Part 1 - completed-

5.1K 328 44
                                    

Tiga orang anak lelaki berusia sekitar tujuh atau delapan tahun mengerubungi seorang anak laki-laki berambut pirang dengan mata biru yang menundukkan kepala sambil mengeratkan genggaman pada ujung t-shirt putih yang dipakainya. Mata anak laki-laki itu berkaca-kaca, seolah siap meneteskna liquid bening kapanpun bila anak laki-laki itu tak menggigit bibir.

"Hey anak haram ! Seharusnya anak haram tidak tinggal di tempat ini !" Bentak seorang anak laki-laki berambut jingga sambil merengut kerah t-shirt anak laki-laki berambut pirang itu.

"Aku bukan anak haram !" Ucap anak laki-laki berambut pirang itu dengan suara meninggi. Ia lelah dengan sebutan anak haram yang ditujukan pada diri nya. Ia yakin bila ibu nya adalah wanita baik-baik dan tidak mungkin memiliki anak diluar nikah.

"Buktinya kami tak pernah melihat ayah mu, Uzumaki Naruto."Anak laki-laki itu dengan sengaja menekankan nama kata 'Uzumaki'.

Naruto menundukkan kepala. Ia merasa benar-benar kesal dan marah. Tangis nya akan meledak sebentar lagi.

"Ayah ku bekerja di luar negeri. Aku-" Naruto terdiam sejenak, berusaha memikirkan jawaban yang tepat. "Aku baru saja bertemu dengan nya saat ulang tahun ku bulan kemarin !"

Naruto setengah berteriak dan ketiga anak laki-laki itu tertawa. Salah satu anak laki-laki bertubuh paling besar dengan wajah menyeramkan mendorong tubuh Naruto hingga terjatuh di tanah dan menginjak telapak tangan nya.

"Dasar bodoh ! Kau pikir kami bisa kau tipu dengan mudah ? Bagaimana mungkin ayah mu kembali ke Jepang dan pulang kembali ke Amerika dalam waktu singkat ?"

"Uugh !"

Ketiga anak laki-laki itu bersiap memukul Naruto seperti biasanya. Air mata telah menetes membasahi pipi Naruto. Tangan nya mulai terasa nyeri akibat injakan salah satu anak laki-laki itu dengan kedua anak laki-laki lain yang menahan tubuh nya.

Tangan salah satu anak laki-laki itu melayang di udara dan selanjutnya terpelanting ke belakang. Seorang anak laki-laki bersurai raven menendang perut anak lelaki yang kini terjungkal ke belakang.

"S-sasuke..."

"Hentikan atau akan kubuat kau seperti dia." Anak laki-laki bersurai raven itu menatap dengan sinis serta menunjuk anak laki-laki yang terbaring di tanah.

"T-tidak... M-maafkan kami..."

"Tidak. Ucapkan maaf pada Naruto."

Seorang anak lelaki berambut jingga berdecih dan terdiam ketika Sasuke menatap nya dengan sangat tajam. Dengan terpaksa ia menundukkan kepala.

"M-maafkan kami, Naruto."

Kedua anak lelaki itu menghampiri teman mereka yang terbaring di tanah dan membantunya untuk berdiri. Mereka menatap Sasuke dengan ekspresi wajah penuh kekesalan dan segera meninggalkan Sasuke.

Sasuke mengulurkan tangan nya pada Naruto yang terbaring di lantai dan Naruto menerima uluran tangan nya.

"Uh.. terima kasih karena telah menolongku, teme." Naruto menoleh ke samping tanpa berniat menatap wajah Sasuke.

"Tch.. kau lemah dan menyusahkan, dobe."

Naruto mengusap air mata di wajah nya dengan telapak tangan kanan nya. Telapak tangan kiri nya terasa mati rasa dan berdenyut nyeri ketika disentuh setelah diinjak oleh Juugo,anak lelaki bertubuh paling besar.

"Itu karena lawanku tiga orang, teme."

"Mereka pergi ketika aku datang."

"Itu karena kau berasal dari keluarga konglomerat dan mereka tak ingin berurusan denganmu, teme. Lagipula kau memang menakutkan." Balas Naruto dengan nada suara berapi-api.

Wishing You Were HereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang