CHAPTER 1

370 10 0
                                    


RANI POV

Saat itu aku sedang duduk di sisi lapangan basket bersama putri. Kami sedang menonton pertandingan basket anak kelas 12 dan 11. Sebenarnya aku tidak tertarik dengan basket, aku lebih tertarik dengan musik. Kalau bukan karena putri yang menyeretku kesini, aku tidak akan datang.

Putri Rahmawati. Dia sahabatku dari kelas 10. Putri anak yang baik dan cantik menurutku. Well, sebenarnya aku tidak terlalu mengenalnya. Selama putri berteman denganku dia anak yang baik. Jadi aku menilai apa yang aku lihat dari yang nampak. Putri dan aku mengambil jurusan IPA dan kami sekelas. Kami kelas 12. Putri memiliki pacar yang namanya reyhan, dia anak IPS. Putri bilang mereka pertama kali bertemu saat sedang membeli buku pelajaran di toko buku.

Dan namaku Rania Fahira. Nama panggilannya rani. Aku orang yang biasa-biasa saja, pemalu mungkin bisa lebih dibilang tidak percaya diri, dan tidak terlalu pintar. Aku tinggal sendiri karena aku yatim piatu. Orang tuaku membuangku, entah kenapa. Saat itu aku merasa bahwa aku orang yang tidak diinginkan. Aku tidak terlalu sedih, kenapa? Karena aku belum pernah melihat wajah kedua orang tuaku maupun merasakan kasih sayangnya, jadi ya aku tidak terlalu memikirkan mereka. Tapi rasa sedih itu ada walaupun tidak banyak.

Saat umurku sudah 17 tahun, aku keluar dari panti dan mulai bekerja. Saat itu aku sudah bersekolah, di OAKLEY SCHOOL karena beasiswa. Aku bekerja menjadi pelayan cafe, karena hanya menjadi itu lah yang memungkinkan, aku belum punya ijazah dan kemampuan apapun. Kenapa aku tidak menjadi penyanyi di cafe? Itu karena aku tidak yakin dengan kemampuanku. Walaupun aku mendapat beasiswa disini karena bakatku bermain musik dan bernyanyi.

Di sekolah aku tidak memiliki teman, hanya putri yang ingin berteman denganku. Kami jarang bersama karena kesibukan putri menjadi model. Putri memang seorang model, dia memulai karirnya saat kelas 10, kebetulan ibunya memiliki teman yang anaknya seorang model juga, jadi mungkin putri mendapat sedikit kemudahan. Hanya mungkin. Tapi aku akui putri memang berbakat dan cocok menjadi model.

"Astaga, reyhan sangat tampan bukan?" Ucap putri sambil bertepuk riang "Apa lagi saat dia sedang mencetak skor. Ahh.. terlihat menakjubkan"

Aku memutar bola mata bosan. Putri memang seperti itu. Jika sudah bersangkutan dengan pacarnya itu pasti dia akan sangat berlebihan "Biasa saja. Dimananya yang bagus?"

"Lo gk liat sih tadi" ucap putri sambil mentoyor kepalaku "Gue pikir rafka juga tampan. Lebih tampan sih sebenarnya"

"Lo udah punya reyhan put"

"Emang. Tapi kan kemungkinan gue putus sama dia masih ada"

"Lo berharap putus sama dia?"

"Enggak" putri menggeleng cepat "itu cuma perumpamaan aja ran. Sensi banget sih. Gue yang pacarnya juga"

"Ya gue kan cuma nanya. Lo tuh beruntung dapet reyhan. Dia setia sama lo, pengertian, dan gk berlebihan"

"Maksudnya berlebihan?"

"Ya berlebihan kayak lo gitu" aku mengangkat bahu "udah ah gue pengen balik ke kelas"

"Ngapain di kelas? Kita kan lagi class meeting" ucap putri menatapku heran "nggak usah sok jadi anak pinter deh"

"Apa yang anak pinter sih. Gue bosen aja disini. Apa yang harus di liat coba?" Tanyaku pada putri yang sukses buat dia melotot. Hahaha lucu tuh anak kalo lagi begitu

"Disini banyak cogan tau" ucap putri sedikit berteriak

"Gue bukan cewek genit kaya lo put"

"Sialan!" Putri mentoyor kembali kepalaku "kalo nggak liat basket kan juga bisa"

FIGHTING FOR LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang