Aku dan teman-temanku memutuskan untuk menghabiskan hari ini di luar bersama. Kami berjalan-jalan disekitar kota, berfoto, membicarakan tentang hal bodoh yang biasanya gadis-gadis lakukan. Setelah lelah berjalan-jalan, kami pergi ke sebuah restaurant untuk beristirahat dan makan sesuatu. Restaurant ini adalah tempat dimana kita bisa me-relax-kan diri, karena suasananya yang nyaman dan tenang. Tiba-tiba, terdengar teriakan dan panggilan dari para cewek. Aku mendengar mereka berteriak "Zayn...Zayn" berkali-kali.
"Ada apaan sih di luar?" salah satu temanku bertanya kepada kami. Sepertinya, dia terganggu karena dia benci ketika seseorang mengganggunya ketika ia sedang makan.
"Gak tau, udahlah gausah dihiraukan." aku mencoba untuk menenangkannya tetapi sejujurnya aku pun tidak suka akan kebisingan yang mereka buat. Apalagi teriakan semakin terdengar keras setiap detiknya. Dan rasanya semua kebisingan itu semakin mendekat kepada kami.
"YAAMPUN BERISIK BANGET! Bisa gak sih mereka diam agar aku bisa makan dengan damai??" kata Anna hampir berteriak.
"Hey, tenang-tenang. Aku yakin ini akan berhen-" aku tidak bisa menyelesaikan kalimatku ketika ada beberapa laki-laki memasuki restaurant dan kami melihat ada lebih dari 100 orang di luar. Dengan snapback di kepalanya, jeans hitam, dan jaket yang keren, di jaga oleh seorang bodyguard dan dia duduk di meja di sebelah kami.
"Bagaimana mereka semua tau aku akan datang ke sini?"
Aku mendengar ia berkata kepada seorang pria besar yang duduk di sampingnya. Aku memerhatikannya ketika ia memesan sebuah salad dan sebuah minuman. Aku merasa aku pernah melihatnya di suatu tempat, tapi aku tidak ingat dimana. Sepertinya ia adalah seorang selebritis, mungkin seorang aktor...tidak...dia lebih terlihat seperti seorang penyanyi. Aku mencoba untuk mengingat siapa dia, sampai-sampai aku lupa kalau aku sedang memerhatikannya daritadi. Tiba-tiba, dia menatap kepadaku dan membuyarkan lamunanku. Pipiku memerah karena malu saat aku menyadari ternyata dia tau aku memerhatikannya dari tadi. Dia mungkin berfikir kalau aku salah satu dari fans-nya atau yang lainnya.
"Hiii...apakah kamu ingin berfoto atau yang lainnya?" dia bertanya dengan ramah. Oh..aku lupa dia adalah orang yang terkenal. Mengapa seorang laki-laki seperti dia mau datang ke tempat seperti ini?
"Umm...tidak...terimakasih." aku menolak tawarannya dan kembali memakan makananku. Aku tidak butuh foto dengannya. Aku bahkan tidak mengenalnya. Aku hanya ingin tau siapa dia sebenarnya.
Mary dan Anna menatapku seolah-olah aku adalah orang yang idiot.
"Apa?....Apa?!! Apa yang telah aku lakukan?"
"Mengapa kamu tidak bilang iya?!" mereka berdua berusaha untuk tidak berteriak.
"Mengapa aku harus foto dengannya?"
"Apa? Kamu serius? Dia itu salah satu member One Direction! Zayn Malik! Dia itu penyanyi. Yaampun, jangan bilang kamu gak tau dia?" kata Mary terkejut.
"Oh okay okay...yeah aku pernah dengar tentang one direction. Ok? Now leave me alone."
"Kamu tinggal dimana sih? Di planet lain? Mereka itu terkenal banget." Mary mencoba untuk berkata dengan tenang. Dengan jelas, Mary tidak berkata dengan cukup tenang karena Zayn menoleh kepada kami, menatap kami lagi, dan tertawa dengan cukup keras. Semua orang pun menatapnya. Dengan cepat, ia menutup mulutnya dengan tangannya.
"Sorry.." ia berkata kemudian. Semua situasi ini membuatku merasa kikuk. Aku merasa Zayn menatap kami lagi tapi aku tidak ingin melihatnya...lagi. Aku hanya ingin pergi dari restaurant ini secepatnya.
"Semua ini bertambah aneh dan semakin aneh...um...aku akan kembali." aku memutuskan untuk pergi ke toilet untuk memastikan aku masih terlihat normal. Ketika aku akan melewati mejanya, tiba-tiba dia menggenggam tanganku.
"Hm..Bisakah kamu duduk dulu sebentar?" ia berdiri dan menarik sebuah kursi untukku. Aku ragu-ragu, karena aku ingin menghindarinya bukan duduk di satu meja bersamanya. Aku memalukan diriku sendiri. Aku menatap teman-temanku dan mereka berbisik, "Ayo duduk!". Mereka kelihatan lebih bergairah dibanding diriku sendiri.
"Please?" dia tersenyum lebar. Tanpa berkata apapun, aku duduk di samping bodyguard-nya. Bodyguard-nya terlihat sedikit menakutkan.
"Bisakah kamu tinggalkan kami sebentar?" pinta Zayn kepada bodyguard-nya.
"Hanya sebentar." jawabnya lalu pergi meninggalkan kami.
"Um..okay aku tidak ingin terdengar tidak sopan...tapi apa yang kamu?" kataku.
"Tidak ada. Aku hanya ingin berbincang denganmu." ia tersenyum.
"Jadi, mungkin aku akan memperkenalkan diriku. Namaku Zayn Malik and aku menyanyi. Aku adalah salah satu member dari one direction."
"Hii!" dia berkata dengan bahagia.
Aku tertawa melihat tingkahnya.
"Yeah aku tau." kataku.
"Baiklah...tapi, 10 menit yang lalu kamu tidak tau siapa aku haha."
Tiba-tiba seorang waitress datang membawa pesanannya. Waitress itu meminta Zayn untuk berfoto bersama.
"Tentu saja." jawabnya tanpa ragu.
Mereka berbincang selama satu menit dan Zayn datang kembali untuk berbincang denganku. Aku fikir aku harus mengubah pendapatku tentangnya. Aku tidak terlaku suka "selebritis" tapi dia terlihat beda, ia sangat baik. Aku terkesan akan kesopanannya. Dia sangat baik kepadaku, aku merasa tidak enak kepadanya.
"Apakah kamu ingin makan sesuatu?" ia memberikanku sebuah menu.
"Tidak usah, aku udah makan. Tapi, terima kasih atas tawarannya." aku tersenyum.
"Akhirnya." katanya tiba-tiba.
"Akhirnya apa?" aku bertanya kebingungan.
"Akhirnya kamu tersenyum." katanya sambil tersenyum. Aku mengalihkan pandanganku karena aku merasa pipiku sudah sangat merah. Dia sangat baik dan...cute...dan...tapi tunggu bukankah tadi aku ingin menghindarinya?
"Jadi...siapa namamu karena aku masih belum tau." katanya. Lalu ia menghabiskan saladnya dan ia melihat bodyguardnya akan kembali.
"I'm (Y/N) ....." aku ingin berbicara lebih banyak tetapi aku tidak bisa.
"Baiklah (Y/N)...um..aku lihat kamu orang yang lucu, kamu menangkap perhatianku sejak kamu menolak untuk berfoto...yang mana..belum pernah terjadi sebelumnya. Jadi, ini adalah tiket untuk konser besok. Ini tiket VIP. Jadi, sepertinya aku harus pergi, tapi aku harap aku akan menemuimu disana." dia terdengar kikuk tapi aku menyukainya. Dia mencium tanganku dan dengan cepat pergi dengan bodyguard-nya. Bahkan aku tidak mempunyai kesempatan untuk menjawab. Aku menatap tiket yang ia berikan tadi, terliputi oleh situasi ini, aku sampai tidak menyadari teriakan-teriakan dan cahaya flash kamera yang sedari tadi terus menyala. Well...mungkin...sampai jumpa besok, fikirku dalam hati.