Prolog

31.3K 704 12
                                    

Shubuh shubuh shubuh suara yang gaduh itu membangunkanku dari tidurku yang baru aku rasakan mata ini baru menutup. Suara Mama yang menggelegar dari ruang tv membangunkanku. Aku buka mata ku secara perlahan dan duduk di pinggir kasur ku untuk mengumpulkan nyawa. Setelah aku rasa telah tersadar aku beranjak dari kasurku yang beralaskan motif winnie the pooh. Aku ambil wudhu segera dan memakai mukena, sebelum Mama masuk kekamar dan memberikan taushiyah pagi.

"Nurul,, sarapan dulu nak kebawah" panggil Mama dari ruang makan

"iya Ma, bentar lagi turun" sambil berjalan menuju tangga

Sarapan pagi ini Mama membuatkan nasi goreng kesukaanku, di meja sudah ada Papa, Mas Teguh dan Bang Arif. Hari ini sabtu, sehingga sarapan pagi ini bisa komplit. Karena Mas Teguh, lagi gak ada jadwal ngajar. Mas Teguh bekerja sebagai dosen disalah satu kampus negeri di Jakarta, sedangkan bang Arif mahasiswa akhir yang lagi sibuk nyusun skripsinya. Papa seperti biasanya weekend selalu memberikan waktunya dirumah, dan Mama adalah ibu rumah tangga yang seutuhnya sempurna, dan ibu yang selalu mengutamakan waktunya untuk anak-anaknya.

"Dek, semua barang kamu udah kamu packingkan?" tanya Mas Teguh kepadaku

"Udah Mas, nanti tinggal di turuni aja lagi" jawabku sambil mengabiskan sarapan pagiku

"Tadi orang sana udah Papa telepon, dan udah Papa katakan nanti bada' zhuhur kita kesana"

"Ok pa, oh ya Mas Teguh dan bang Arif ikutkan?"

"ikut dong dek" jawab mereka kompak, tanpa diberi aba-aba

Seketika suasana dirumah ini menjadi hangat dengan tawa, tetapi ada yang lagi sedang menunduk, dengan wajah yang sendu, dan menahan air matanya agar tak jatuh. Seketika itu semua kompak melirik kearah yang sama.

"Mama, kok sedih gitu, jangan sedih dong Ma" rengekku manja kepada Mama yang kini wajahnya sedang sendu

"Sih bungsu Mamakan, gak pergi jauh Ma," kata Bang Arif, sambil mengelus kepalaku

"Iya nih Mama, wajahnya sendu banget kayak mau ditinggal keluar negeri sama anaknya" sahut Papa sambil mendekap ke Mama

"Iya sedih ja Pa, dirumah ini bakalan sepi, gak ada yang merengek seperti balita untuk minta di masakin, atau di temani" jawab Mama dengan nada sedih

"Ah Mama, jangan ngomong gitu dong, akunyakan sedih nanti malah gak fokus disana" jawabku sambil memeluk Mama

Aku, diterima di ITB, diriku sangat senang karena merupakan impianku sejak dulu, karena Mas Teguh lulusan sana juga dan Bang Arif juga sebentar lagi akan lulus dari sana. Mas Teguh merupakan lulusan teknik elektro dan Bang Arif mengambil teknik mesin. Dan aku Alhamdullah di terima di teknik elektro. Jurusan yang aku ambil didominani dengan anak laki-laki jarang perempuan mengambil juruusan ini. Entah mengapa aku mengambil jurusan ini, menurutku keren ja cewek mengambil jurusan ini. Dan Mas Teguh juga merupakan lulusan sana dengan IPK terbaik dan mendapatkan beasiswa S2 diseluruh Universitas Negeri yang ada di Indonesia, dan Mas Teguh mengmbil UGM untuk melanjutkan pendidikannya sehingga dia lulus dan sekarang menjadi dosen di jakarta. Sedangkan Bang Arif juga mendapatkan beasiswa S2 namun Bang Arif belum memutuskan bakal lanjut dimana. Aku dan Bang Arif terpaut 3 tahun dan Bang Arif terpaut pula 3 tahun dengan Mas Teguh dan otomatis aku terpaut 6 tahun dengan Mas Teguh.

"Cepetan dek turun Papa udah nunggu ni," teriak Bang Arif dari mushola yang terdapat dihalaman belakang rumah

"Iya Bang, sabar dikit kenapa sih" jawabku sambil memakai mukena

"Iya, kamu kebiasaan ribet dan lama kalau mau shalat jamaah"

"Ihh,, Mas kok ikut-ikutan ngomelin aku sih,!" jawabku cemberut sambil membentangkan sajadah

"udah," kata Papa. Kalau ribut terus kapan mau qomatnya Mas?" timpal Papa

Aku langsung memeletkan lidahku dan senyum penuh kepuasaan karena Mas Teguh diomelin Papa. Dan Mas Teguh segera meluruskan shafnya dan qomat dengan suara merdunya.

.....................................

Selesai makan siang, aku langsung buru-buru menurunkan barang-barangku yang dibantu 2 jagoanku, bersyukur memilki saudara yang begitu care dan sayang kepadaku dengan cara yang berbeda-beda mengungkapkan sayangnya kepadaku.

"Busettt Dek, loe bawa apaan? Berat banget ini koper?" tanya Bang Arif kepadaku sambil mengangkat koperku turun kebawah

"Bawa granat Bang," jawabku sambil ketawa. iya pakaianlah Bang," jawabku penuh manja

"Pintu udah dikunci Ma?" tanya Papa pada Mama

"Udah Pa" jawab Mama

"Bismillah, ayo berdoa dulu ya para malaikat Papa"

Begitulah Papa selalu mengingatkan anak-anaknya yang mulai dewasa untuk selalu berdoa dalam melakukan apapun. Papa melajukan mobil CRVnya, dengan kecepatan standar, karena emang perjalanan ini lagi gak buru". Ternyata udah sampai ketempat tujuan, ternyata aku terlelap tidur di samping Mas Teguh dan Bang Arif, mereka membangunkanku dengan penuh kasih sayang. Aku benarkan jilbabku yang sedikit berantakan, dan segera turun mengikuti langkah kaki saudara-saudaraku.

"Dek, bakalan tinggal disini Mas?" tanyaku sambil menaiki salah satu alisku

"Iya Dek, rumahnya bagus dan besarkan" jawab Mas Teguh sambil merangkul diriku

"Aslammu'alaikum," teriak Mama sambil mengetuk pintu rumah.


TO BE CONTINUED




Menjemput Calon ImamkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang