Aku pergi bukan berarti tak setia
Aku pergi demi untuk cita-cita
Maaf bila mungkin kita harus terpisah
Relakanlah mungkin ini sudah takdirnyaKu tak ingin ada benci
Ku tak ingin ada caci
Yang ku ingin kita selalu baik-baik sajaKenangan kita takkan ku lupa
Ketika kita masih bersama
Kita pernah menangis, kita pernah tertawa
Pernah bahagia bersamaSemua akan selalu ku ingat
Semua akan selalu membekas
Kita pernah bersatu dalam satu cinta
Dan kini kita harus terpisah
Aku pergi ..Aku pergi ..
Aku pergi ..Ku tak ingin ada benci
Ku tak ingin ada caci
Yang ku ingin kita selalu baik-baik sajaKenangan kita takkan ku lupa
Ketika kita masih bersama
Kita pernah menangis
Kita pernah tertawa
Pernah bahagia bersamaSemua akan selalu ku ingat
Semua akan selalu membekas
Kita pernah bersatu dalam satu cinta
Dan kini kita harus terpisah
Aku pergi ..****
Syahnaz Pov
Berulang kali aku menetralkan detak jantungku, melihatnya berdiri di hadapanku membuatku ingin tersenyum dan memeluknya erat. Tapi tidak, aku harus tenang dan tidak menunjukkan ke galauanku padanya. Aku adalah wanita yang tegar, tapi aku bukan wanita yang cepat menyerah. Apalagi soal cinta. Biar bagaimanapun dia mencampakkan aku, aku tidak akan menyerah. Lenno, kau akan menjadi milikku cepat atau lambat
"Anaz..." panggil sahabatku. Aku menoleh kearah sumber suara
"Veni? Kau kenapa ada disini?" tanyaku heran pada sahabat kecilku ini. Setahuku dia tidak kuliah di universitas kedokteran. Dia adalah calon arsitek.
"Aku lewat dan mampir kesini. Beruntung aku melihatmu disini tanpa harus mencarimu keseluruh Fakultas ini"
"Sebaiknya kita ngobrol di caffe depan saja. Biar santai" ajakku pada Veni
"Sure. Ayo! Ohya bagaimana hubunganmu dengan Lenno? Kau berjanji akan bercerita bukan?" tanyanya sembari berjalan beriringan denganku menuju caffe yang terletak di depan kampusku. Aku mendesah pelan mendengarnya menyebut nama Lenno, laki - laki yang sangat aku cintai, namun laki - laki yang telah mencampakkan aku begitu saja.
"Buruk! Kami memang bukan jodoh" ujarku getir menahan sesak di dadaku mengingat permintaan putus darinya. Veni merangkul tubuhku menyalurkan kekuatannya
"Sabarlah. Cinta butuh perjuangan" aku hanya tersenyum mengejek dengan pernyataannya. Perjuangan? Hello! Selama ini emang aku gak berjuang gitu?
"Pesan apa?" tanya Veni saat kami sudah duduk cantik di sofa empuk caffe ini.
"Ice chocolate aja deh. Sesuatu yang segar dan manis bisa menyejukkan hatiku dan membuat hidupku yang pahit sedikit manis" ujarku asal Veni hanya geleng - geleng kepala.
Aku menatap kearah luar jendela, jalan raya yang begitu padat dan ramai di siang hari begini. Mungkin sedang pada keluar mencari makan siang. Teriknya mentari tak membuat orang - orang malas berpergian.
"Jadi?"
"Jadi apa?" tanyaku heran
"Kau tak mau berbagi cerita?"
Aku mendesah lagi dan merapikan posisi dudukku agar sedikit nyaman, "Dia meminta putus dariku" ujarku pelan
"Alasannya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA KEDUA (Second Love)
Romance__Sherina Adiba Pratiwi__ Aku mencintai suammiku, tapi aku juga mencintai keluarganya. aku ingin dia dan keluarganya bahagia. aku tidak ingin egois. aku yang gagal menjadi istri sempurna untuknya mengikhlaskannya menikah kembali. demi mendapatkan ke...