Part 3.1 : Between Two Districts

137 9 3
                                    

No Name
07 November 2133 01:12:33 PM
New York City

"Jadi, dari mana kau berasal?" Tanyaku saat sudah lama kami berdua terdiam tanpa kata.
Dia terlihat menggembungkan pipinya dan menaruh kedua tangannya ke pinggang. Ekh... apa aku salah bicara ya?
"Tidak sopan menanyakan asal orang sebelum mengenalkan dirinya sendiri" lanjutnya dengan ekspres cemberut kepadaku.
Jadi hanya itu penyebabnya....
"Oke, maaf. Aku berasal dari Denver, aku datang ke sini karna aku dengar ada kecelakaan yang menimpa kota Denver" kataku dengan berbohong.
"Jadi kakak orang denver ya? Aku tidak tahu mereka diletakan di distrik mana, tapi yang aku tahu mereka semua sudah diamankan. Memang keluarga kakak ada di sana ya?" Kata gadis itu yang diakhiri dengan pertanyaan.
"Bukan keluarga kandung, hanya orang yang telah mengasuhku selama ini. Aku ingin tahu apakah mereka selamat atau tidak, itu saja" jawabku yang lagi lagi berbohong padanya.
"Begitu ya... memang orang tua kakak..." dia tiba tiba saja berhenti. Seakan takut untuk melanjutkan kalimatnya.
"Mereka meninggal dunia saat aku lahir" jawabku. Kali ini aku berkata jujur.
"Ma-maaf telah menanyakan hal itu" katanya yang merasa tidak enak padaku.
Aku hanya membalasnya dengan senyuman manis padanya.
"Tenang saja, itu tidak akan jadi masalah untukku" kataku saat aku tersenyum padanya.
"Oh ya, pertanyaanku belum dijawab tadi" kataku yang tiba tiba ingat.
"Oh iya.... aku berasal dari distrik S-class. Kalau tidak salah ada di dekat sini gerbang utamanya" kata gadis itu sambil melihat kiri dan kanan seperti mencari sesuatu.
D-class? Aku kira hanya ada 6 kasta di sini. Berarti, dia adalah anak orang penting. Ekh...
"Apa tadi katamu?" Kataku yang baru menyadari sesuatu sambil memegang kedua pundaknya.
"A-aku berasal dari distrik S-class... ke-kenapa kakak jadi kelihatan menakutkan.... dan juga to-tolong lepaskan.... ini sakit kak..." kata gadis itu sambil menahan rasa sakitanya. Aku dengan cepat melepas genggaman tanganku.
"A-apa yang kau lakukan di sini? Bukankah kau orang penting?" kataku.
""A-aku hanya ingin jalan jalan saja.... aku ingin melihat sisi lain dari kota ini.... kan aku sudah bilang tadi. Tapi aku tidak sepenting itu kok" jawabnya dengan polos.
"Ya ampun... aku tidak mengerti apa yang kau pikirkan" kataku sambil menepuk dahiku cukup keras. "Tapi bagaimana caranya kau bisa keluar? Seharusnya kan disana cukup banyak penjagaan?" Kataku yang baru saja ingat akan hal itu.
"I-itu.... rahasia... hihihihi...." katanya sambil tertawa riang.
"Huh... kalau begini, bisa bisa aku di sangka menculikmu" kataku sambil sedikit mendesah.
"jangan khawatir, aku sudah sering seperti ini.
"whoa... kita sampai" teriaknya secara tiba tiba.
aku tidak menyadari hal itu dan langsung menengok ke depan. hal pertama yang aku lihat adalah tembok besar yang menghalangi pemandanganku. kalau di lihat lihat, tembok itu sangat tinggi. bahkan setinggi gedung pencakar langit.
apa orang orang di distrik ini sangat berbahaya sehingga mereka membuat tembok setinggi ini? kurasa itu mungkin. aku bisa lihat mereka benar benar berbahaya. ditambah di sana terdapat beberapa orang berbaju lengkap.
tapi, yang aku pikirkan sekarang adalah apa yang akan terjadi jika aku kesana? apa aku akan ditangkap? mungkinkah mereka akan mengetahui identitasku? apakah aku akan ditembak mati di tempat? ya ampun.... aku benar benar ketakutan.
"kebnapa kak?" tanya dengan tiba tiba.
tanpa sadar aku sudah berkeringat dingin dimana mana. aku langsung mengusap dahiku dan menjawab "bukan apa apa". tapi sebenarnya itu adalah kebohongan besar untukku.
"tenang saja kak, tidak akan ada masalah. mereka semua tidak berani padaku" katanya sambil tersenyum padaku. bukankah itu menandakan seberapa pentingnya dirimu dan akan sangat berbahaya jika berjalan bersama dengan orang asing sepertiku.
"aku hanya akan mengantarmu sampai depan saja" kataku.
"tidak boleh, aku akan membayar yang tadi, jadi kau harus ikut kedalam" katanya sambil memegang tanganku dan menyeretku ke gerbang yang berada 500 meter dariku.
bagus.... sekarang aku pasti tidak akan selamat.
aku hanya bisa pasrah dan menuruti orang yang menuntunku ini. walau rasa takut sudah mengalir deras di tubuhku. bahkan aku bisa merasakan banyak tetesan keringat mengalir. tenang kawan... tenang... pikrlah hal baik datang di saat seperti ini, seperti 'oh ya silakan masuk' atau 'maaf, orang luar tidak boleh masuk. jadi tinggalkan tempat ini'. tapi, pilihan kedua lebih baik.
saat aku berada di depan gerbangnya, para penjaga langsungmenatapku dengan sinis. aura kemarahan mereka menyebar dan merasuki tubuhku perlahan lahan. itu membuatku merinding dengan seketika. semoga tidak terjadi apa apa... semoga tidak terjadi apa apa... semoga tidak terjadi apa apa....
saat aku-tidak kami berada tepat di depan gerbang, orang ynag menjaga pintu langsung memberikan hormat pada kami. bukana hanya orang yang di depan gerbang, tapi yang sedang mondar mandir di sekitar gerbang juga langsung menunduk.
ekhh... apa mereka tidak mencurigaiku? akukan orang asing. kenapa mereka tidak mencurigaiku sedikitpun? apa memang peraturannya begitu? kemudian kami akhirnya masuk ke dalam tanpa ada masalah sedikitpun.
"sudah aku bilang bukan? mereka tidak berani padaku" katanya sambil menunjukan senyuman bangga akan dirinya yang benar.\
aku hanya bisa berkata "i-iya... benar...." sambil tersenyum masam ke arahnya.
hal yang aku rasakan saat aku masuk kedalam, hal pertama yang aku dapat adalah udara disini sangat segar. bahkan aku merasa seperti berada di rumahku di masa lalu. bagaikan masih banyak pohon di sini.
memang semuanya terlihat hamparan rumput yang sangat luas dan pohon pohon yang sangat indah. tapi aku tahu, semuanya itu hanyalah buatan. hanya dua tempat yang memungkinkan melihat tumbuhan sungguhan, pertama di departemen pertanian yang memproduksi jenis sayur mayur dan buah buahan dan yang kedua, yang pasti di luar tempat ini.
di tempat ini juga aku jarang melihat bangunan bangunan. jika ada pun itu hanya ada satu dan sangat megah dan dipagari di kesekelilingnya. banyak patung patung dan juga air mancur. kemudian airnya masih bersih jernih mengalir bagaikan sungai asli.
aku belum pernah melihat kota seindah ini di denver. tapi, benar benar, aku tak menyangka ada pemandangan seperti ini di kota terbang. apakah kota yang lain juga berbeda? apakah mereka juga ada yang menciptakan tempat seperti ini? entahlah, tapi aku hanya bisa menikmatinya sekarang.

#catatan
agak susah juga yang menulis di handphone yang layarnya hanya 4 inci. sayangnya aku sudah agak jauh dengan komputer dan sekali memegang komputer aku keasikan main dan lupa harus meng update. biarlah, aku hanya bisa minta maaf atas keterlambatan ini. aku akan berusaha mencari cara lain untuk membuat cerita ini tetap berlanjut tanpa harus menggunakan komputer ataupun laptop yang tidak bisa aku beli.
terimakasih selama ini dan selamat menikmati.

Future of the Wars : MissingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang