Mulmed : Problem - Ariana Grande ft. Iggy Azalea
"if it's meant to be , it will be"
***
Reina view'sMerasakan bagian perutku seperti ditimpa membuat ku tidak leluasa untuk bernafas dan bergerak. Ku buka sedikit mataku lalu kutelusuri perut ku pelan dengan tangan, namun bukan bentuk perut yang kurasakan melainkan sebuah kepala. Kepala? Sejak kapan perutku berkepala? Setengah kaget aku menundukkan wajahku dan yang benar saja itu benar-benar kepala! Oh tuhan hampir saja ingin ku ketok itu kepala kalau saja aku tidak melihat wajah polos Reinald yang sedang tertidur.
Mengapa pria ini bisa tertidur diatas perut ku? Setau ku dia tertidur di sofa tadi malam. Aku mencoba mengingat apa yang terjadi semalam.
Out reality.
Aku terbangun di jam 3 pagi. Lagi. Entah lah mengapa aku selalu terbangun di jam segitu. Pas sekali sekarang lagi hujan deras, kilat, dan petir, semua lah bersatu. Aku melirik Reinald diatas sofa tatapi nihil. Kemana pria itu? Kenapa hilang? Diculik momok kah? Higga tiba-tiba..
Dubrak!
Aku kaget setengah mati, saat badanku merasakan ada seseorang yang tiba-tiba memeluku sambil bergetar. Ingin berteriak tetapi ku urungkan karena orang itu adalah Reinald. Peluh memenuhi dahinya sambil ia semakin mengeratkan pelukan nya di badan ku. Pasti ia bermimpi seperti tadi lagi. Mengapa pria ini sering sekali bermimpi? Aku saja jarang, hanya bayangan hitam saja saat tertidur. Hhh.
Akhirnya kuputuskan untuk membalas pelukan nya niat ingin menenangkan Reinald, kubasuh keringat di dahinya lalu ku lap di bajunya. Enak saja dibaju ku!
Sampai akhirnya aku pun tertidur juga.
Back to reality.
Aku baru tersadar jika tadi malam Reinald memeluk ku secara tiba-tiba. Pantas saja ia ada disini. Tatapi kenapa pula dengan seenak upil nya ia tertidur di perutku? Emang nya perutku ini bantal apa? Mentang-mentang buncit eh, nggak deng aku nggak buncit ya, aku langsing tau. Saking langsing nya menyerupai triplek.
Kurasakan Reinald mengeliat, dia akan terbangun sepertinya. Ia membuka matanya perlahan lalu mendudukan dirinya sambil mengucek matanya. Astaga, lucu sekali, bagaimana bisa pria bapak-bapak seperti Reinald bisa bertingkah layaknya anak berumur 6 tahun?
Aku pun bangkit dan duduk tepat didepan nya, sepertinya Reinald ini belum sepenuhnya sadar, sekarang ia sedang melamun sambil menatap satu objek, entah apa. Wajar, aku juga kadang seperti itu. Mengapa disaat bangun tidur wajah pria ini tetap sempurna? Lihat wajahnya saja bersih tidak ada iler ataupun belek mata, seperti pangeran.
"Ehem" aku berdeham untuk menyadarkan nya, tetapi tetap saja dia melamun seperti memikirkan sesuatu.
"EHEM" dehaman kali ini lebih kuat akhirnya membuat Reinald tersadar.
"Eh? Hmm, pagi" ucapnya diiringi senyum manis, yaallah betapa bapernya aku melihat senyuman nya dipagi hari ini.
"Paa..gi" entah mengapa sekarang suasana menjadi canggung begini. Ini pasti gegara senyum Reinald yang manisnya melebihi gula itu!
"Eh, Reina, Reinald" aku menengok kebelakang terdapat mama dan papa sudah rapi. Tunggu tapi mengapa mereka tersenyum aneh macam itu?
"Pagi om dan tante" sapa Reinald, dasar cari muka.
"Pagi juga Reinald, hmm, Reinald masih lama kan disini? Tante mau pergi. sekalian kamu juga nemenin Reina disini" ujar mama. Heh apa apaan pake nemenin aku segala dikira aku masih anak SD, aku sudah dewasa tau. Lagian aku mau pulang ke apartemen. Aku juga kangen sama Milo kasian dia dititipin sama ibuk yang tinggal disebelah apartemenku.
"Ma, tapi Rei mau pulang ke apar-" ucapku terputus saat mama melotot kearahku, membuatku bungkam seketika.
"Gimana ya tante, pagi ini saya ada meeting" oh bagus, pergi sana, urus saja pekerjaan mu, billionaire.
"Oh, begitu. Bagaimana kalau kamu ajak saja Reina kekantor kamu Reinald? tenang, dia anaknya nggak pecicilan kok" mataku terbelalak mendengar ujaran mama. Aduh, mama ini ada ada saja bagaimana mama bisa ikhlas-ikhlas saja jika aku dibawa dengan orang yang belum terlalu ku kenal?
Reinald tampak berfikir. Say no, say no please. "Oh, yaudah kalau begitu, saya akan mengajak Reina kekantor" ketika itu aku langsung menepuk jidat ku sendiri.
***
Bosan.
Itu yang ku rasakan sekarang. Huh, jika bisa sekarang juga ku tonjok wajah rupawan Reinald itu biar bonyok sekalian. Sungguh, aku sangat kesal dengan nya. Sudah 4 jam kurang lebih aku terkurung dalam ruangan mewah di gedung 20 tinggat ini. Ia berkata meeting hanya sebentar, tetapi sebentar apa? Sebentar lagi kiamat, iya.
Tiduran, selonjoran, jungkirbalik, salto, kayang, sudah ku lakukan semua tapi tetap saja aku merasa BOSAN! Ya tuhan begini saja aku sudah muak, apa lagi Reinald yang setiap harinya dan berjam jam duduk didepan kertas-kertas yang bertumpuk?
Akhirnya pun aku berjalan menuju singasana Reinald yang tepat dibelakanya kaca besar mempertotonkan kota Jakarta yang sedang dibasahi hujan dan banyaknya manusia belalu lalang dengan payung di bawah sana, kecil bagaikan semut. Memang akhir-akhir ini sering hujan, ah aku jadi teringat kemarin Reinald yang memelukku.
Aku duduk di bangku singgasananya sambil ku putar-putarkan. Aku berhenti berputar ketika tidak sengaja melihat benda seperti bingkai foto berada didalam laci meja Reinald yang sedikit terbuka.
Merasa kepo kubuka lebih lebar laci tersebut sehingga memperlihat kan dua bingkai foto. Bingkai pertama terlihat Reinald masih sangat muda bersama wanita paruh baya, yang langsung ku tebak bahwa itu ibunya. bingkai yang kedua Reinald dengan seorang gadis cantik, keduanya memakai seragam abu-abu saling berangkulan. Apa gadis ini pacarnya Reinald? Kalau mereka pacaran dari SMA berarti langgeng banget dong.
Dengan cepat ku tutup kembali laci tersebut, oh, aku sangat lancang sudah melihat hal pribadi orang lain. Tapi yang namanya penasaran mau di apakan?
Kemudian aku melirik sudut meja ada bungkusan seperti tidak asing bagiku. Mencoba mengingat kembali.. Dan oh! Itu bungkusan jam yang ku belikan untuk papa yang tertukar dengan pena milik Reinald. Hampir saja aku melupakan hal satu ini. Dan ya! Itu dia. Saat ingin mengambil bungkusan tersebut...
"Kamu sedang apa?"
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Beating Heart
Romancesemua berawal dari pertengkaran mereka di sebuah cafe tempat kerja Reina. Hanya karena secangkir hot chocolate bisa berdampak besar untuk seorang Reina. seiring berjalanya waktu, mereka selalu dipertemukan dan membuat keduanya menjadi penasaran. sam...