RANI POV
Sudah dua minggu aku dekat dengan Rafka. Hubungan yang memang sebatas teman. Putri juga sudah tau. Pertama kali aku bilang pada putri dia nggak percaya. Aku juga nggak percaya tapi memang seperti itu.
Putri bertanya kenapa bisa Rafka tiba tiba deket gitu. Ya ku jawab 'aku juga nggak tau'. Memang kenyataannya aku nggak tau.
Selama aku dekat dengan Rafka keseharianku jadi sedikit berbeda. Bukan sedikit. Tapi hidupku berubah 180°
Kadang aku di bully oleh intan. Dia emang orangnya gitu sih. Merasa kalo orang orang famous di sekolah kayak Rafka itu milik dia.
Intan itu tipe cewek yang merasa kalo dirinya cantik, keganjenan, sok berkuasa di sekolah. Gara gara dia Temenan sama anak pemilik sekolah, dita. Padahal ditanya aja nggak sesombong itu.
Tapi kalo aku lagi deket putri atau Rafka, intan nggak bakal bully aku. Dia itu pengecut di depan mereka.
"Ran, kantin yuk" ucap putri sambil menarik tanganku
"Mager ah" ucapku dan kembali melihat keluar jendela
"Ahh ayolah" kulirik putri sebentar yang sedang memasang wajah memelasnya "Gue laper sumpah. Belom makan tadi pagi. Malem juga nggak"
"Siapa suruh nggak makan"
"Ish gue kan diet"
"Nggak usah sok diet deh put" aku menatap putri "badan lo nggak bakal bisa kurus. Emang udah kodratnya begitu"
"Sialan!"
Aku tertawa melihat wajah kesal putri. Aku bohong tentang badan putri yang nggak bisa kurus. Putri itu udah sempurna. Badannya bagus, tingginya ideal. Pokoknya sempurna.
"Udah lo sendiri aja gue pengen di kelas"
"Bilang aja nungguin Rafka"
"Apaan sih!"
Aku sebenarnya sedikit menyesal menceritakan tentang Rafka ke putri. Putri selalu mengejek ku. Rafka emang suka ke kelas aku saat istirahat. Tapi kata Rafka itu cuma karena dia bosen sama suasana lama. Dia pengen coba suasana baru. Yang aku tidak mengerti, apa maksudnya suasana baru.
Emang sih gara gara itu juga intan pertama kali nge bully aku. Tapi kan Rafka juga udah bilang kita cuma temen. Walaupun perkataannya masih ambigu 'iya terserah kata rani aja' kira kira begitu.
Rafka itu nggak terlalu menunjukan kalo kita cuma Temenan. Tapi dia juga nggak menyangkalnya. Aneh nggak sih. Nggak lah, Rafka bilang dia orangnya males untuk ngasih penjelasan hal yang nggak penting ke orang yang nggak mau percaya sama apa yang dia jelaskan. Walaupun penting kadang Rafka juga nggak jelaskan. Cuma diem aja terima nasib atas apa yang orang bicarakan tentang dia.
Hahaha.. Apa banget bahasanya aku."Ya udah deh tungguin aja sono Rafka. Gue mau ke kantin. Bye" kulihat putri sudah pergi dengan langkah dehentakan
Aku hanya mendengus melihat tingkah putri. Putri emang orang yang temperamental, gampang marah. Tapi nanti dia akan cepat kembali seperti semula.
Kadang kadang putri juga bisa bersikap seperti anak kecil, manja. Apa lagi kalo udah ada reyhan. Tapi putri bukan tipe cewek yang manja.
Aku kembali melihat keluar jendela. Tidak ada apa apa disana aku hanya melihat langit. Aku suka memandang bintang. Tapi bintang ada hanya saat malam hari. Dan sekarang aku tidak bisa memandang bintang jadi aku memandang awan.
Saat aku sedang sibuk melamun pintu kelas terbuka dengan kencang membuatku terlonjak kaget.
Aku menoleh dan melihat intan.berjalan ke arahku dengan muka marah. Kenapa lagi dia? Rasanya aku tidak sedang dengan Rafka