakan.
-CoklatCream~C.A
Pernah terlintas dalam benakku, seandainya sayap itu tumbuh. Dia dapat membawaku pergi jauh pada kenyataan pahit. Saya rasa, saya menjadi lebih leluasa lari. Pada setiap kenyataan yang tidak saya kehendaki. Saya akan lebih leluasa pergi meninggalkan orang yang telah menyakitiku, tanpa harus menunggu air mata ini jatuh.
Seandainya awan mampu menyembunyikanku, saya akan bersembunyi untuk menyembunyikan butiran yang jatuh membasahi pipi ini.
Seandainya sayap itu benar-benar tumbuh, saya akan memintanya membawa raga yang rapuh ini menjauh darinya. Tak kan ku biarkan dia terus-menerus menyayat hatiku, menggoreskan luka pada setiap kesempatan yang dia punya.
Ketika awan tak mampu menyembunyikannya, saya akan berdiri di tengah derasnya hujan. Menangisi semua yang ingin ku tangisi tanpa memberitahu orang lain.
Mungkin saya terlalu pengecut ketika harus terlihat rapuh di depan matanya.
Ketika hati sudah tak mampu berjalan bersamaan seperti khalayaknya dulu. Ketika tutur kata tak mampu mengobati semuanya. Ketika sebuah perhatian tak mampu meluluhkannya. Saya rasa, saya tau jawaban dari semua itu.
Mungkin inilah saatnya dimana saya harus diam, tak berkata sepatah pun. Dan tak berusaha membantah apapun. Mungkin inilah saatnya dimana saya harus diam, membiarkannya dengan segala keinginan yang dia inginkan. Dan membiarkannya dengan segala keegoisan yang dia miliki. Mungkin inilah saatnya dimana saya harus diam, melihat perbuatan yang dia lakukan. Mungkin inilah puncaknya, dimana saya harus menyerah dengan semuanya. Menyerahkan segalanya tanpa mencoba membantah waktu. Saya tak pernah menyesali semua butiran yang jatuh karenanya. Saya tak pernah menyesali ketika rasa sakit itu terus bersemayam dan enggan pergi dari hatiku. Saya tak pernah menyesali ketika harus kehilangan senyum ceria karenanya. Inilah saatnya dimana saya harus melambaikan keduatangan dan berkata "Menyerah". Saya yakin inilah puncaknya. Dimana saya merasakan lelah yang sangat ketika butiran itu terus jatuh membasahi pipi. Inilah puncaknya, dimana saya merasa terlalu membuang waktu untuk mempertahankannya. ~C.A
Tbc.
Hai readers. Jadi flashback nih. Ini projek lama sebenernya. Tugas menulis B. Indonesia pas zaman putih abu-abu. Ngeliatnya jadi pengen di publish.
Absurd banget emang, aku juha tahu. Maafkan. Pengennya si lanjut. Tapi gimana nanti aja ya.
Author satu ini terlalu banyak hutang. Liat aja banyak ceritanya yang masih gantung. Wk
Peluk dan ciun untuk readers tercinta - CoklatCream