⏩ 11. Good morning girl

15.1K 462 26
                                    


Sinar sang rembulan kini telah berganti dengan sinar sang surya, suara mesin mesin mobil mewarnai suasana pagi di kota ini, tak terkecuali dengan Deva dan Veranda. Ve mengerjapkan matanya membiasakan diri dengan cahaya yang memenuhi matanya, ia menetap ke sekitar melihat dimana keberadaannya.

"Eh, ini kak bukan kamarku. Loh? Kok ada Deva." Ia tersentak kaget saat melihat Deva sedang tertidur di atas sofa, dengan laptop yang masih menyala dan beberapa berkas berseraka di atas meja. "Yah semua cowo emanh gitu ya, ngga bisa jaga kebersiham." Ve bangkit dari duduknya dan mematikan laptop Deva, mengambil beberapa kaleng kopi dan bungkus makanan kemudian membuangnya menjadi pilihannya. Tangannya masih membersihkan sisa tumpahaj kopi di meja itu, sebuah tangan besar memegang lengannya.

"Good morning girl." Ucap Deva dengan suara parau khas orang bangun tidur

"Eh udah bangun, cuci muka gih."

"Kamu ngapain bershiin itu?." Tanya Deva menunjuk meja di depannya dengan dagunya

"Ya orang kotor, lagian jorok banget sih!." Cibir Shania

"Ketiduran Jess semalam." Deva bangun dari tidurnya dan memijat mijat tengkuknya. "Aduh salah tidur nih kayanya." Eluhnya sambil terus memijat leher belakangnya

"Aduh, sorry ya. Gara gara aku tidur di sini kamu jadi tidur di sofa dan sekarang malah sakit lehernya. Aku pjiitin ya?." Tawar Veranda, Deva hanya mengangguk pasrah dan berpindah ke atas kasur. Veranda memijattengkuk bosnya itu dengan telaten.

"Udah enakan pak? Eh Va?." Deva menggeleng. "Aduh gimana ya." Pikir Veranda

"Gampang, kamu cukup menjadi seseorang yang akan selalu memijatku saat aku lela." Ucap Deva, Ve semakin tak mengerti apa maksud bosnya yang mudah dan tampan itu

"Maksudnya pak?." Ia memasang wajah bingungnya, Deva membalikkan badanyamenghadap Veranda tangannya ia gunakan mencubit pipi mochi Veranda

"Saya pikir kamu pintar, ternyata tidak begitu, hahaha." Ucap Deva mengacak acak rambut Ve. "Mau sampai kapak di kamarku? Aku mau mandi." Ucap Deva menghilanh di balik pitu kamar mandi

"Benar juga, aku ngapain di sini? Udahlah ke kamar aja." Ve berjalan menjuju kamarnya, dan langsung bersiap siap menemani Deva sarapan

Deva mengambil secangkir kopi yang ada di meja depannya, ia meneguk dan menyesap kopi itu, di depannya ada Veranda yang sedang mengiris daging di atas piringnya.

"Loh udah selesai makannya Va?." Ve meletakkan garpu dan pisaunya dari tangannya. "Va? apa kamu baik baik saja?." Ve menempelkan punggung tangannya di jidat Deva

"Eh? nggak papa kok Ve."

"Udah selesai kan?." Deva mengangguk. "Yaudah kembali ke kamar aja yuk, masih ngantuk."

"Kamu aja ya, aku mau berenang. Hehehe." Ve menghela nafasnya panjang

"Yaudah, aku ke kamar dulu ya."

"Em Ve, tunggu!." Panggil Deva, ve membalikkan tubuhnya kemmbali menghadap Deva

"Enghh, ngga jadi." Deva menggaruk tengkuknya yang tak gatal

"Yaudah, saya balik ya pak. Permisi." Ve meninggalkan Deva sendirian di meja makan

"Ah! masa harus sekarang, apa responnya ya kira kira? Ayolah Deva berfikirlah jernih! mana mungkin ve mau dengan om om sepertimu?." Deva merutuki dirinya sendiri.

---

Sore harinya Deva sudah bersiap dengan bawaannya, ia dan Veranda akan kembali ke kota yang tak pernah tidur. Jakarta, ia menyeret kopernya menuju lift hotel, Veranda sudah menunggunya di lobby hotel. Deva tersenyum melihat ke arah wanita yang sudah merebut hatinya tengah duduk di kursi dekat lobby sambil memainkan smartphonenya, cantik. Kata itu yang terlintas di pikirannya, tak ingin membuat bidadarinya menunggu lama Deva segera mendatangi Veranda

I Hate Love but I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang