Part 2 : Bad Day

40.2K 1.7K 15
                                    

Happy Reading & Enjoy All

Ana masuk ke dalam lift dengan hembusan nafas lega. Dia baru saja menyelesaikan tugasnya untuk memeriksa pasien. Dia dalam lift dia bersandar. Rasanya lelah. Kakinya lemas dan bahunya mulai terasa pegal-pegal.

Tiba-tiba lift berhenti di lantai sepuluh dan itu pertanda kalau ada orang di lantai sepuluh yang ingin turun, sama seperti dirinya. Ana menunduk, tak menghiraukan siapapun yang masuk.

Orang itu menekan tombol agar lift ini turun ke lobby. Ana sempat melirik sekilas dari jenis pakaian yang dipakainya. Orang ini pasti bussiness man. Pakaiannya rapi dan tak lupa sepatunya yang luar biasa mengkilap. Pasti mahal, batin Ana.

Terasa lama dan menimbulkan keheningan di dalam lift. Ana terbiasa dengan keheningan yang menurutnya membawa kedamaian, tapi tidak bagi orang yang masuk tadi. Orang itu bersuara.

"Hai!"

Suara itu terdengar familiar. Ana mendongak dan sedikit terperangah dengan penglihatannya.

"Hai... selamat siang." Sapa Ana dengan formal

"Jadi kamu kerja di rumah sakit ini?"

Ana meneliti penampilan pria di depannya. Benar dugaannya, pria itu begitu rapi. Dia memakai kemeja dan celana dasar yang terlihat begitu pas untuk postur tubuhnya. Jam tangan dan sepatu kulit mahal semakin memperjelas kalau dia memiliki kekayaan yang lebih. Ah, jangan lupakan dasi yang membuatnya sangat bossy

"Ana?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ana?"

"Ah... Ya, saya bekerja di sini." Jawab Ana agak terbata karena sebelumnya sibuk menilai penampilan pria di depannya.

"Kamu beda ya..."

"Maksudnya?"

"Ya beda. Cara kamu berdandan pas di pesta itu sama cara kamu berdandan di rumah sakit, seperti sekarang."

Ana menunduk, melihat tubuhnya yang ditutupi oleh pakaian khas kedokteran yang tak ketat itu.

"Ya, beginilah cara saya berdandan ketika di rumah sakit." Singkatnya tanpa mau menatap laki-laki itu. Dalam dirinya ada perasaan tak suka karena dinilai dengan terang-terangan oleh laki-laki yang baru dikenalnya.

"Santai aja, jangan kaku."

Ana menatap mata laki-laki itu untuk sesaat. Berbicara santai dengan laki-laki yang baru dikenalnya bukanlah hal yang akan Ana lakukan. Tapi untuk kali ini dia akan melakukannya. Suami Sasha mengenalnya dan mereka juga sudah pernah bertemu, meski hanya sekali.

"Kamu sendiri kenapa di sini?"

"Ada beberapa urusan dengan Direktur rumah sakit." Hening sejenak. "Perusahaanku punya semacam program kesehatan untuk karyawannya dan aku ke sini untuk mengatur itu." imbuhnya.

It's Okay, That's LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang