Hurt

2K 30 4
                                    

Wanita berambut hitam pekat itu nampak tengah disibukkan dengan berbagai alat dapur dan bumbu dapurnya. Ia sedang menyiapkan sarapan untuk suaminya. Anisa Rahma. Seorang pemiik butik ternama yang telah memiliki beberapa cabang di beberapa kota negara Indonesia ini. Anisa memiliki seorang suami yang bernama Bisma Karisma. Pengusaha tambang yang cukup sukses. Sudah hampir setahun mereka membina rumah tangga, namun sampai saat ini Anisa belum memikirkan untuk mempunyai seorang anak. Bukannya Ia tidak mau, tetapi Ia hanya sedang ingin fokus pada butik-butiknya .

Jangankan untuk mempunyai anak, berbicara pada suaminya pun sangat jarang. Pernikahan mereka tidak dilandasi dengan perjodohan, keterpaksaan dan sebagainya. Mereka resmi menjadi sepasang suami istri setelah 5 tahun berpacaran. Waktu yang cukup lama bukan?

"Kamu mau pergi ke butik jam berapa, Nis?" Tanya Bisma ketika Ia sudah sampai di meja makan. Bisma masih sibuk memakai dasinya. Sedangkan Anisa sedang merapikan makanan yang Ia masak di meja makan.

"Jam 9, Bis." Sahut Anisa. Bisma hanya mengangguk menaggapi jawaban istrinya tersebut sambil susah payah membetulkan dasi yang sejak 30 menit yang lalu dipakainya. Anisa yang melihat suaminya kesusahan itupun hanya tertawa pelan.

"Kalo nggak bisa pake dasi, ya nggak usah pake dasi" celetuk Anisa. Ia segera membantu merapikan dasi Bisma yang masih berantakan itu.

"Jangan dong. Nanti penampilan aku nggak keren kalo nggak pake dasi" sahut Bisma. Anisa menatap Bisma sekilas, Ia memutar bola matanya.

"Bilang aja mau ketemu sama perempuan" Ledek Anisa yang sudah selesai merapikan dasi Bisma. Bisma langsung menaikkan alisnya.

"Iya. Nanti malam aku mau ketemu seorang perempuan. Dia orangya cuek, rambutnya berwarna hitam, dan inisialnya adalah 'Anisa Rahma'." Ucap Bisma sambil mengacak poni istrinya tersebut.

"Ish. Apaan deh kamu. Makan gih, nanti telat loh kerjanya" Anisa yang kemudian duduk di kursi meja makan tersebut. Sedetik kemudian Bisma juga duduk. Ia berhadapan dengan istrinya.

"Nih, Bis" Anisa memberikan sepiring nasi dengan lauk pauknya kepada Bisma. Bisma langsung mengambil piring itu dari tangan Anisa.

"Kamu nggak makan?" Tanya Bisma sambil mengunyah makanannya.

"Hmm.. nggak, Bis. Lagi gak nafsu"

"Yaudah aku berangkat dulu ya. Jangan lupa makan, nanti kamu sakit" Bisma yang sudah selesai sarapan itu langsung beranjak dan menghampiri Anisa yang sibuk memainkan iphonenya. Ia mencium kening istrinya tersebut.

"Iya. Hati-hati ya, Bis" Ucap Anisa yang masih menatap layar iphonenya tersebut. Bisma hanya mengangguk kemudian pergi meninggalkan Anisa yang masih terduduk di kursi tersebut.

ANISA

"Yaudah aku berangkat dulu ya" Bisma mencium keningku. Aku menanggapinya dengan tersenyum sambil menatap layar iphoneku. Entah kenapa pagi ini aku dan Bisma akrab. Tunggu! Bukan berarti selama ini aku tidak akrab dengannya. Maksudku, tumben sekali aku bisa berbicara padanya. Memang sih kelihatannya aneh. Sepasang suami istri yang sudah setahun membangun rumah tangga jarang berkomunikasi. Bukan karena kami bermusuhan, tapi memang aku dan Bisma sama-sama sibuk. Biasanya jam 7 saja Bisma sudah berangkat. Tapi pagi ini Ia berangkat lebih telat. Bisma baru berangkat jam 8 pagi.

Huh! Ternyata rumah sebesar ini sepi juga ya. Sebenarnya, aku ingin sekali mempunyai seorang bayi. Aku yakin, pasti aku akan menjadi perempuan paling bahagia di dunia ini. Yayaya! Aku tahu ini terlalu berlebihan. Tapi, setelah aku pikir lagi, jika nanti aku punya anak, siapa yang akan mengurus butik-butikku nanti? Siapa yang akan me... umph! Aku merasa perutku mual sekali. Secepat mungkin aku pergi ke wastafel dekat kamar mandi. Aku segera mengeluarkan cairan bening yang sedari tadi memaksa untuk keluar.

It's HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang