Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak tadi. Dengan alibi akan belajar kelompok, Kissa berhasil menahan Tiwi agar tidak meninggalkan kelas terlebih dahulu. Rencana ini sudah dipersiapkan dari tiga hari yang lalu.
Naron sudah siap dengan gitarnya, Kissa sudah siap duduk di hadapannya. Sementara Tere sudah siap dengan ponselnya untuk merekam semua pernyataan cinta Nakula ke Tiwi.
Tiwi sendiri sudah terbengong-bengong mendengar pernyataan Nakula yang tiba – tiba begini. Petikan halus gitar mulai terdengar. Kissa mulai bernyanyi. Lagu Everything Has Changed milik Taylor Swift dan Sheeran mengiringi ungkapan hati Nakula.
"All I knew this morning when I woke, is I know something now, know something now I didn't before... And all I've seen since eighteen hours ago, is green eyes and freckles and your smile in the back of my mind making me feel like... I just wanna know you better, know you better, know you better now... I just wanna know you better, know you better, know you better now..."
Kissa dan Naron saling pandang, mereka bernyanyi bersama. "I just wanna know you better, know you better, know you better now... I just wanna know you, know you, know you... 'Cause all I know is we said, Hello... And your eyes look like coming home, all I know is a simple name... Everything has changed... All I know is you held the door, you'll be mine and I'll be yours, all I know since yesterday is everything has changed..."
Entah sejak kapan perasaan itu ada. Kissa dan Naron bernyanyi dengan suara dan mata yang saling menatap yang menjelaskan sesuatu yang tidak bisa diungkapkan dengan kata – kata. Dan entah sejak kapan Tere melupakan tugasnya untuk merekam Tiwi dan Nakula alih – alih malah merekam Kissa dan Naron.
***
"Cieee dah yang baru jadian ahai, ada apa nih nelepon malem – malem?" tanya Kissa sambil berguling – gulingan di atas kasur.
"Ahahaha... malu nih gueee... tapi seneng jugaa..."
"Ngapain malu? Hahaha... kan tadi cuma ada kita – kita ini aja kok..."
"Aaah, udah ah. Jangan bahas! Gue bawaannnya pengen senyam – senyum sendiri mulu kalo inget tadi siang hehehe..."
"Ahahaha... makan – makan dooong... tadi kan gue udah sumbang suaraa..."
"Nah iya, itu yang mau gue omongin. Lo udah ngeliat hasil rekamannya Tere?"
"Belom, hahaha... lagian ngapain juga? Kan tadi gue udah liat secara langsung gimana merahnya muka lu. Ga perlu lah gue liat lagi ahaha..."
"Yeh dasar... lo ga tau? Tadi tuh Tere ngerekam elu sama Naron. Bukan gue sama Nakula..."
Tawa Kissa langsung menghilang, "Hah? Kok jadi gue sama Naron?"
"Udah ngaku, ada apa sih antara lo sama Naron? Cerita dong ceritaa..."
"Apanya yang ada apa?"
"Yaampun Kiss... gue kirim ya video-nya lewat e-mail... chemistry lo berdua dapet banget... ga cuma mulut lu berdua aja yang nyanyi. Mata kalian tuh memaknai isi lagunya banget... kaya nyanyi buat kalian sendiri. Bukan buat gue sama Nakula..."
"Hahaha... apaan sih? Gue ga ada apa – apa kok sama dia..."
"Udah, lo liat sendiri aja. Udah gue kirim tuh..."
"Eh berarti ga ada rekaman lo ditembak Nakula dong?"
"Enggak, kata Tere chemistry-nya kuatan lo sama Naron dari pada gue sama Nakula," gerutu Tiwi di seberang sana.
"Duh jadi ga enak... ga punya kenang – kenangan dong lu?"
"Ya gapapa lah... buat gue, selama Nakula ada di samping gue, selama dia supourt gue, selama dia tetep jadi inspirasi buat gue. Gak perlu lah kenangan indah itu terekam di alat elektronik. Di hati gue aja udah cukup kok."
"Preeeet pret preeeet... mules perut gue. Udeh dulu yee..."
"Ahahaha... jahat ah..."
"Lagian lebay sih ahahaha..."
"Biarin sih, namanya juga lagi seneng... yaudah deh ya, byee... see you tomorrow."
Kissa terkekeh setelah menjauhkan ponselnya dari telinga. Dengan penasaran, Kissa masuk ke acount e-mail-nya. Setelah video itu terunggah seluruhnya, ia segera memutarnya. Tanpa sadar sudut – sudut di bibirnya tertarik ke samping. Rasa hangat menjalari tubuhnya, membuat tidur malamnya nyenyak tanpa mimpi.
***
Matahari kembali lagi memancarkan sinarnya. Dengan sabar Kissa sudah berdiri di depan gapura komplek untuk menunggu metromininya yang setia. Headset tersemat menutupi telinga Kissa dengan sempurna. Sesekali senandung pelan terdengar dari bibir gadis itu.
Tin. "Kiss, bareng ga?" tin tin tiiin... "WOI KISS! BARENG GAK?" tanya Naron lagi sambil menepuk bahu Kissa yang membelakanginya.
Kissa menoleh, degup jantungnya berdetak lebih cepat. "Oh, hmm, Ron... eh bareng dong," ujar Kissa tiba – tiba gugup, "selama ada tumpangan geratis, mana mungkin di tolak kan hehehe..."
"Hahaha, bisa aja lu Kiss, sini naik..." Kissa menurut.
Entah sejak kapan ia gugup berdekatan dengan Naron, dan entah sejak kapan juga Kissa sudah tidak memperhatikan motor berwarna merah yang baru saja meninggalkan gapura komplek.
"Kiss, Sabtu nanti kan SMA Perkutut ngadaiin PENSI buat umum. Mau dateng ga?" tanya Naron sambil mengendarai motornya.
"SMA Perkutut?" Kissa memastikan pendengarannya, 'Itu SMA-nya Dika bukan?'
"Iya, SMA Perkutut. Guest star-nya Band Ungu loh... dananya kuat juga ya kayanya..."
"Ya kan Ungu sekarang udah ga sengetop dulu. Mungkin tarifnya udah lebih murah kali..."
"Bisa jadi. Gimana? Lo mau ikut?"
"HTM-nya berapa emangnya?"
"Lima belas ribu doang kok..."
"Hmmm, boleh deh... sekalian gue mau liat, PENSI itu kaya apa..." putus Kissa, "Oya, sama siapa aja emangnya?"
"Yaa, kita berdua..." jawab Naron yang membuat jantung Kissa kembali berdegup lebih kencang, "sama Tiwi, Tere Nakula juga kalo mereka mau..." tambahnya cepat.
Pundak Kissa tanpa bisa ditahan menurun, "Oh... yaudah nanti di tanya aja lagi..."
***
"Yaa, maap ya... gue Sabtu ini ga bisa. Gue di undang ke acara ulang tahun keponakannya Dewa. Jadi bantu-bantu dulu juga disana..."
"Idih, udah serius banget nih kayanya sampe udah di bawa ke keluarganya, cuit cuiiiit..." ledek Nakula.
"Lo berdua pada bisa ga?"
"Bisa kok..."
"Eh btw, lo pada mau masuk IPA apa IPS?" tanya Naron tiba – tiba.
Nakula menjawab cepat, "Gue pengen jadi jaksa, IPS aja kali yaa..."
"Gue juga IPS ah... pengen kerja di Bank ahaha..." Tere ikut menjawab.
"Gue mana aja deh. Liat nilainya. Kalo bisa masuk IPA ya IPA, kalo masuknya IPS, ya gapapa juga. Cita-cita gue masih fleksibel kok hahaha..."
"Emang cita-cita lo apa Tiw?"
"Jadi ibu rumah tangga ahahaha..." jawab Tiwi asal sambil menatap Nakula dengan pandangan penuh arti. Candaan pun terus berlanjut.
"Lo Kiss?" tanya Naron pelan yang tidak didengar teman – temannya yang lain.
"Hmmm," Kissa menggaruk – garukan kepalanya yang tidak gatal "Gue sih pengennya IPA, tapi gatau deh bisa apa nggak, haha." Lanjutnya dengan tawa sumbang.
"Gue yakin lo bisa kok Kiss masuk IPA... pasti bisa..." Naron meyakinkan dengan tersenyum lembut. Mata tajam Naron yang bersinar pun menyedot seluruh perhatiaan Kissa. Kissa hanyut di dalam tatapan tajam dan hangat Naron.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
DI BALIK TIRAI
Roman pour AdolescentsKisah klise remaja yang jatuh cinta ini dimulai pada saat remaja mengalami masa pubertas. Hormon-hormon pubertaslah yang bertanggung jawab atas apa yang dialami Kissa. Kissanash Mauriz Ayunda, bersama keluarganya terpaksa pindah ke Jakarta. Kisah in...