Childhood

381 26 0
                                    

Judulnya aja childhood, jadi isinya kebanyakan flashback saat Audrey kecil.

Sorry kalo ga asik. Ini baru pertama kali bikin tulisan.

Terima kasih udah mau baca

#NP : Stiches - Shawn Mendes

"Kamu tuh ngapain sih! Kamu tuh siapa? Aku gak kenal?"

"Audreyyy"

"Sok kenal!"

Huh, dulu kau tak mengenali diriku...

"Lah kamu?"

"Kenapa mikh?" Sarah penasaran, kenapa kau begitu bingung.

"Hai.. Lama tak jumpa, Mikha Angelo" senyum ini, senyum pertamaku setelah sekian lama kita tak bertemu.

"Lah kalian kenal?" Sarah sudah berada di batas akhir penasarannya. Mungkin dia sudah tak tahan lagi, ia ingin tahu semuanya. Tapi sepertinya, belum tepat waktunya.

Dan aku hanya bisa tersenyum padamu dan Sarah.

"Dia teman masa kecil aku. Lama banget kita gak ketemu Drey."

Kau, sekarang kau mengingat aku? Aku? Ingatkan Aku bahwa dulu kau tak mengenaliku, dan sekarang kau tahu aku bagian dari masa kecilmu..

Kau tahu, setidaknya kau telah mengubur sebuah luka dan ketakutan. Dan bahagianya lagi, kau berikan aku senyum itu, senyum yang selama 4 tahun ini aku rindukan.

"What?? Serius Mikh? Wah kamu utang cerita sama aku ya mikh. Wajib!!" kutahu Sarah begitu penasaran.

"Kamu sampe di Indo kapan? Sekarang tinggal dimana? Kayaknya kamu ga tinggal di samping rumahku lagi deh." nilai tambahmu, kau perhatian.

"Ohh jadi kalian dulu tetanggaan.... Wah!"

"Diem dulu sih Sar."

"yeeee.. Kalo aku diem, kamu juga yang susah Mikh. Lupa gimana terakhir kali.aku diemi kamu??"

Kau, baiklah ku sekarang tak akan sungkan menyebut namamu.

Mikha hanya berdecak kesal, lalu memandangiku kembali yang tersenyum sendiri melihat kekonyolan kalian.

"Lucu?" nadanya sedikit tinggi.

Kutekuk lagi garis bibirku, aku takut permulaan yang begitu mengejutkan ini menjadi rusak karena aku menyinggung perasaanmu.

"Aku tinggal di..."

Tinn tinnn. Pak Amri databg di saat yang tidak tepat, aku ingin berbincang denganmu lebih lama lagi.

"Non, mari. Kita sudah ditunggu Ibu untuk makan siang."

Kalau saja bisa aku menentang Pak Amri, mungkin sudah ku usir beliau dari tadi. Tapi, dia berharga. Sudah menjadi keluarga sendiri bagiku.

"Sorry Mikh. Aku harus pulang sekarang. Mungkin lain kali kita bisa ngobrol lagi. Aku duluan ya"

Maafkan aku..

"Oke byeee Audrey!" Sarah sepertinya begitu bersemangat. Baiklah, aku pulang.

Tapi kenapa kau sendu, tak seperti saat dulu. Saat dimana kau buat aku kecewa, saat kau begitu senang jika aku pergi.

Bisakah aku berharap? Atau ini hanya ilusi semata? Bisakah kau memberi tahuku?

----

Seperti pelajar lainnya, Aku berangkat ke sekolah pagi sekali. Sebenarnya bukan karena ingin bangun pagi, tapi terpaksa. Menghindari macet yang ujung-ujungnya akan berakhir dengan hukuman dari Guru Piket yang Killer.

HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang