Syahdan, Nabi Sulaiman ‘alaihissalam gusar karena kehilangan salah satu anggota pasukan beliau. Hudhud, burung ahli pencari air bagi pasukan Sulaiman ‘alaihissalam, terlambat hadir. Namun, ia membawa berita mengagumkan, yang menjadi sebab hidayah bagi ratu sebuah negeri, yang membawahi berjuta prajurit perang.
Keelokan rupa, kemuliaan nasab, kecerdasan, kekuasaan, dan kekayaan sering kali membawa pemiliknya kepada kesombongan dan kezaliman. Namun, segala puji bagi Allah k, bukan kedua hal ini yang ada pada Balqis atau Bilqis, Maharani Saba’, yang dikaruniai kerajaan besar dan sekian kelebihan tersebut. Tatkala cahaya ilmu dan kebenaran menyinarinya, wanita yang kisahnya ditorehkan di dalam Injil dan al-Qur’an ini pun merengkuhnya dengan segera dan menjadi mulia karenanya.
Hudhud yang Cerdik
Allah subhanahu wa ta’ala memuliakan Sulaiman ‘alaihissalamdengan kerajaan terbesar yang pernah menguasai bumi, dengan bala tentara yang besar dan unik yang terdiri atas jin, manusia, dan burung. Allah juga menjadikan beliau sebagai hamba yang pandai bersyukur atas kenikmatan-Nya.
Di antara pasukan Sulaiman ‘alaihissalam terdapat seekor hudhud, burung yang menyertai Sulaiman ‘alaihissalam di dalam perjalanan panjang beliau dan menaungi beliau dengan sayapnya bersama burung-burung yang lain. Ia bertugas mencarikan air bagi prajurit Sulaiman ‘alaihissalam, karena dapat melihat permukaan dan lapisan bawah bumi. Dalam salah satu riwayat, disebutkan bahwa hudhud ini bernama ‘Anbar, dan ia adalah satu-satunya burung hudhud dalam pasukan Sulaiman ‘alaihissalam.
Suatu ketika, Sulaiman singgah di suatu padang. Beliau membutuhkan si Hudhud untuk menunjukkan seberapa dalam sumber air di bawah tanah. Tatkala si Hudhud ini tidak beliau temukan, padahal pasukan yang sangat besar itu membutuhkan air, Sulaiman ‘alaihissalam pun berang. Allahsubhanahu wa ta’ala mengisahkan kejadian ini,
وَتَفَقَّدَ ٱلطَّيۡرَ فَقَالَ مَا لِيَ لَآ أَرَى ٱلۡهُدۡهُدَ أَمۡ كَانَ مِنَ ٱلۡغَآئِبِينَ ٢٠ لَأُعَذِّبَنَّهُۥ عَذَابٗا شَدِيدًا أَوۡ لَأَاْذۡبَحَنَّهُۥٓ أَوۡ لَيَأۡتِيَنِّي بِسُلۡطَٰنٖ مُّبِينٖ ٢١
“Dan ia memeriksa burung-burung itu, maka ia pun berkata, ‘Mengapa aku tidak melihat si Hudhud, ataukah ia termasuk yang tidak hadir? Sungguh, aku akan mengazabnya dengan azab yang keras atau menyembelihnya, kecuali apabila ia benar-benar mendatangiku dengan alasan yang jelas’.” (an-Naml: 20—21)
Ketika Ibnu ‘Abbas tengah membawakan tafsir ayat ini di majelis beliau, datanglah Nafi’ bin al-Azraq, seseorang dengan paham Khawarij—ia sering membantah Ibnu ‘Abbasradhiyallahu ‘anhu. Ia berkata, “Berhentilah, wahai Ibnu ‘Abbas. Romawi telah dikalahkan!”
Ibnu ‘Abbas menjawab, “Lalu mengapa?”
“Engkau mengabarkan tentang si Hudhud bahwa ia dapat melihat air di ujung-ujung bumi, padahal sungguh, seorang anak kecil bisa meletakkan sebuah biji di dalam perangkap untuk burung ini. Ia menimbun biji itu dengan tanah, lalu nanti burung ini datang mematuknya dan terjatuh ke dalam perangkap, sehingga anak ini bisa menangkapnya!”
Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata, “Seandainya bukan karena orang ini akan pergi dan berkata, ‘Aku berhasil membantah Ibnu Abbas!’, niscaya aku tidak akan menjawabnya.” Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata kepada Nafi’, “Celaka engkau. Sesungguhnya, ketika turun takdir (ketetapan Allah), menjadi butalah penglihatan (Hudhud) dan hilanglah kehati-hatian(nya).”
Nafi’ berkata, “Demi Allah, aku tidak akan pernah membantahmu di dalam suatu permasalahan dari al-Qur’an selama-lamanya!”
Ibnul ‘Arabi rahimahullah mengomentari riwayat ini, “Tidak ada yang bisa memberikan jawaban seperti ini melainkan seseorang yang berilmu tentang al-Qur’an.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Kisah Hamba Alloh
Spiritual"Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir" (QS. Al A'raf: 176) "Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal " (Yusuf: 111) Semoga Bermanfaat dan menambah kuat keiman...