Bulan telah tergantikan oleh matahari. Kini sinar sang mentari telah terpancar dari ufuk timur. Mengusir kegelapan dengan cahaya yang amat menyilaukan. Kicauan burung nan merdu telah mewarnai pagi yang cerah di kota seoul. Namun, pagi secerah ini tak bersahabat dengan namja berkulit putih pucat yang sedang di landa kesedihan tersebut.
Sehun, kim sehun ia seorang anak malang yang di buang oleh orang tuanya yang tak bertanggung jawab sewaktu ia masih bayi di tempat pembuangan sampah. Para tetangga sehun menyebut sehun dengan anak haram karena sehun tak mengetahui asal – usul orang tuanya dan penyebab kemungkinan besar jika anak dibuang pasti penyebabnya ibunya hamil diluar nikah jadi dengan tega ia membuang anaknya untuk menyembunyikan aibnya. Sungguh anak yang sangat malang. Itulah yang selalu ia dengar dari tetangga yang sedang menggosip. namun tuhan tak membiarkan hal tersebut, sehun telah beruntung di temukan oleh keluarga kecil yang sangat menyayanginya.
Dan sangat baik telah membesarkan sehun sampai berusia 17 tahun dengan kasih sayang dan kehangatan dari orang tua dan kedua saudaranya kim luhan dan kim jongin. Mereka sangat menyayangi sehun layaknya adik kandungnya sendiri. Namun, kebahagiaan itu tak berlangsung lama setelah kematian appanya karena kecelakaan yang menimpa dirinya dan tuan kim.
Flashback On.
Pagi itu sebuah keluarga kim telah berkumpul di meja makan. Nyonya kim tampak sibuk menyiapkan sarapan pagi untuk suaminya dan ketiga putranya. Sedangkan Tuan kim membaca Koran harian sambil sesekali menyesap kopi hangatnya. Luhan, jongin dan sehun duduk manis seraya memperhatikan nyonya kim yang bolak balik dari dapur ke meja makan untuk menghidangkan masakannya.
" appa, nanti kita bila komik naruto lagi ya? " Seru Sehun dengan nada manja. Tuan kim tetap focus dengan Koran yang di bacanya.
" komik naruto Sehun kan sudah banyak. Kemarin lusa sehun juga sudah beli komik yang baru. Jadi bacalah dulu komik yang baru di beli kemarin lusa, nanti kalau sudah selesei bacanya kita beli lagi yang baru. " sahut tuan kim lembut. Luhan dan Jongin mengangguk menyetujui ucapan appanya.
" iya. Masa hampir setiap hari kamu beli komik. Bahkan uang jajan kami berkurang gara - gara buat beli komikmu. " dengus jongin sebal.
" tapikan komik yang baru aku beli itu sudah aku baca sampai selesei. Appa jebal!!! kita beli komix yang baru lagi ya? " Sehun tetap merengek. Luhan dan Jongin hanya mendengus kesal melihat sifat dongsaengnya yang kelewat manja dengan appanya.
" Sehun..."
" ayolah appa.. jebal belikan lagi ya." Potong sehun cepat. Ia tak ingin mendengar pengelakan dari appanya. Tuan kim hanya menghela nafas panjangnya jika anak bungsunya sudah meluarkan aegyo andalannya, beliau tak bisa menolaknya lagi.
" baiklah." Balas tuan kim. Sehun bersorak gembira lantas berlari memeluk tuan kim.
" gomawo appa!!! "
" appa!!! kenapa appa menuruti keinginan sehun? eoh? " protes jongin sambil melipat kedua tangannya di depan dada dan memasang wajah kesalnya.
" sudahlah.. kita sarapan dulu. Kalian nanti akan terlembat sekolah dan appa harus bekerja." Seru nyonya kim melerai perdebatan kecil di pagi itu.
****
Bel terakhir berbunyi bertanda pelajaran telah usai dan saatnya para murid untuk pulang. Mereka terburu - buru berhamburan keluar kelas untuk pulang tak terkecuali dengan sehun. Ia segera membereskan buku dan alat tulis yang berserakan di atas meja kemudian memasukkannya ke dalam tas ransel hitamnya.
Sehun mengayunkan kaki mungilnya keluar kelas, menghampiri appanya yang sudah menunggu di depan pintu gerbang. Ia tak sabar segera membeli koleksi komix naruto terbaru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Day With Sehunnie
General FictionChapter 1 Bulan telah tergantikan oleh matahari. Kini sinar sang mentari telah terpancar dari ufuk timur. Mengusir kegelapan dengan cahaya yang amat menyilaukan. Kicauan burung nan merdu telah mewarnai pagi yang cerah di kota seoul. Namun, pagi sece...