27 Cinta Bersambut

204 13 0
                                    

Sudah dua bulan mereka dekat. Fahri sudah diajak Kissa berkeliling. Kissa memperkenalkan Fahri kepada sahabat - sahabatnya. Mulai dari Dita, Natta dan Mita sahabatnya di kampus. Sahabatnya di SMA seperti Tiwi, Tere, Nakula, Dewa dan bahkan Naron yang sudah dikenalkannya melalui skype. Tak lupa Yesa dan Bilda juga, yang walaupun sudah beberapa tahun mereka jarang berkumpul bersama.

Orang tua Kissa juga sudah mengenal Fahri. Fahri selalu datang ke rumahnya setiap mempunyai waktu. Kissa dan Fahri sering berpergian mengelilingi Kota Jakarta menggunakan kendaraan umum. Hal ini diputuskan Fahri mengingat kejadian yang membuatnya menjadi dekat dengan Kissa. Kesasar. Fahri merasa Kissa harus menjadi sosok yang mandiri. Sosok yang kenal jalan. Maka dari itu, Fahri sering datang ke rumah Kissa setiap ada kesempatan.

Kissa pun sering berkunjung ke pos jaga Fahri. Ia sering membawakan makan siang untuknya dan kadang juga untuk polisi - polisi lainnya. Makin banyak saja polisi yang ia kenal. Namun status mereka masih hanya sebatas teman. Entah apa yang ditunggu Fahri.

"Kiss, besok mau nemenin aku ngajar di SD Ubur - Ubur ga?" tanya Fahri disuatu malam di depan teras rumah Kissa.

"Ngajar apa Ri?"

"Ngajar polisi cilik..."

"Polisi cilik? Oh yang sering muncul di televisi itu ya?"

Fahri tertawa, "Hahaha... iyaa..."

"Boleh deh, aku juga mau liat latihannya ngapain ajaa."

"Yaudah, besok jam setengah sebelas ya aku jemput."

"Okeee..." Fahri pun pamit pulang.

***

Dengan pakaian kasual, Kissa melangkahkan kaki bersama Fahri dari tempat parkir motor. Kissa mengikuti arah Fahri berjalan. Di lapangan sekolah itu sendiri Kissa melihat banyak anggota polisi cilik sedang berbaris dengan teratur membentuk pola yang tidak bisa di lihat bentuknya bila tidak dilihat dari atas. Kissa mengikuti Fahri yang membawanya ke lantai dua. Lantai teratas di sekolah itu. Langkah kaki Kissa terhenti di tempat ketika melihat pemandangan di bawahnya.

"Lihat deh..." sahut Fahri yang tanpa disuruh, Kissa pun sudah melihat.

Jejeran polisi cilik yang tadi ia lihat sedang berbaris secara teratur ternyata bila dilihat dari lantai dua, membentuk suatu pola. Dan bentuk pola itu membuat jantungnya berdetak lebih keras. "Ini pola buat apa?" tanya Kissa dengan suara yang sedikit gemetar. Para polisi cilik itu berdiri membantuk pola huruf I dan U dengan lambang hati diantara dua huruf itu.

"Kamu inget ga waktu pertama kali aku nganter kamu pulang? Waktu itu aku bilang kalo saat itu adalah pertemuan kita yang gak sengaja untuk keempat kalinya?"

Kissa mengangguk, "Dan sampe saat ini aku masih ga ngerti pertama kali banget kita ketemu itu emangnya kapan?"

Fahri terkekeh, "Jadi begini, suatau hari aku lagi tugas di jalan pagi - pagi. Ngatur kendaraan yang suka nakal nerobos jalur busway. Nah sekitar jam sembilanan kalo ga salah, udah banyak banget kendaraan yang kena tilang. Salah satunya ada sebuah motor yang dikendarain dua perempuan."

Kissa masih mengerutkan kening tidak mengerti arah pembicaraan Fahri, "Penumpangnya itu beralasan -semua yang nerobos jalur busway pasti punya alasan-. Tapi alasan perempuan ini tuh aneh. Cenderung unik dan mennggelikan malah. Perempuan itu bilang kalo perutnya sakit dan butuh banget ketemu toilet segera..."

Kissa mulai paham. Dengan susah payah ia menahan tawanya, "Jadi polisi itu kamu?? Aaah kamu tau ga waktu itu aku udah ketar - ketir takut ga boleh ikut ujiaann..."

"Iyaaa, aku tau. Aku tau kamu ketar - ketir sampe mau nangis. Justru karena aku ngeliat kamu yang matanya udah berkaca - kaca, makanya aku bebasin kamu. Lagian aku percaya kok, muka kaya kamu sama temenmu itu muka - muka yang cukup dikasih peringatan sekali aja terus kapok. Tapi tetep aja, beruntung kamu ketemu aku. Kalo kamu ketangkep polisi lainnya, hah gatau deh gimana nasibmu..."

DI BALIK TIRAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang