A

2.7K 101 21
                                    

SATU
A Failed Beginning

(-)

Namanya Aga. Hanya tiga huruf itu tanpa embel-embel marga atau nama panjang. Terlalu sederhana untuk nama seorang remaja, juga kelewat ganjil untuk kalangan ningrat yang memiliki marga sepanjang gerbong kereta api. Bisa dibilang unik, bisa dibilang aneh.

Ia bukan seorang tokoh novel yang menjabat sebagai Ketua OSIS, atau cogan angkatan yang tenar karena wajah klasiknya. Tidak. Aga tidak pernah dianggap 'ada' oleh orang-orang di sekelilingnya. Pintar pun tidak terlalu. Kulit sawo matangnya menjadi suatu alasan jika ia tidak didekati banyak cewek pada umumnya. Gayanya klasik, seperti penikmat musik jazz tahun 80-an.

Katro, begitulah para penghuni X-IPA 2 memanggilnya. Bukan untuk bahan lawakan atau ejekan, hanya panggilan akrab bagi sebagian anak-anak cowok.

Kehidupan cowok bertubuh jangkung itu juga tidak terlalu sempurna; tidak seperti remaja lainnya. Aga terlalu lama dikekang dalam rumah, sehingga tidak memiliki banyak waktu untuk hangout atau sekadar bermain futsal bersama teman-teman seusianya.

Peraturan Ayah, yang sampai kapanpun tidak boleh dilanggar.

Nilai-nilai ulangan yang sama sekali tidak menunjukkan kesempurnaan selalu menghiasi rapotnya. Bukannya tidak bisa, ia hanya malas belajar, dan berujung pada tradisi open book. Berhubung letak tempat duduknya yang strategis; di pojok kanan paling belakang.

Itu juga merupakan satu alasan jika ia senang menyendiri. Menarik dirinya dari keramaian anak-anak cowok yang selalu bergosip tentang cewek cantik Arthajaya, atau game online keluaran terbaru. Aga sama sekali tidak menaruh minat untuk bergabung bersama mereka, kecuali ada tugas-tugas kelompok yang 'memaksanya' untuk bergabung.

Dengan cowok saja tidak akrab, apalagi cewek di kelasnya.

Aga tidak pernah berharap untuk cepat mendapat pacar dalam usia belia seperti saat ini. Dirinya terlalu asing dengan sesuatu yang berbau percintaan. Menurutnya, itu sama saja menceburkan diri ke dalam palung tanpa ujung. Tersesat. Itulah kata pertama yang muncul dalam benaknya ketika mendengar kata cinta.

Entah buta, dibutakan, atau berlagak buta, cowok itu terlalu polos. Terlalu polos dalam segala hal.

::::

Pagi ini, gedung sekolah kembali dipenuhi derap langkah ribuan murid yang menghambur ke arah lapangan, tidak ingin telat mengikuti upacara rutin yang dilaksanakan setiap hari Senin.

Bagi para cowok, upacara adalah satu tradisi sekolah yang lumayan menguntungkan. Memperhatikan Paskibra berseragam putih-hitam setidaknya mencuci mata mereka selama 30 menit di hari yang menjenuhkan.

Juga derap langkah seorang cewek yabg mengiringi bisingnya lapangan saat ini. Rok abu-abunya terangkat sampai atas mata kaki, kaos kaki pendek, rambut yang ditata tidak beraturan, dan gaya sembrono. Khasnya.

Semua orang mengenalnya, dari jempol kaki hingga helai rambut teratas.

Adik kelas yang namanya sudah sering keluar-masuk telinga senior Arthajaya itu, Aurel namanya. Yang dikenal gencar memancing kontroversi antar angkatan, menantang kakak kelas dengan gaya sok classy kebanggannya.

Hampir setiap jam, situs Ask.fm milkinya ramai dikunjungi senior-senior yang gemas ingin mencekiknya hidup-hidup. Ejekan, sindiran, bahkan teguran keras sudah sering diajukan untuknya. Dan jawabannya tetap, "makasih, udah peduli."

AlphabetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang