Hari berganti, seperti biasa Elaine memasuki sekolahnya dengan berjalan pelan. Seperti biasa pula, kedua daun telinganya mendapati murid di sekitarnya membicarakan dirinya. Tentunya apalagi kalau bukan karena perkelahian antara gadis mungil itu dengan seorang Ghaida Farisya.
Elaine terus berjalan, menaiki tangga menuju lantai dua. Saat ingin melewati kelas 2-4, anak-anak Tim Gesrek langsung memanggilnya. Dengan grasak-grusuk, Jeje langsung berlari ke arah Elaine.
“Len, gimana keadaan lo?” Tanya Jeje, sambil memperhatikan Elaine dengan seksama. Sudah tidak ada lagi perban yang membalut kepalanya.
“Udah gak apa-apa, kok. Makasih kemarin udah nganter ke UKS. Maaf udah ngerepotin kalian. Tolong sampein ke anak-anak.” Ucap Elaine sambil tersenyum manis, begitu tulus.
Jeje pun tersenyum. “Selow aja Len.”
Elaine melihat ke dalam kelas 2-4, tentunya keadaan kelas itu tidak ada yang berubah. Rusuh karena hal tidak jelas, dan tentunya Tim Gesrek yang sedang nyate. Terlihat Sisil sedang menyiapkan bumbu, Ayana -sambil tertidur menopang dagunya- sedang mengipas sate-sate. Dan Dena menyiapkan sate-sate untuk mereka makan. Elaine pun tersenyum melihat mereka.
Loh? Tapi, kemana Nabilah?
“Nabilah kemana?”
“Gak tau deh. Katanye sih ada urusan.” Elaine hanya mengangguk tanda tahu. “Gracia.” Ucap Jeje pelan, Elaine langsung membalikan tubuhnya. Terlihat Gracia yang baru saja datang.
Kedua ‘mantan sahabat’ itu hanya saling pandang sesaat dalam diam sampai Gracia melanjutkan perjalanan ke dalam kelasnya.
“Emh, Len? Mau ikut nyate?” Tawar Jeje, Elaine hanya menggeleng. “Yaudah, kalau gitu.” Jeje kembali masuk melanjutkan kegiatannya.
Saat Elaine ingin menuju ke kelasnya, ia berhenti. Teringat sesuatu. Diapun berbalik, dengan langkah cukup cepat berjalan berbalik arah.
“Lah? Itu si Elaine mau kemana?” Tanya Sisil yang melihat itu.
Tim Gesrek hanya memperhatikan dalam bingung. Begitu juga Gracia -yang sedang mengutak-atik kamera polaroid-nya-pun melihat Elaine yang keliatan terburu-buru itu.
Gracia pun bangkit menuju pintu kelasnya. Ternyata Elaine berjalan menuju kelas 2-5, dari luar dia melongokkan kepalanya. Mata sipit Elaine menyisir dengan teliti ruang kelas yang tentunya juga rusuh itu. Tapi, tidak ditemukan sosok yang sudah di kenalnya. Siapa lagi kalau bukan seorang Ghaida.
Gracia terus memperhatikan tingkah laku Elaine dan mengambil gambarnya dengan polaroid-nya, sampe dua orang yang diketahuinya sebagai adik kelasnya menaiki tangga, mencuri perhatiannya. Keduanya yang sedang mengobrol santai itu langsung berhenti saat melihat Gracia memperhatikan mereka.
(Betewe, tangganya itu depan-depan-an sama pintu depan kelas 2-4. Terus kek sekolah Jepang gitu, pintunya ada 2 di setiap kelasnya. Di bagian depan sama belakang)
Mereka hanya saling diam, saling menatap dengan tatapan bertanya.
“Chel, udah ah, ngapa jadi tatap-tatapan sama Kak Gracia? Kita gak ada urusan sama Kak Gracia. Ayo.” Ucap gadis berkulit putih seperti bule itu sambil menarik temannya.
Gracia tetap kembali diam memperhatikan keduanya yang terlihat menghampiri Elaine yang masih di depan ruang kelas 2-5. Saat Elaine membalikkan badannya, ketiganyapun berpapasan.
“Hai Kak.” Sapa keduanya pada Elaine yang terlihat jelas bingung itu.
“Kenalin kita- aw! Ngapa sih Cil?” Ucap si gadis berkulit hitam itu sambil mengelus tangannya yang disikut.
YOU ARE READING
Majisuka Gakuen (JKT48)
FanfictionFF Series JKT48 dengan genre Action-Romance-School Live yg terinspirasi dari Drama Series AKB48 dengan judul yang sama~ Singkat saja "Majijo" untuk menyebut ini FF~ "Majijo available on wattpad now" wkwk